BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemerolehan bahasa kedua tidak sama de-ngan pemerolehan bahasa pertama.
Pada pe-merolehan bahasa pertama siswa berawal dari awal (saat kanak-kanak
belum menguasai bahasa apa pun) dan perkembangan pemerolehan bahasa ini seiring
dengan perkembangan fisik dan psikisnya. Kondisi psikologis tiap individu berbeda karena perbedaan
tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan
faktor-faktor yang dibawa sejak kelahirannya.Minimal ada dua bidang psikologi
yang mendasari kurikulum, yaitu psikologi perkembangan, karena peserta didik
adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan dan psikologi
belajar, karena kemajuan-kemajuan yang dialami peserta didik sebagian besar
karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan,
pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah.
Pada pemerolehan bahasa kedua, siswa sudah me-nguasai bahasa pertama dengan
baik dan per-kembangan pemerolehan bahasa kedua tidak seiring dengan
perkembangan fisik dan psikhisnya. Selain itu pemerolehan bahasa pertama
dilakukan secara informal dengan motivasi yang sangat tinggi (siswa memerlukan
bahasa pertama ini untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di
sekelilingnya), sedangkan pemerolehan bahasa kedua dilakukan secara formal dan
motivasi siswa pada umumnya tidak terlalu tinggi karena bahasa kedua tersebut
tidak dipakai untuk berkomunikasi sehari-hari di lingkungan masyarakat siswa
tersebut.
Pentingnya pembelajaran bahasa kedua yang dilatarbelakangi oleh berbagai
aspek, membuat seseorang mempelajari bahasa kedua. Proses dan pemerolehan bahasa
kedua tersebut dipengaruhi dari penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah
tertentu. Kemudian proses pembelajaran bahasa kedua tersebut dimulai dari
proses pembelajaran formal maupun dari lingkungan.
1.2.
Rumusan Masalah
`Berdasarkan
latar belakang di atas, dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa hubungannya asas-asas psikologis dengan
pemerolehan bahasa?
2.
Bagaimana ketrampilan istima’ dan kalam dalam proses pembelajaran bahasa?
1.3.
Tujuan
Makalah ini disusun
dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan asas-asas psikologis dengan
pemerolehan bahasa
2. Memaparkan implikasi/penerapan asas psikologis dalam
ketrampilan istima’ dan kalam dalam proses pembelajaran bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Hubungan Asas Psikologis dengan
pemerolehan bahasa
Dalam pendidikan
terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta
didik dengan orang-orang lainnya. Manusia berbeda dengan mahluk lainnya seperti
hewan, benda dan binatang karena kondisi psikologisnya.[13] Kondisi psikologis
tiap individu berbeda karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang
sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa sejak
kelahirannya.Minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari kurikulum, yaitu
psikologi perkembangan, karena peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses perkembangan dan psikologi belajar, karena kemajuan-kemajuan yang
dialami peserta didik sebagian besar karena usaha belajar, baik berlangsung
melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun
pemecahan masalah.
Psikologi perkembangan
membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan
spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. Sementara psikologi belajar
merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar.Apabila landasan
psikologi perkembangan ini kita coba terapkan dalam pembelajaran bahasa Arab
maka hal yang pertama kali perlu diperhatikan adalah masalah kesesuaian materi
dengan tahap perkembangan peserta didik. Misalnya anak yang masih belajar
bahasa Arab di tingkat Madrasah Ibtidaiyah tentunya tidak tepat bila diberi
materi pelajaran qawaid. Selain itu dalam menyajikan materi pelajaran dari
Madrasah Ibtadaiyah sampai Madrasah Aliyah perlu dirancang sedemikian rupa
dengan menjadikan masa/fase perkembangan fisik dan intelektual peserta didik
sebagai landasan dan menghasilkan susunan materi yang berangkat dari hal-hal
yang mudah menuju hal-hal yang rumit dan kompleks. Sementara dari teori
psikologi belajar kita bisa menerapkan beberapa teori. Misalnya terori
Stimulus-Respon dari aliran Behaviorisme.
Dengan model reward dan
punishment dalam pembelajaran tentunya siswa lebih bersemangat. Berikan saja
hadiah yang sederhana misalnya penggaris atau ballpoint untuk setiap jawabnya
yang benar yang diberikan oleh siswa. Atau ketika menghukum siswa, berilah
hukuman yang edukatif misalnya dengan menyuruh siswa menghafalkan 50 kosa kata
baru dalam bahasa Arab.[1]
2.
Implikasi/penerapan asas psikologis dalam ketrampilan
istima’ dan kalam dalam proses pembelajaran bahasa.
·
Pengertian
Istima’ Dan Tahapan Dalam Mempelajarinya :
Meyimak adalah sarana
pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesame manusia dalam
tahapan-tahapan tertentu, melalui menyimak kita mengenal mufrodat,bentuk-bentuk
jumlah dan tarokib.
Salah satu prinsip
linguistic menyatakan bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni yakni bunyi
bahasa yang diucapkan dan bias didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli
menetapkan suatu prinsip bahwa pengajaran
bahasa Arab harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan
pengucapan sebelum membaca dan menulis. Menyimak merupakan proses aktif dari
aspek pendengaran untuk menyusun wacana yang bersumber dari deretan suara atau
bunyi.[2]
Dalam
pembelajaran menyimak (istima’) ada beberapa tahapan latihan yang harus
dilakukan oleh seorang guru agar tercipta proses pembelajaran yang runtut dan
sistematis. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam menyimak:
1. Latihan pengenalan (identifikasi)
Latihan
pengenalan ini perlu diajarkan kepada siswa yang baru belajar bahasa kedua,
terutama pengenalan bunyi bahasa bagi pemula, langkah ini merupakan langkah
yang sangat penting dilakukan karena system tata bahasa arab berbeda jauh
dengan system tata bunyi bahasa ibu.
Ketrampilan
menyimap pada tahap pertama bertujuan agar siswa dapat mengidentifikasi
bunyi-bunyi bahasa arab secara tepat.satu keuntungan bagi guru bahasa arab
bahwa umumnya anak-anak Indonesia khususnya yang muslim telah mengenal
bunyi-bunyi bahasa arab sejak masa kanak-kanak, dengan adanya pembelajaran
bahasa arab di masjid dan musyola dan pelajaran sholat sejak usia dini. Ada
bunyi bahasa arab yang sama sekali berbeda dengan bunyi bahasa pelajar, ada
yang mirip dan ada yang sama sekali tidak dikenal oleh mereka (asing).
Berdasarkan
kenyataan ini , guru harus memberikan perhatian khusus kepada bunyi-bunyi yang
berbeda, yang mirip dan yang sama sekaliasing bagi pelajar, tahapan seperti ini
biasanya digunakan untuk tingkat dasar.
2. Latihan mendengarkan dan menirukan
Meskipun
latihan menyimak melatih pendengaran, tapi dalam praktik selalu diikuti dengan
latihan pengucapan dan pemahaman, bahkan pada aspek pemahaman inilah yang mejadi
tuuan akhir dari latihan menyimak. Jadi setah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa
Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, ia kemudian dilatih
untukmengucapkan dan memhami makna yang terkandung di dalam ujaran tersebut.
3. Latihan mendengarkan dan memahami
Tahapan
selanjutnya setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa dan dapat mengucapannya,
latihan menyimak bertujuan agar siswa mampu memahami bentuk dan makna dari apa
yang didengarnya itu. Teknik latihan
mendengar antara lain:
a) Latihan melihat dan mendengar(انظر
و اسمع)
Guru memperdengarkan
materi yang sudah direkam, pada waktu yang sama memperlihatkan rangkaian gambar
yang mencerminkan arti dan isi materi yang didengar oleh siswa tadi. Gambar
tersebut bias berupa film,slide dll.
b) Latihan membaca dan mendengar (إقرأ
و اسمع)
Guru memperdengarkan
materi bacaan yang sudah direkam, dan siswa membaca teks (dalam hati) mengikuti
materi yang diperdengarkan. Pada tingkat permulaan, biasanya pembendaharaan
kata-kata yang dimiliki anak masih terbatas,oleh karena itu harus dipihkan
bahan yang pendek-pendek, seperti percakapan sehari-hari atau ungkapan-ungkapan
sederhana yang tidak terlalu sulit dipahami.
c) Latihan mendengarkan dan memperagakan (اقرأ
و مثل)
Dalam latihan ini,
siswa diminta untuk melakukan gerakan atau tindakan non verbal sebagai jawaban
terhadap stimulus yang diperdengarkan oleh guru, kegiatan ini tidak terbatas
pada ungkapan sehari-hari yang digunakan oleh guru dalam kelas seperti:
إقرأ-
أقفل الكتاب- اجلس- أكتبوا- امسح السبورة- افتح الشبكة
Akan tetapi kegiatan-kegiatan
yang berlaku diluar kelas yang dapat didemonstrasikan:
تبكى
فاطمة- يضحك فريد – السائق يقود السّيّارة- الخادم يكنس البلاط[3]
·
Pengertian
kalam Dan Tahapan Dalam Mempelajarinya :
Ketrampilan berbicara (maharah
al-kalam) sering juga disebut dengan istilah ta’bir. Meski demikian
keduanya memiliki perbedaan penekanan,
dimana (maharah al-kalam) lebih
menekankan pada kemampuan lisan, sedangkan ta’bir disamping secara lisan juga
dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan.
Tahapan-tahapan
pembelajaran kalam
Tahapan pembelajaran
ketrampilan berbicara ini di bagi menjadi tiga tingkatan,adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1. Bagi
tingkat pemula
a. Siswa
diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan
pikiran mereka secara ederhana.
b. Guru
mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, sehingga berakhir
membentuk sebuah tema yang sempurna.
c. Guru
mulai melatih bicara engan member pertanyaan-pertanyaan sederhana.
d. Guru
menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafahiyah dengan menghafalkan percakapan,
atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah siswa
baca.
2. Bagi
tingkat menengah
a. Belajar
berbicara dengan bermain peran
b. Berdiskusi
dengan tema tertentu
c. Berbicara
tentang peristiwa yang terjadi pada siswa
d. Berbicara
tentang informasi yang telah didengardaari televise, radio, dll.
3. Bagi
tingkat atas
a. Guru
memilihkan tema untuk berlatih berbicara
b. Tema
yang dipilih hendaknya menarik, yang berhubungan dengan kehidupan siswa
sehari-hari
c. Tema
harus jelas dan terbatas
d. Siswa
dipersilahkan untuk memilih satu tema atau lebih lalu dibicarakan tentang apa
yang mereka ketahui. [4]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kondisi psikologis tiap individu
berbeda karena perbedaan tahapperkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga
karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa sejak kelahirannya.Minimal ada dua
bidang psikologi yang mendasari kurikulum, yaitu psikologi perkembangan, karena
peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
psikologi belajar, karena kemajuan-kemajuan yang dialami peserta didik sebagian
besar karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses peniruan,
pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah.
Untuk penerapan
asas psikologis dalam ketrampilan istima’ dan kalam dalam proses pembelajaran
bahasa, Meyimak
adalah sarana pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesame
manusia dalam tahapan-tahapan tertentu, melalui menyimak kita mengenal
mufrodat,bentuk-bentuk jumlah dan tarokib. Sedangkan Ketrampilan berbicara (maharah
al-kalam) sering juga disebut dengan istilah ta’bir. Meski demikian
keduanya memiliki perbedaan penekanan,
dimana (maharah al-kalam) lebih
menekankan pada kemampuan lisan, sedangkan ta’bir disamping secara lisan juga
dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan.
DAFTAR
PUSTAKA
file:///H:/asas-asa%20psikologi/My%20Little%20Book%20%20Asas-Asas%20Kurikulum%20Pengajaran%20Bahasa%20Arab.htm
Syaiful musthofa, 2011, strategi
pembelajaran bahasa arab inovatif, malang:UIN Press
[1]file:///H:/asas-asa%20psikologi/My%20Little%20Book%20%20Asas-Asas%20Kurikulum%20Pengajaran%20Bahasa%20Arab.htm
[2] Syaiful musthofa, strategi pembelajaran bahasa arab inovatif,
malang:UIN Press 2011, hal116
[3] Syaiful musthofa, strategi pembelajaran…..hal 123-125
[4] Syaiful musthofa, strategi pembelajaran….hal 151-152
0 comments:
Post a Comment