BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Program pengajaran bahasa arab untuk non aran
termasuk hal baru. Awal kegiatan pengajaran ini dimulai pada sepuluh tahun
terakhir sejak abad 13 Hijriah. Program pengajaran bahasa arab saat itu masih
menggunakan semua metode pembelajaran tradsional. Yaitu metode Grammar
Translation Method.[1]
Belajar
Bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip
dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran),
materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada
penguasaan Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (listening
competence/mahaarah al – Istima’), kemampuan berbicara (speaking
competence/mahaarah al-takallum), kemampuan membaca (reading competence/mahaarah
al-qira’ah), dan kemampuan menulis (writing competence/mahaarah al – Kitaabah).
Setiap
anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa,
walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara
perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin
dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan
minat serta ketekunannya.
Pembelajaran
bahasa arab sampai hari ini masih menjadi fenomena dan problem akut. Problem
tersebut termanivestasikan dalam beberapa hal yang banyak kita temukan dalam
lembaga-lembaga pendidikan di negeri ini, baik di sekolahan umum, madrasah,
pondok pesantren, maupun perguruan tinggi. Sehingga pembelajaran bahasa arab
tidak dapat berkembang dan tidak mampu meningkatkan kualitas bahasa arab
peserta didik. Realitas ironis tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
Pertama,
kualitas dan kompetensi guru yang tidak baik
dan tidak memenuhi standarisasi guru bahasa arab yang profesional, baik
kompetensi secara keilmuan, maupun kompetensi secara metodologis. Dalam
pembelajaran bahasa arab guru tidak begitu memahami hakikat bahasa yang ia
ajarkan dan tidak menggunakan pendekatan, metode dan strategi yang
relevan dan efektif. Permasalahan tentang guru ini sangat rumit, terkadang ada
guru bahasa arab yang memiliki kompetensi keilmuan baik, tapi lemah dan minim
dalam kompetensi metodologis, dan terkadang juga kita temukan guru bahasa arab
yang memiliki kompetensi metodologis, tapi lemah dalam kompetensi keilmuan.
Akhirnya, belum banyak kita temukan guru yang memiliki dua kompetensi tersebut
secara baik.
Kedua, peserta didik yang tidak atau kurang memiliki
semangat dan ambisi untuk belajar bahasa arab, sehingga menghambat proses
pembelajaran dan menjadikan pembelajaran tidak efektik. Hal ini disebabkan
faktor latar belakang peserta didik yang berbeda-beda, sehingga mempengaruhi
niat atau orentasi belajar mereka. Permasalahan siswa ini tidaklah merupakan
faktor utama yang menjadi problem dalam pemebelajaran bahasa arab, karena murid
adalah sebagai objek penerima bahasa, sedangkan guru adalah pentransfer bahasa
kepada siswa dan yang menjadikan bahasa arab suatu hal yang penting dan
menarik.
Ketiga, metode dan strategi
pembelajaran bahasa arab yang digunakan belum relevan atau tidak efektif,
sehingga bahasa sulit dan sukar dipelajari, dan murid pada akhirnya enggan dan
malas serta tidak tertarik belajar bahasa arab.
Keempat, fasilitas
pembelajaran bahasa arab yang tidak memadahi. Padahal, fasilitas merupakan unsur
urgen dalam pembelajaran bahasa arab. Tapi jika kita perhatikan masih banyak
kita temui lembaga-lembaga pendidikan yang belum memiliki media atau fasilitas
yang memadai, sehingga pembelajaran bahasa arab diajarkan dan disampaikan
dengan media-media yang monoton dan klasik, pada akhirnya siswa merasa jenuh
dan tidak tertarik belajar bahasa arab.
Dan kelima, pendekatan dalam
pembelajaran bahasa arab yang kurang efektif dan tidak dapat menjadikan siswa
tertarik dan merasa senang untuk mempelajari bahasa arab, karena pendekatan
pembelajaran bahasa arab selama ini kurang mempertimbangkan pendekatan yang
berdasarkan pada ilmu psikologi dan lingustik atau psikolingustik. Sehingga
bahasa arab diajarkan dengan menggunakan pendekatan yang tidak sesuai
dengan karakter bahasa arab dan tidak mempertimbangkan
psikologis-sosiologis peserta didik.
2. Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
pendekatan pembelajaran bahasa berdasar psikolinguistik?
b. Bagaimana
metode pembelajaran bahasa berdasar psikolinguistik?
c. Bagaimana
strategi pembelajaran bahasa berdasar psikolinguistik?
d. Bagaiamana
Pemilihan materi bahasa berdasar psikolinguistik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Berdasar
Psikolinguistik
Pendekatan
adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat bahasa dan hakikat belajar
mengajar bahasa. Pendekatan mencerminkan suatu falsafah, pandangan, pegangan
dan pendirian dalam melihat, memahami dan mendekati suatu objek atau
permasalahan. Dalam konteks bahasa arab, seorang guru seharusnya menggunakan
pendekatan yang relevan dan efektif dalam melihat dan memahami hakikat bahasa
arab dan hakikat peserta didik. Pendekatan adalah suatu pegangan utama seorang
guru untuk melakukan suatu proses pembelajaran, menentukan metode, strategi dan
materi serta media. Tanpa menggunakan pendekatan yang relevan dan efektif,
seorang guru bahasa arab akan tidak terarah dan merasa kesulitan dalam proses
pembelajaran.
Dalam
khazanah keilmuan kita, ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran bahasa arab.
Terlepas dari kelemahan yang dimiliki masing-masing pendekatan, setiap
pendekatan memiliki karakteristik dan titik tekan spesifik dalam memandang
hakekat bahasa dan hakekat peserta didik. Menurut penulis, sudah saatnya kita
untuk tidak memperpanjang perdebatan di antara aliran-aliran pendekatan, tapi
bagaimana titik tekan atau kelebihan tiap-tiap pendekatan dapat diitegrasikan
dan diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa arab.
Pendekatan
dalam pembelajaran bahasa ada 4. Yaitu pendekatan humanistic, pendekatan teknik
dan pendekatan analisis dan non analisis.dan pendekatan komunikatif.[2]
Pendekatan humanistic(humanistic approach) yaitu
pendekatan yang memeberikan perhatian kepada pembelajar sebagai manusia, tidak
menganggapnya sebagai benda yang merekam seperangkat pengetahuan.[3]
Pendekatan
teknik (media-based approach) yaitu pendekatan berdasar pemanfaatan media
pembelajaran dan teknik-teknik pendidikan. Pendaekatan ini berpendapat bahwa
media dan teknik pembelajaran sangat berperan dalam menyampaikan pengalaman
belajar serta bisa merubah pengalaman belajar menjadi pengalaman yang
nyata/terindra.[4]
Pendekatan analysis(analytical Approach) dikenal dengan sebutan formal
approach. Pendekatan ini didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan
asumsi asumsi kebahasaan dan sosiolinguistik.Sedang Non alitycal approach
didasarkan pada konsep psikolinguistik.[5]
Pendekatan
Non analisis berdasarkan pada konsep psikolinguistik dan pendidikan, bukan pada
konsep kebahasaan.Pendekatan ini dekenal juga dengan istilah global dan
integrated naturalistic. Pengajaran bahasa berlangsung dalam kehidupn yang
alami. Dan difokuskan pada tema-tema yang berhubungan dengan kehidupan siswa
dan aspek-aspek kehidupan manusia umumnya. [6]
Pendekatan komunikatif adalah pendekatan
yang menekankan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, sehingga dalam
aplikasinya, pendekatan ini menuntut pebelajaran yang komunikatif antara guru
dan siswa serta memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk aktif
dalam proses pembelajaran
Apabila
kita amati, pendekatan di atas dapat kita terapkan secara integratif dan saling
menguatkan serta saling melengkapi antara satu dan lainnya. Kelemahan akan
muncul ketika kelima pendekatan di atas diaplikasikan secara terpisah, karena
setiap pendekatan memiliki satu aspek pertimbangan yang perlu dilengkapi oleh
asperk pertimbangan pendekatan yang lain. Dengan mengintegrasikan pendekatan di
atas, maka kita dapat menerapkan pembelajaran yang aktif, komunikati, cerdas
secara kognitif dan berbicara serta berbasis media.
2.2. Metode Pembelajaran Bahasa Berdasar
Psikolinguistik
Seorang guru bahasa arab harus memahami ilmu
psikologi dan linguistik atau psikolinguistik dalam mengajarkan bahasa arab.
Mengajarkan bahasa kepada anak kecil berbeda dengan mengajarkan bahasa arab
kepada anak besar, karena secara psikologis anak kecil dan anak besar memiliki
perkembangan kecerdasan yang berbeda. Anak kecil belajar bahasa arab dengan
jalan meniru orang disekitarnya di mana dia hidup. Lingkungan yang mengelilingi
anak sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran bahasa arabnya. Oleh
karena itu, disinilah peran sekolah untuk mampu menciptakan lingkungan yang
kondusif agar peserta didik dapat belajar bahasa arab dengan mudah dan cepat
Penerapan
metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien sebagai media
pengantar materi pengajaran bila penerapannya tanpa didasari dengan pengetahuan
yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi
penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang menunjang pencapaian
tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu, penting sekali untuk
memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu metode.
Dalam
pembelajaran bahasa ada lima metode, Pertama, metode nahwu dan tarjama.
Metode ini dalam aplikasinya menekankan pada analisis penggunaan nahwu dan
praktek penerjemahan. Kedua, metode mubasyaroh, yaitu metode
pembelajaran bahasa yang lebih menekankan pada penggunaan bahasa arab ketika
proses interaksi pembelajaran di kelas. Ketiga, metode audio lingual,
metode ini menekankan pada praktek berbicara dan mendengarkan dalam proses
pembelajaran bahasa arab. Keempat, metode Qiroah, yaitu metode
yang lebih menekankan pada praktek membaca dalam proses pembelajaran. Kelima,
metode Ma’rifiyah, yaitu metode yang menekankan pada materi dan
pelatihan materi.
Metode
audio-lingual masih mendominasi metode pembelajaran bahasa arab untuk non arab,
khususnya di lembaga resmi, seperti di universitas, dan pusat-pusat bahasa
milik pemerintah. Program pengajaran bahasa arab mengadopsi metode
audio-lingual dalam waktu yang panjang. Berdasarkan metode ini, dibuatlah
rancangan pelajaran, kurikulum dan buku ajar. [7]
Metode
audio-lingual merupakan salah satu metode yang didasarkan asas psikolinguistik.
Metode ini mencerminkan pertemuan antara teori aliran behaviorisme dalam
psikologi dan teori structural dalam linguistic. Bahasa adalah gejala lisan
yang terucap dan tidak tertulis. Ada dua keahlian yaitu mendengar dan mengucap
yang didahulukan daripada kemahiran membaca dan menulis. Hal ini didasarkan
pada tingkat penguasaan bahasa oleh manusia dalam proses pemerolehan bahasa
berdasarkan ilmu psikolinguitik.
Bahasa
juga merupakan kebiasaan dan tingkah laku, yang diperoleh dengan cara yang sama
dengan adat dan kebiasaan tingkah laku yang lainnya. Bahasa juga merupakan
bahasa yang digunakan oleh penutur secara alami dalam kehidupannya sehari-hari.
Namun perlu diketahui bahwasanya Metode audio-lingual bukanlah satu-datunya
metode yang dilahirkan oleh aliran strukturalis-behaviorisme. .
2.3.
Strategi
Pembelajaran Bahasa Berdasar Psikolinguistik
Empat kompetensi bahasa arab dapat diterapkan
secara bersamaan dan integratif, tanpa harus memisah-misahkan satu dengan yang
lainnya, karena bahasa merupakan suatu sistem satu kesatuan. Menurut teori
psikologi, bahwa akal manusia lebih dahulu mendeteksi keseluruhan sebelum
mendeteksi bagian-bagian. Dalam artian, dalam proses belajar bahasa akal
peserta didik lebih mudah menangkap jika keempat kompetensi bahasa arab
diajarkan secara bersamaan dalam satu kesempatan, tidak diajarkan secara
terpisah. Karena pembelajaran kompetensi bahasa arab secara terpisah, peserta
didik biasanya kesulitan dalam mengubungan satu sama lainnya. Misalnya ta’bir,
istima’, qiroah, kitabah, nahwu dan shorof diajarkan secara
terpisah, maka ketika peserta didik diperintah untuk menerapkan membaca atau
menulis dan menyusun kata sesuai kaidah nahwu dan shorof akan mengalami
kebingungan dan kesulitan
Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa arab secara terpisah-pisah bagi pemula akan
membingungkan dan menyulitkan. Pembelajaran bahasa arab secara terpisah-pisah
dapat diterapkan bagi peserta didik yang telah baik bahasanya. Jika dalam
kontek sekolahan, pembelajaran bahasa arab secara integratif hendaknya
diterapkan pada tingkatan dasar. Adapun yang terpisapisah dapat diterapkan pada
tingkatan lanjutan atau perguruan tunggi. Tetapi bagaimana pun , penerapan
pembelajaran bahasa arab secara integratif atau terpisah berdasarkan pada
tingkat penguasaan dan kemampuan peserta didik terhadap bahasa, tidak hanya
berdasarkan pada tingkatan dalam sistem pendidikan.
2.4.
Pemilihan
Materi Bahasa Berdasar Psikolinguistik
Materi merupakan pegangan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran bahasa arab. Dengan menggunakan materi, arah pembelajaran
bahasa arab akan terarah dan jelas. Tapi jika kita amati, sampai saat ini masih
banyak lembaga sekolahan yang menggunakan meteri bahasa arab yang belum relevan
dan efektif, sehingga perlu adanya revisi dan pembenahan.
Menurut
penulis dalam membuat dan menyusun materi, isi materi harus mencakup beberapa
komponen, yaitu empat kompetensi, ta’bir, istima’, qiroah dan kitabah,
mufrodat dan qowaidun Nahwiyah serta menentukan media praktek
yang digunakannya. Komponen tersebut harus ada dalam materi bahasa arab, agar
pembelajaran bahasa dipelajari secara menyeluruh dan siswa dapat dengan mudah
menguasai maharoh dan kaidah bahasa arab dengan baik dan aplikatif
Penyusunan
sebagaimana di atas adalah model penuyusunan bahan ajar yang inregrated
curukulum, yaitu menyajikan bahan pembelajaran atau materi secara unit dan
keseluruhan, tanpa mengadakan pembatasan-pembatasan satu mata pelajaran atau maharoh
dengan yang lainnya.[8]Salah
satu contoh buku ajar bahasa arab yang menggunakan model inregrated
curukulum adalah Al-Arobiyatu Baina Yadaika. Model penyusunan
seperti ini, menurut penulis sangat baik dan efektif dalam pembelajaran bahasa
arab, karena mencakup semua maharoh, qowa’idun nahwiyah dan mufrodat.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pendekatan
dalam pembelajaran bahasa arab yaitu ada 4, pendekatan humanistic, pendekatan
teknik dan pendekatan analisis dan non analisis.dan pendekatan komunikatif.
Sedangkan metode yang berdasarkan asas psikolinguistik yaitu pendekatan non
analisis.
Metode
dalam pembelajaran bahasa arab yaitu metode nahwu wa tarjamah, metode qiroah,
metode audio lingual, metode mubsyaroh. Metode yang berjalan berdasar konsep
psikolinguistik yaitu metode audio lingual.
Strategi
dalam pembelajaran bahasa arab yang berdasarkan psikolinguistik yaitu Empat kompetensi bahasa arab dapat diterapkan
secara bersamaan dan integratif, tanpa harus memisah-misahkan satu dengan yang
lainnya, karena bahasa merupakan suatu sistem satu kesatuan
Pemilihan
materi berdasar psikolinguistik yaitu Menurut
penulis dalam membuat dan menyusun materi, isi materi harus mencakup beberapa
komponen, yaitu empat kompetensi, ta’bir, istima’, qiroah dan kitabah,
mufrodat dan qowaidun Nahwiyah serta menentukan media praktek
yang digunakannya
2.
Saran
Makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk
itu kritik dan saran yang membangun kami tunggu.
DAFTAR PUSTAKA
M.
Zaini, 2009. Pengembangan kurikulum: Konsep Implementasi, Evaluasi dan
Inovasi, cetakan I, Yogyakarta: TERAS
Prof.Dr.Abdul Aziz bin Ibrahim.2009,Psikolinguistik
Pembelajaran Bahasa Arab. Humaniora: Bandung,
Abdul Hamid,dkk.2008.Pembelajaran Bahasa
Arab..Uin Malang Press:Malang
Ratna
Andi Irawan· Membangun
Sistem Pembelajaran Bahasa Arab Yang Integratif.Makalah.
2011. http:Uncategoriez. Diakses pada jumat, 7 Desember 2012.
[1] Prof.Dr.Abdul Aziz bin Ibrahim el-Ushaili..Psikolingistik
Pembelajaran Bahasa Arab. 126
[2] Abdul Hamid,dkk.Pembelajaran Bahasa Arab.2008.Uin
Malang Press:Malang hal5
[3] Ibid, hal5
[4] Ibid, op.cit. hal6
[5] Ibid, op.cit
hal7
[6] Ibid, op.cit
hal 8
[7][7] Prof.Dr.Abdul Aziz bin Ibrahim,Psikolinguistik
Embelajaran Bahasa Arab.2009.Humaniora: Bandung,hal 127
[8] M. Zaini, Pengembangan kurikulum: Konsep Implementasi,
Evaluasi dan Inovasi, cetakan I, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hal. 71
0 comments:
Post a Comment