Saturday, April 13, 2013

ASAS-ASAS PSIKOLOGIS DALAM KETRAMPILAN BERBAHASA ISTIMA’ DAN KALAM



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pemerolehan bahasa kedua tidak sama de-ngan pemerolehan bahasa pertama. Pada pe-merolehan bahasa pertama siswa berawal dari awal (saat kanak-kanak belum menguasai bahasa apa pun) dan perkembangan pemerolehan bahasa ini seiring dengan perkembangan fisik dan psikisnya. Kondisi psikologis tiap individu berbeda karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa sejak kelahirannya.Minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari kurikulum, yaitu psikologi perkembangan, karena peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan dan psikologi belajar, karena kemajuan-kemajuan yang dialami peserta didik sebagian besar karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah.
Pada pemerolehan bahasa kedua, siswa sudah me-nguasai bahasa pertama dengan baik dan per-kembangan pemerolehan bahasa kedua tidak seiring dengan perkembangan fisik dan psikhisnya. Selain itu pemerolehan bahasa pertama dilakukan secara informal dengan motivasi yang sangat tinggi (siswa memerlukan bahasa pertama ini untuk dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya), sedangkan pemerolehan bahasa kedua dilakukan secara formal dan motivasi siswa pada umumnya tidak terlalu tinggi karena bahasa kedua tersebut tidak dipakai untuk berkomunikasi sehari-hari di lingkungan masyarakat siswa tersebut.
Pentingnya pembelajaran bahasa kedua yang dilatarbelakangi oleh berbagai aspek, membuat seseorang mempelajari bahasa kedua. Proses dan pemerolehan bahasa kedua tersebut dipengaruhi dari penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah tertentu. Kemudian proses pembelajaran bahasa kedua tersebut dimulai dari proses pembelajaran formal maupun dari lingkungan.



1.2. Rumusan Masalah
`Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1.      Apa hubungannya asas-asas psikologis dengan pemerolehan bahasa?
2.      Bagaimana ketrampilan istima’ dan kalam dalam proses pembelajaran bahasa?

1.3. Tujuan
                        Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1.      Mengetahui hubungan asas-asas psikologis dengan pemerolehan bahasa
2.      Memaparkan implikasi/penerapan asas psikologis dalam ketrampilan istima’ dan kalam dalam proses pembelajaran bahasa.





BAB II
PEMBAHASAN
1.      Hubungan Asas Psikologis dengan pemerolehan bahasa
Dalam pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dengan orang-orang lainnya. Manusia berbeda dengan mahluk lainnya seperti hewan, benda dan binatang karena kondisi psikologisnya.[13] Kondisi psikologis tiap individu berbeda karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa sejak kelahirannya.Minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari kurikulum, yaitu psikologi perkembangan, karena peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan dan psikologi belajar, karena kemajuan-kemajuan yang dialami peserta didik sebagian besar karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah.
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. Sementara psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar.Apabila landasan psikologi perkembangan ini kita coba terapkan dalam pembelajaran bahasa Arab maka hal yang pertama kali perlu diperhatikan adalah masalah kesesuaian materi dengan tahap perkembangan peserta didik. Misalnya anak yang masih belajar bahasa Arab di tingkat Madrasah Ibtidaiyah tentunya tidak tepat bila diberi materi pelajaran qawaid. Selain itu dalam menyajikan materi pelajaran dari Madrasah Ibtadaiyah sampai Madrasah Aliyah perlu dirancang sedemikian rupa dengan menjadikan masa/fase perkembangan fisik dan intelektual peserta didik sebagai landasan dan menghasilkan susunan materi yang berangkat dari hal-hal yang mudah menuju hal-hal yang rumit dan kompleks. Sementara dari teori psikologi belajar kita bisa menerapkan beberapa teori. Misalnya terori Stimulus-Respon dari aliran Behaviorisme.
Dengan model reward dan punishment dalam pembelajaran tentunya siswa lebih bersemangat. Berikan saja hadiah yang sederhana misalnya penggaris atau ballpoint untuk setiap jawabnya yang benar yang diberikan oleh siswa. Atau ketika menghukum siswa, berilah hukuman yang edukatif misalnya dengan menyuruh siswa menghafalkan 50 kosa kata baru dalam bahasa Arab.[1]
2.      Implikasi/penerapan asas psikologis dalam ketrampilan istima’ dan kalam dalam proses pembelajaran bahasa.
·         Pengertian Istima’ Dan Tahapan Dalam Mempelajarinya :
Meyimak adalah sarana pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesame manusia dalam tahapan-tahapan tertentu, melalui menyimak kita mengenal mufrodat,bentuk-bentuk jumlah dan tarokib.
Salah satu prinsip linguistic menyatakan bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni yakni bunyi bahasa yang diucapkan dan bias didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli menetapkan suatu prinsip bahwa pengajaran  bahasa Arab harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis. Menyimak merupakan proses aktif dari aspek pendengaran untuk menyusun wacana yang bersumber dari deretan suara atau bunyi.[2]

Dalam pembelajaran menyimak (istima’) ada beberapa tahapan latihan yang harus dilakukan oleh seorang guru agar tercipta proses pembelajaran yang runtut dan sistematis. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam menyimak:
1.      Latihan pengenalan (identifikasi)
Latihan pengenalan ini perlu diajarkan kepada siswa yang baru belajar bahasa kedua, terutama pengenalan bunyi bahasa bagi pemula, langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dilakukan karena system tata bahasa arab berbeda jauh dengan system tata bunyi bahasa ibu.
Ketrampilan menyimap pada tahap pertama bertujuan agar siswa dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa arab secara tepat.satu keuntungan bagi guru bahasa arab bahwa umumnya anak-anak Indonesia khususnya yang muslim telah mengenal bunyi-bunyi bahasa arab sejak masa kanak-kanak, dengan adanya pembelajaran bahasa arab di masjid dan musyola dan pelajaran sholat sejak usia dini. Ada bunyi bahasa arab yang sama sekali berbeda dengan bunyi bahasa pelajar, ada yang mirip dan ada yang sama sekali tidak dikenal oleh mereka (asing).
Berdasarkan kenyataan ini , guru harus memberikan perhatian khusus kepada bunyi-bunyi yang berbeda, yang mirip dan yang sama sekaliasing bagi pelajar, tahapan seperti ini biasanya digunakan untuk tingkat dasar.
2.      Latihan mendengarkan dan menirukan
Meskipun latihan menyimak melatih pendengaran, tapi dalam praktik selalu diikuti dengan latihan pengucapan dan pemahaman, bahkan pada aspek pemahaman inilah yang mejadi tuuan akhir dari latihan menyimak. Jadi setah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, ia kemudian dilatih untukmengucapkan dan memhami makna yang terkandung di dalam ujaran tersebut.
3.      Latihan mendengarkan dan memahami
Tahapan selanjutnya setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa dan dapat mengucapannya, latihan menyimak bertujuan agar siswa mampu memahami bentuk dan makna dari apa yang didengarnya itu.  Teknik latihan mendengar antara lain:
a)      Latihan melihat dan mendengar(انظر و اسمع)
Guru memperdengarkan materi yang sudah direkam, pada waktu yang sama memperlihatkan rangkaian gambar yang mencerminkan arti dan isi materi yang didengar oleh siswa tadi. Gambar tersebut bias berupa film,slide dll.
b)      Latihan membaca dan mendengar (إقرأ و اسمع)
Guru memperdengarkan materi bacaan yang sudah direkam, dan siswa membaca teks (dalam hati) mengikuti materi yang diperdengarkan. Pada tingkat permulaan, biasanya pembendaharaan kata-kata yang dimiliki anak masih terbatas,oleh karena itu harus dipihkan bahan yang pendek-pendek, seperti percakapan sehari-hari atau ungkapan-ungkapan sederhana yang tidak terlalu sulit dipahami.
c)      Latihan mendengarkan dan memperagakan (اقرأ و مثل)
Dalam latihan ini, siswa diminta untuk melakukan gerakan atau tindakan non verbal sebagai jawaban terhadap stimulus yang diperdengarkan oleh guru, kegiatan ini tidak terbatas pada ungkapan sehari-hari yang digunakan oleh guru dalam kelas seperti:
إقرأ- أقفل الكتاب- اجلس- أكتبوا- امسح السبورة- افتح الشبكة
Akan tetapi kegiatan-kegiatan yang berlaku diluar kelas yang dapat didemonstrasikan:
تبكى فاطمة- يضحك فريد – السائق يقود السّيّارة- الخادم يكنس البلاط[3]


·         Pengertian kalam  Dan Tahapan Dalam Mempelajarinya :

Ketrampilan berbicara (maharah al-kalam) sering juga disebut dengan istilah ta’bir. Meski demikian keduanya memiliki perbedaan  penekanan, dimana (maharah  al-kalam) lebih menekankan pada kemampuan lisan, sedangkan ta’bir disamping secara lisan juga dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan.
Tahapan-tahapan pembelajaran kalam
Tahapan pembelajaran ketrampilan berbicara ini di bagi menjadi tiga tingkatan,adapun penjelasannya sebagai berikut:
1.      Bagi tingkat pemula
a.       Siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan pikiran mereka secara ederhana.
b.      Guru mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna.
c.       Guru mulai melatih bicara engan member pertanyaan-pertanyaan sederhana.
d.      Guru menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafahiyah dengan menghafalkan percakapan, atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah siswa baca.
2.      Bagi tingkat menengah
a.       Belajar berbicara dengan bermain peran
b.      Berdiskusi dengan tema tertentu
c.       Berbicara tentang peristiwa yang terjadi pada siswa
d.      Berbicara tentang informasi yang telah didengardaari televise, radio, dll.
3.      Bagi tingkat atas
a.       Guru memilihkan tema untuk berlatih berbicara
b.      Tema yang dipilih hendaknya menarik, yang berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari
c.       Tema harus jelas dan terbatas
d.      Siswa dipersilahkan untuk memilih satu tema atau lebih lalu dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui. [4]






BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Kondisi psikologis tiap individu berbeda karena perbedaan tahapperkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa sejak kelahirannya.Minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari kurikulum, yaitu psikologi perkembangan, karena peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan dan psikologi belajar, karena kemajuan-kemajuan yang dialami peserta didik sebagian besar karena usaha belajar, baik berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah.
Untuk penerapan asas psikologis dalam ketrampilan istima’ dan kalam dalam proses pembelajaran bahasa, Meyimak adalah sarana pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesame manusia dalam tahapan-tahapan tertentu, melalui menyimak kita mengenal mufrodat,bentuk-bentuk jumlah dan tarokib. Sedangkan Ketrampilan berbicara (maharah al-kalam) sering juga disebut dengan istilah ta’bir. Meski demikian keduanya memiliki perbedaan  penekanan, dimana (maharah  al-kalam) lebih menekankan pada kemampuan lisan, sedangkan ta’bir disamping secara lisan juga dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan.







DAFTAR PUSTAKA
file:///H:/asas-asa%20psikologi/My%20Little%20Book%20%20Asas-Asas%20Kurikulum%20Pengajaran%20Bahasa%20Arab.htm
Syaiful musthofa, 2011, strategi pembelajaran bahasa arab inovatif, malang:UIN Press
                                         


[1]file:///H:/asas-asa%20psikologi/My%20Little%20Book%20%20Asas-Asas%20Kurikulum%20Pengajaran%20Bahasa%20Arab.htm
[2] Syaiful musthofa, strategi pembelajaran bahasa arab inovatif, malang:UIN Press 2011, hal116
[3] Syaiful musthofa, strategi pembelajaran…..hal 123-125
[4] Syaiful musthofa, strategi pembelajaran….hal 151-152

0 comments:

Post a Comment