BAB
I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan subjek
dalam kehidupan, sebab sebagai mahluk ciptaan Tuhan dialah yang selalu melihat,
bertanya, berpikir dan mempelajari segala sesuatu yang ada dalam kehidupannya.
Manusia bukan hanya tertarik mempelajari apa yang ada pada lingkungannya atau
sesuatu di luar dirinya tetapi juga hal-hal tentang dirinya. Dengan kata lain,
manusia ingin mengetahui keadaan manusia sendiri, manusia menjadi objek studi
dari manusia. Landasan psikologis merupakan dasar-dasar pemahaman dan
pengkajian tersebut diambil dari suatu cabang ilmu yang disebut psikologis.
Banyak cabang ilmu pengetahuan yang menjadikan manusia sebagai
objeknya, tetapi bukan berarti cabang-cabang ilmu tersebut mempelajari hal yang
sama. Fisiologi umpamanya mempelajari aspek fisik atau jasmani dari manusia,
yaitu struktur tubuh, bagian-bagian dari tubuh serta fungsi dan cara kerja dari
masing-masing aspek tersebut. Sosiologi antropologi, dan sejarah juga
mempelajari manusia, tetapi segi yang dipelajarinya berbeda dengan fisiologi.
Sosiologi mempelajari kehidupan manusia dalam berbagai satuankelompok kecil
seperti dalam satuan keluarga, unit-unit pekerjaan, organisasi kelompok
profesi, kelompok-kelompok kemasyarakatan dan lain-lain. Antropologi
mempelajari kehidupan manusia dalam kelompok-kelompok yang lebih besardan
terikat oleh suatu ikatan yang lebih bersifat permanen, turun-temurun seperti
kelompok ras, bangsa, suku bangsa, kebudayaan dll. Sejarah mempelajari
kehidupan manusia dalam urutan waktu dan peristiwa yang dialaminya.
Disamping keempat cabang ilmu di atas psikologi juga mempelajari
manusia, tetapi bukan hanya aspek fisik seperti fisiologi atau cara kehidupan
berkelompoknya seperti yang dipelajari oleh Sosiologi dan Antropologi, tetapi
prilaku atau kegiatnnya sebagai individu. Psikologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari perilaku atau kegiatan individu. Siapakah individu dan apakah yang
dimaksud dengan perilaku atau kegiatan individu itu? Individu yang dimaksud
disini adalah individu manusia, tetapi bukan manusia pada umumnya, melainkan
manusia tertentu, yang memiliki karakteristik dan keunikan tertentu, yang
bersifat spesifik atau khas.
Berikut ini akan kami jelaskan secara singkat tentang pendidikan
manusia ditinjau dari landasan psikolog
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. PENGERTIAN TENTANG LANDASAN PSIKOLOGIS
Hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan, misalnya pengetahuan tentang setiap aspek, dan konsep tentang
cara-cara paling cepat untuk mengembangkannya. Untuk maksud itu psikologi
menyediakan sejumlah informasi tenang kehidupan pribadi manusia pada umumnya
serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Syah, 1997 / hal.10) Pendidikan berasal dari kata “didik”,
yang mendapat awal me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan
memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
Psikologi
berasal dari kata psyche dan logos. Arinya ilmu pengetahuan tentang jiwa, yakni
ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa, perbuatan-perbuatan
jiwa, gejala jiwa atau fungsi jiwa.
Sanafiah
Faisal dan Andi Mapeire (1988) mengemukakan difinisi psikologi dari para ahli
seperti dibawah ini.
MacDougall,
Gabriel Tarde, dan Gustaf le Bon yang beraliran sosiologi menyatakan psikologi
ialah ilmu yang mempelajari tentang proses penyesuaian (adaptasi) manusia
dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Wilhelm
Woundt, tokoh psikologi eksperimental berpendapat psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman yang timbul dalam
diri manusia, seperti perasaan, panca indra, pikiran dan kehendak.
Woodworth
dan Marquis mengemukakan psikologi sebuah ilmu dalam hubungan dengan alam
sekitarnya, sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia. Aktifitas-aktifitas
psikis yang pada hakikatnya menimbulkan aktifitas-aktifitas fisik menjadi
sasaran psikologis.
Zahara
Idris (1987) menyatakan psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari
aktifitas-aktifitas manusia dalam hubunganya dengan lingkunganya atau ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku, perbuatan lahir batin manusia dalam
hubunganya dengan lingkunganya.
Tingkah
laku manusia yang tidak tampak dipelajari dalam “psikologi dalam” (depth
psychology). Psikologi dalam ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
bagian yang tidak disadari oleh manusia.
Itu
sebabnya, tujuan psikologi mencari pengertian yang sempurna berdasarkan ilmu
pengetahuan, bagaimana manusia bertindak terhadap lingkunganya, dan mengapa ia
bertingkah laku demikian. Ahli psikologi ingin mengetahui bagaimana receptor
dan otak manusia bekerja mengenai hal yang dapat dilihat danbagaimana manusia
berpegang teguh pengalaman-pengalamanya dan memanggilnya kembali waktu
mengeluarkan pendapat dan didalam mengkhayal. Ia ingin mengetahui mengapa
beberapa orang berjuang untuk kekayaan, dan yang lain untuk kemasyhuran,
kekuasaan, wanita, untuk dipuji, dan sebagainya.
Selanjutnya,
kegiatan belajar mengajar terjadi dalam pergaulan antara pendidik dan peserta
didik. Peserta didik mempunyai aspek jiwa raga, yang selalu mengalami
pertumbuhan dan perkembangan supaya pendidik mampu melaksanakan pendidikan
dengan sebaik-baiknya dan dapat mengrti pertumbuhan fisik dan perkembangan
fisik peserta didik, serta dapat memahami perbedaan tingkah laku sikap, minat,
perhatian, perasaan dan keadaan, serta kemampuanpeserta didik hendaklahsetiap
pendidik mempelajari psikologi. Dengan kata lain, mempelajari psikologi
pendidik akan memahami pertumbuhan, perkembangan, dan perbedaan-perbedaan
peserta didik antara yang seorang dan yang lain. Sebagai contoh dalam perkembangan
intelegensi ada peserta didik yang genius, cerdas dan normal, ada yang lambat
belajar, terbelakang, seperti idiot, imbecile moron, dan borderline. Dengan
perantaraan psikologi pula pendidik dapat memahami factor-faktor yang baik,
yang disadari, maupun tidak disadari, yang mempengaruhi tingkah laku, dan
perbuatan peserta didik.
2. 2. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Dalam
psikologi dikenal istilah pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan ialah
perubahan-perubahan yang terjadi pada jasmani seperti bertambah besar dan
bertambah tinggi. Perkembangan lebih luas dari pertumbuhan, yang artinya
perubahan-perubahan yang terjadi pada rohani dan jasmani. Dengan kata lain,
perkembangan merupakan suatu rentetan perubahan yang bersifa menyeluruh dalam interaksi
seseorang dengan lingkunganya. Yang dimaksud dengan lingkungan ialah semua
pengaruh dari luar, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
(nonfisik). Contoh lingkungan fisik berupa keadaan rumah tempat tinggal,
keadaan gedung, keadaan tempat ibadah, seperti masjid, gereja, dan kuil. Contoh
lingkungan sosial berupa semua manusia yang berinteraksi atau yang bergaul
dengan melakukan kegiatan bersama atau
bekerja sama dengan manusia lain.
Lingkungan
memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap pembentukan sifat-sifat
kepribadian, seperti jujur, gembira, dan dapat dipercaya. Selain itu,
lingkungan memberikan pengaruh terhadap kepercayaan, nilai, dan sikap.
Supaya
pertumbuhan dan perkembangan dapat berlangsung secara wajar dan optimal maka
pendidikan yang memegang peran utama. Oleh karena itu, pendidik hendaklah
mengetahi tugas-tugas, fase-fase perkembangan, dan hukum-hukum dasar
perkembangan kejiwaan peserta didik, agar pendidikan dapat diberikan secara
wajar dan tepat untuk masing-masing peserta didik.
Menurut
Ruslan Rusyid (1986), perkembangan ilah suatu perubahan yang ersifat
kualitatif, yaitu meliputi perkembangan segi fungsi-fungsi kepribadian manusia,
misalnya fungsi perhatian, pengamatan, tanggapan/persepsi, ingatan, fantasi,
pikiran, perasaan, dan kemauan.
Sementara
itu, menurut John Dewey, perkembangan ialah suatu proses yang kontinu dari satu
fase ke fase yang lainya. Pada setiap fase, perkembangan anak mengalami
pengalaman-pengalaman interaksi dengan lingkunganya untuk mencapai tugas-tugas
perkembanganya. Proses pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat
terutama nampak sejak lahir, masa anak-anak sekolah, pemuda, dan permulaan masa
pemuda. Tiap masa pertumbuhanya menpunya ciri-ciri tertentu, yang dapat
membantu pendidik untuk mengatur strategi pendidikan dengan kesiapan pendidik
untuk memahami dan menguasai bahan pendidikan sesuai dengan kemampuanya,
sehingga strategi pendidikan untuk peserta didik yang bersekolah di TK akan
berbeda dengan strategi untuk peserta didik yang bersekolah di SD, dan
seterusnya.
Lalu
Dirto Hadisosanto (1981) menyatakan perkembangan (development) berarti
perubahab (change)melalui proses kehidupan sepanjang masa. Dijelasakan pula
bahwa perkembangan anak tidak terjadi pada aspek fisik saja(perkembangan
struktural), tetapi juga pada fungsinya (perkembangan fungsional).
2. 3. PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEBAGAI LANDASAN PSIKOLOGIS
Peserta
didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan maupun
karena perkembangan. Pertumbuhan terutama karena pengaruh faktor internal
sebagai akibat kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan perkembangan
terutama karena pengaruh lingkungan.
Sejak
anak dilahirkan, mereka itu memiliki potensi-potensi yang berbeda dan
berfareasi. Pendidikan member hak kepada anak untuk mengembangkan potensinya. Jika
diperhatikan peserta didik akan segera
mengetahui bahwa para siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, meskipun
para peserta didik memiliki kalender yang sama, tetapi kemampuan mentalnya
tidak sama. Dikatakan peserta didik itu memiliki usia kronologis yang sama,
tetapi usia kecerdasan yang tidak sama. Jadi setiap anak memiliki indeks
kecerdasan yang berbeda-beda.
Anak
golongan idiot mempunyai kemampuan mental yang paling rendah. Golongan ini
tidak dapat melindungi dirinya dari bahaya atau melayani kebutuhan dirinya
sendiri. Umurnya biasanya tidak panjang dan hanya mampu menumbuhkan kemampuan
mentalnya pada tingkat usia 4 tahun.
Golongan
Imbicile satu tingkat lebih tinggi dari golongan idiot. Anak golongan Imbicile
dapat dilatih untuk dapat melayani kebutuhan dirinya dan menguasai keterampilan
sederhana dengan bimbingan khusus. Anak golongan ini dapat mencapai usia
dewasa, tetapi jarang sekali mencapai usia kecerdasan lebih dari tingkatan usia
8 tahun.
Sedangkan golongan
Moron mampu melayani kebutuhan dirinya. Dengan pendidikan sekolah yang
direncanakan secara seksama, mereka dapat mempelajari hal-hal yang sederhana
dan menguasai keterampilan yang terbatas untuk lapangan pekerjaan yang
sederhana. Usia mental golongan Moron jarang sekali mencapai tingkat usia 12
tahun. Terbuka kemungkinan memasuki lapangan pekerjaan yang menguntungkan diri
sendiri dan yang mempekerjakan.
Golongan Genius pada
waktu sekarang lebih mendapat perhatian dari para ahli dari pada sebelumnya.
Kemampuan berfikir dan penalaran golongan ini pada tingkatan kemampuan mental
yang tinggi, sehingga mampu melakukan kegiatan yang bersifat kreatif dan
inventif. Anak-anak berbakat ini dapat diketemukan pada semua bangsa dan pada
semua tingkat sosial ekonomi dan semua jenis (laki-laki atau perempuan).
Berdasar data yang ada ternyata jumlah genius laki-laki lebih banyak dari
perempuan. Berdasarkan penyelidikan Terman; anak-anak berbakat kondisi fisiknya
lebih baik dari anak yang normal, lebih kuat dan lebih sehat dari anak-anak
umumnya pada usia yang sama. Dalam hal penyesuaian dan penyesuaian sosial sama
baiknya.
Karena
tiap tahap pertumbuhan itu memiliki cirri-ciri tertentu, hal ini dapat membantu
pendidik untuk mengatur strategi pendidikan sesuai dengan kesiapan anak untuk
menerima, memahami dan menguasai bahan pendidikan. Jadi strategi pendidikan
siswa sekolah taman kanak-kanak akan berbeda dengan strategi yang diperuntukkan siswa Sekolah Dasar.
Demikian juga dengan jenjang persekolahan yang lain.
Berturut-turut akan dibicarakan
secara umum ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan:
-Anak Taman Kanak-kanak
-Anak Sekolah Dasar
-Anak Sekolah Menengah
-Orang Dewasa
Ciri-ciri
pertumbuhan kejiwaan anak taman kanak-kanak dengan mengesampingkan adanya
perbedaan yang sifatnya individual akan diperoleh gambaran umum yaitu kemampuan
melayani kebutuhan fisik secara sederhana sudah bertumbuh, mulai mengenal kehidupan
sosial dan pola sosial yang berlaku yang manifestasinya, nampak kesenangan
untuk berkawan, menyadari hak dan tanggung jawab, kesanggupan bergaul dan
bekerja sama dengan orang lain.,masih tergantung kepada orang lain dan
memerlukan perlindungan dan kasih sayang orang lain.dll
Sedang
ciri-ciri pertumbuhan anak sekolah dasar apabila pertumbuhan pada masa Taman
Kanak-kanak telah dijalani secara wajar, maka kita akan memperoleh gambaran
ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan anak Sekolah Dasar sebagai berikut:1)
pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat. Hal ini sangat penting peranannya
bagi pengembangan kemampuan dasar yang diperlukan sebagai akhluk individu dan
sebagai makhluk sosial, 2) Kehidupan sosialnya diperkaya selain kemampuan dalam
hal bekerjasama juga dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebaya,
3)Semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu juga
semakin bertumbuhnya minat tertentu, 4) Kemampuan berpikirnya masih dalam
tingkatan persepsional, 5) Dalam bergaul, bekerja sama dan kegiatan bersama
tidak membedakan jenis yang menjadi dasar adalah perhatian dan pengalaman yang
sama. dll
Ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan
anak Sekolah Menengah sudah mulai nampak pada kelas-kelas akhir sekolan dasar
yang makin nampak jelas ketika anak menjalani pendidikan sekolah menengah.
Ciri-ciri itu antara lain: 1) Bertambahnya kemampuan membuat abstraksi,
memahami hal-hal yang bersifat abstrak, 2) Bertambahnya kemampuan berkomunikasi
pikir dengan orang lain, 3) Mampu mengadakan identifikasi kondisi dalam
lingkungan hidup yang lebih luas, 4) Bertambahnya minat untuk memahami diri
sendiri dan orang lain, 5) Bertumbuhnya kemampuan untuk membuat keputusan
sendiri.
Sedangkan
ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan orang dewasa antara lain : 1) Memiliki
kemantapan emosi, 2) Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan semakin
mantap, 3) Sanggup memenuhi hak anggota kelompok sepenuhnya, 4) Menyadari
kekurangan diri yang harus ditingkatkan untuk penyempurnaan diri, 5) Telah
mencapai internalisasi perbuatan moral, yakni kemampuan menghayati dan
mengamalkan nilai moral dan nilai sosial.
2. 4.
HUKUM-HUKUM DASAR PERKEMBANGAN KEJIWAAN MANUSIA
Sejak proses terjadinya konsepsi
sampai mati, anak akan mengalami perubahan karena bertumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan itu bersifat jasmaniyah maupun kejiwaannya. Jadi sepanjang
kehidupan manusia terjadi pertumbuhan yang terus menerus. Proses perubahan itu
terjadi secara teratur dan terarah, yaitu kearah kemajuan, bukan kearah
kemunduran.
Tiap
tahap kemajuan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya kemampuan dan cara baru
yang dimiliki. Pertumbuhan merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi
kejiwaan dari yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
Perubahan-perubahan yang selalu terjadi itu dimaksudkan agar orang didalam
kehidupannya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lingkungan
manusia terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak yang non manusia; sedangkan
lingkungan sosial adalah semua orang yang ada dalam dunia kehidupan anak yakni
orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegatan bersama atau bekerja sama.
Tugas pendidikan, yang terutama ialah memberikan bimbingan anak agar
pertumbuhan anak dapat berlangsung dengan wajar dan optimal. Oleh karena itu
diperlukan pengetahuan tentang hokum-hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia
agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan bergaya guna.
Beberapa hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam membimbing anak dalam
proses pendidikan.
Anak
didik merupakan pribadi yang sedang bertumbuh dan berkembang. Apabila kita amati secara seksama, mungkin kita
menghadapi dua orang anak didik yang tidak sama benar. Disamping memiliki
kesamaan-kesamaan, tentu masing-masing memiliki sifat yang khas, yang hanya
dimiliki oleh diri masing-masing. Dikatakan, bahwa tiap-tiap anak memiliki
sifat kepribadian yang unik; artinya tiap-tiap anak memiliki sifat-sifat khas
yang dimiliki dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh anak yang lain.
Keunikan
sifat pribadi seseorang itu terbentuk karena peranan tiga factor penting,
yakni: Keturunan, Lingkungan, Diri.
2.
5. FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR
Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya
tidak dapat dibahas secara terpisah. Perilaku individu, termasuk perilaku
belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil
akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan,
ingatan, pikiran dan motif.
1. Perhatian
Tentulah dapat
diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar
akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya
kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini
dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu,
seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek
didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi
dan kreatif, seperti bermain peran (role
playing), debat dan sebagainya.
Strategi pembelajaran
seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik.
Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja,
alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui
sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik
keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi
menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih
lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
2. Pengamatan
Pengamatan adalah cara
pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan,
pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh
dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting
artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan
proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas
pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara
unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam
proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya
dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh
subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Jika demikian, para pendidik
perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material
pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan
pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan,
chart, rekaman, slide dan sebagainya.
3. Ingatan
Secara teoritis, ada 3
aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima
kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena
fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan
untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan merima kesan
sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik
mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks
pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai
dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada
subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang
mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik,
terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan
lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci
nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal lain dari ingatan adalah
kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya
pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada
siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan
belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya
berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan
akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang
relatif lama.
Untuk mencapai
proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan,
subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang
tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran
sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau
mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini,
misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial
pembelajaran selesai.
Kemampuan resroduksi,
yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari,
tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah
dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu
subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam
ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.
Pendidik dapat
mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas
mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.
2.4. Berfikir
Definisi yang paling
umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam
Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan
konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa
pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada
dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1)
pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan
kesimpulan.
Kemampuan berfikir
pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan
dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda.
Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang
memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang
satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik
untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya
pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional
akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka.
Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik
untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
2.5. Motif
Motif adalah keadaan
dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian
hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam
ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di
dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang
subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam
tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar,
motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi
dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik
perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa
dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun
kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang
atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor
suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa
juga dihadirkan melalui siasat “self
competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek
didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat
kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan
yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong
untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain
BAB III
PENUTUP
Psikologi pendidikan
adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang
berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington, 1982:10). Dari
batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi
pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila
beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi
psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi
pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan
proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Karena konsentrasinya
pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada
subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah
pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar
mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang
memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan
belajar secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Syaodih Sukmadinata,
Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,. September 2005. Remaja
Rosda Karya : Bandung
Tim Dosen FIP-IKIP
Malang , Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan . 2003. Usaha Nasional :
Surabaya
Tirtarahardja, Umar
dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan. April 2005. Rineka Cipta :
Jakarta
Idris, Zahara dan
Jamal, Lisa, Pengantar Pendidikan. 1992. Gramedia Widia Sarana
Indonesia: Jakarta
0 comments:
Post a Comment