Saturday, April 13, 2013

PEMEROLEHAN BAHASA SINTAKSIS


PENDAHULUAN

Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorangkanakkanakmempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167). Hal ini perlu ditekankan, karena pemerolehan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran.
Adapun pembahasan yang akan penulis paparkan adalah:
1) Pengertian dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa
2) Pemerolehan Sintaksis
3) Cara pemerolehan Bahasa
4) Bahasa Ibu vs Bahasa Sang Ibu
5) Komprehensi dan Produksi Ujaran

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa
Istilah "pemerolehan" merupakan padanan kata acquisition yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya. Istilah ini juga berbeda dengan pembelajaran (learning) dalam pengertian, proses ini dilakukan dengan tatanan formal, belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian maka proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang yang belajar di kelas adalah pembelajaran.[1]
Pemerolehan bahasa pada anak bersifat alamiah atau didasarkan pada nature atau dengan kata lain manusia telah diciptakan menjadi makhluk berbahasa, karena mereka telah dilengkapi dengan segala sesuatu (otak, alat ucap, dst) (Soemarsono, 2004: 72). Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun.

Peralihan dari satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabungan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata tersebut memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda.
Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun, yang mencapai puncaknya pada akhir usia 3 tahun. Tahap perkembangan sintaksis secara singkat terbagi dalam:
a.       Masa pra-lingual, sampai usia 1 tahun
b.      Kalimat satu kata, 1-1,5 tahun
c.       Kalimat rangkaian kata, 1,5-2 tahun
d.      Konstruksi sederhana dan kompleks, 3 tahun.

Lewat usia 3 tahun anak mulai menanyakan hal-hal yang abstrak dengan kata tanya “mengapa”, ”kapan”. Pemakaian kalimat kompleks dimulai setelah anak menguasai kalimat empat kata sekitar usia 4 tahun.[2]

Minat terhadap bagaimana anak memperoleh bahasa sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala. Konon raja Mesir pada abad 7 sebelum Masehi, psammetichus I menyuruh bawahannya untuk mengisolasi dua dari anaknya untuk mengetahui bahasa apa yang akan dikuasai anak-anak itu. Sebagai raja Mesir dia mengharapkan bahasa yang keluar dari anak-anak itu adalah bahasa Arab, meskipun akhirnya dia kecewa.
Ingram (1989) membagi perkembangan tentang pemerolehan bahasa menjadi tiga tahap:
· Periode buku harian (1876- 1926)
Pada masa ini kajian pemerolehan bahasa anak dilakukan dengan peneliti mencatat apapun yang diujarkan oleh anak dalam suatu buku harian. Data dalam buku harian itu dianalisis untuk disimpulkan hasil-hasilnya. Tulisan H. Taine pada tahun 1876 yang dalam bahasa Inggrisnya berjudul "On the Acquisition of Language by Children" adalah tulisan pertama mengenai pemerolehan bahasa anak.
· Periode sampel besar (1926-1957)
Periode ini berkaitan dengan munculnya aliran baru dalam ilmu jiwa yang bernama behaviorisme yang menekankan peran lingkungan dan pemerolehan pengetahuan termasuk pengetahuan bahasa.
· Periode kajian longitudiona
Menurut Ingram, dimulai dengan munculnya buku Chomsky Syntactic Structures (1957) yang merupakan titik awal dari tumbuhnya aliran mentalisme atau nativisme pada ilmu Linguistik. Aliran yang berlawanan dengan behaviorisme ini menandaskan adanya bekal kodrati yang dibawa pada waktu anak dilahirkan. Bekal kodrati inilah yang membuat anak di mana pun juga memakai strategi yang sama dalam memperoleh bahasanya.[3]
2. Pemerolehan Sintaksis
Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis dimulai ketika kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih (lebih kurang ketika berusia 2:0 tahun). Oleh karena itu, ada baiknya diikutsertakan dalam satu teori pemerolehan sistaksis.
Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata, kata ini sebenarnya kalimat penuh tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil ujaran satu kata (USK) dari kalimat itu contohnya anak yang mengatakan bi untuk kata mobil bisa bermaksud untuk mengatakan:

    Ma, itu mobil

b. Ma, ayo kita ke mobil
Sedangkan ujaran untuk dua kata (UDK) adalah kata yang di ujarkan echa pada waktu dia berumur 1;8 (Dardjowidjo 2000: 146):
    liat tuputupu maksudnya ayo lihat kupu-kupu
    etsa nani maksudnya echa mau nyanyi.[4]

Berikut ini ada beberapa teori tentang pemerolehan sintaksis yaitu:
a.       Teori bahasa Pivot
Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak dimulai oleh Brane (1963), Bellugi (1964), Brown dan Fraser (1964), dan Miler dan Ervin. Menurutnya ucapan dua kata kanak-kanak terdiri dari dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi munculnya kata-kata itu dalam kalimat. Kedua jenis kata ini kemudian dikenal dengan nama kelas pivot dan kelas terbuka. Berdasarkan kedua jenis kata ini lahirlah teori yang disebut teori tata bahasa pivot.[5]
b.       Teori hubungan Tata bahasa nurani
Tata bahasa generatif transformasi dari Chomsky (1957-1965) sangat terasa pengaruhnya dalam pengkajian perkembangan sintaksis kanak-kanak. Menurut chomsky hubungan-hubungan tata bahasa tertentu seperti “ subject – of, predicate – of, dan direct object – of” adalah bersifat universal dan dimiliki oleh semua bahasa yang ada di dunia ini.[6]
Berdasarkan teori Chomsky tersebut, Mc. Neil (1970) menyatakan pengetahuan kanak-kanak mengenai hubungan-hubungan tatabahasa universal ini bersifat "nurani". Maka itu akan lansung mempengaruhi pemerolehan sintaksis kanak-kanak sejak tahap awalnya. Jadi, pemerolehan sintaksis ditentukan oleh hubungan-hubungan tatabahasa universal ini.

c.           Teori hubungan tata bahasa dan informasi situasi
Sehubungan dengan teori hubungan tata bahasa nurani, Bloom (1970) mengatakan bahwa hubungan hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada informasi situasi (konteks) belumlah mencukupi untuk menganalisis ucapan atau bahasa kanak-kanak.[7]

d.          Teori kumulatif kompleks
Teori ini dikemukakan oleh Brown (1973) berdasarkan data yang dikumpulkannya. Menurut Brown, urutan pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak ditentukan oleh kumulatif kompleks semantik morfem dan kumulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh. Jadi, sama sekali tidak ditentukan oleh frekuensi munculnya morfem atau kata-kata itu dalam ucapan orang dewasa. Dari tia orang kanak-kanak (berusia dua tahun) yang sedang memperoleh bahasa inggris yang diteliti Brown ternyata morfem yang pertama kali dikuasai adalah progressive-ing dari kata kerja, padahal bentuk ini tidak sering muncul dalam ucapan-ucapan orang dewasa.

Setelah progressive-ing baru muncul kata depan in, kemudian on, dan diikuti oleh bentuk jamak, ’s. Sedangkan artikel The dan a yang lebih sering muncul dalam ucapan-ucapan orang dewasa baru muncul pada tahap ke 8. urutan perkembangan sintaksis yang dilaporkan oleh Brown hampir sama dengan urutan perkembangan hubungan-hubungan sintaksis yang dilaporkan oleh sejumlah pakar lain (simanjuntak 1987).[8]

0 comments:

Post a Comment