Sunday, January 15, 2012

MENGAJAR


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Sebagian orang menganggap mengajar hanya sebagian dari upaya pendidikan. Mengajar hanya salah satu cara mendidik, maka pendidikan pun dapat berlangsung tanpa pengajaran. Sebagian orang lagi menganggap bahwa mengajar tak berbeda dengan mendidik. Setiap kegiatan kependidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga pendidik yang mempunyai wewenang mengajar, yakni guru atau dosen. Meskipun hingga kini masih banyak orang yang bersikeras mempertahankan ketidaksamaan antara mengajar dan mendidik, dalam kenyataan sehari-hari tidak terdapat perbedaan yang tegas antara keduanya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas, guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang ia sajikan kepada para siswanya melainkan lebih dari itu. Mengajar bahkan mengandung konotasi membimbing dan membantu untuk meraih kecakapan cipta, rasa, dan karsa yang menyeluruh dan utuh. Sudah tentu kecakapan-kecakapan seluruh ranah psikologis tersebut tak bisa dicapai sekaligus tetapi berproses, setahap demi setahap. Dan dari penjelasan diatas, kita sangat perlu mempelajari tentang arti penting mengajar.

1.2    Rumusan Masalah
Berbagai masalah yang kami rumuskan dalam makalah ini adalah:
1.      Apakah definisi mengajar dan bagaimana contohnya?
2.      Apa saja pandangan-pandangan pokok mengenai belajar?
3.      Apa saja model pokok mengajar?
4.      Apa saja metode pokok mengajar?
5.      Bagaimana strategi mengajar dan apa saja tahapan-tahapan dalam proses mengajar?

1.3   Tujuan Pembahasan
Tujuan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1.       Mengetahui definisi mengajar dan contohnya
2.       Mengetahui pandangan-pandangan pokok mengenai belajar
3.       Mengetahui model pokok mengajar
4.       Mengetahui metode pokok mengajar
5.       Mengetahui strategi mengajar dan tahapan-tahapan dalam proses mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  DEFINISI DAN CONTOH MENGAJAR
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Menurut Arifin (1978) mendefinisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Sedangkan menurut Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.[1]
Kemudian Biggs (1991), seorang  pakar psikologi kognitif masa kini, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian:
a)          Pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan ).
b)          Pengertian intitisional (yang menyangkut kelembangan atau sekolah).
c)          Pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang ideal). [2]
CONTOH MENGAJAR
        Selaku pengelola kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu para siswa, bukan hanya ketika mereka berada didalam kelas melainkan ketika mereka berada diluar kelas, khususnya apabila berada dilingkungan sekolah, seperti di perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya. Dalam hal menjadi pembimbing, guru perlu mengaktualisasikan (mewujudkan) kemampuannya dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) membimbing kegiatan para siswa; 2) membimbing pengalaman belajar para siswa.
        Membimbing kegiatan belajar para siswa, khusunya ketika mengajar tidak hanya berceramah dimuka kelas, tetapi juga memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan antivitas belajarnya. Sedangkan dalam membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut untuk menghubungkan mereka dengan lingkungannya. Hal ini penting karena dalam pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya itulah sesungguhnya para siswa mengalami proses belajar. [3]
        Selanjutnya, selain membimbing, mengajar juga berati membantu siswa agar berkembang dan sapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Alhasil, kegiatan mengajarkan sebuah materi pelajaran bukan semata-mata agar siswa menguasai pengetahuan ( materi ) pelajaran tersebut lalu naik kelas, melainkan juga agar ia memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam kehidupan sehari-hari.[4]

2.2  PANDANGAN-PANDANGAN POKOK MENGENAI MENGAJAR
Ada dua macam aliran pandangan yang berbeda dalam melihat profesi mengajar. Yaitu aliran pertama yang menganggap mengajar sebagai “ilmu” dan aliran kedua yang menganggap mengajar sebagai “seni”.[5]
1.        Mengajar sebagai ilmu
Guru merupakan sosok pribadi manusia yang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tinggi dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar.
Siapa pun orangnya, asal ia memiliki pengetahuan dan kemampuan tinggi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan mengajar dengan baik. penguasaan seorang guru terhadap materi pelajaran bidang tugasnya penting juga.akan tetapi yang lebih penting adalah penguasaannya atas ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas mengajarnya.
Oleh sebab itu, untuk memahami sekaligus menerapkan sebuah teori proses mengajar, guru hendaknya pandai-pandai menyimpan perasaan dan harapan emosinal dalam tempat penyimpanan yang dingin. Kemudian hendaknya ia berusaha mengahadapi kenyataan dengan akal terbuka. Meskipun guru harus berani mengahadapi kenyataan, ia tidak perlu mengorbankan diri menjadi hamba sahaya kenyataan itu sendiri.
Aliran ini menimbulkan konotasi bahwa seseorang yang dikehendaki  menjadi guru, missal oleh orangtuanya sendiri, akan dapat menjadi guru yang baik asal ia didik di sekolah atau fakultas keguruan.
Menurut teori John Locke (1632-1704) perkembangan klasik yang disebut empirisme yaitu  pembawaan dan bakat yang diturunkan oleh orangtua tidak beerpengaruh apa-apa terhadap perkembangan kehidupan seseorang, karena pada dasarnya setiap manusia pasti lahir dalam keadaan kosong. Hendak menjadi apa manusia itu kelak setelah dewasa, tergantung pada lingkungan dan pengalamannya, terutama lingkungan dan pengalaman belajarnya. Jadi, seorang anak manusia yang memperoleh peluang yang baik untuk belajar ilmu pendidikan/keguruan, tentu ia akan menjadi seoranga guru yang profesionaldalam mengajar, bukan menjadi petani walaupun kedua orangtuanya petani sejati.
2.        Mengajar sebagai seni
Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni (art), bukan ilmu. Karena tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan) bias menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar.
Untuk menjadi seorang guru yang profesional , orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi pendidikan keguruan selam bertahun-tahun. Namun, kenyataannya dalam mengajar terdapat faktor tertentu yang abstrak dan hampir mustahil dipelajari.
Contohnya, seorang guru agama atau bahkan terlanjur berpredikat seorang ulama yang sama sekali tidak menarik dan membosankan ketika ia berceramah mengenai masalah keagamaan. Namun sebaliknya, ada pula seorang seorang pelajar madrasah diniyah yang hanya berpredikat santri biasa dan tidak pernah mengikuti sekolah keguruan tetapi ternyata berhasil menjadi guru agama yang baik. Santri itu cukup piawai dalam mentransfer pengetahuan, sikap, dan keerampilannya kepada murid-muridnya. Setiap mengajar, ia selalu berpenampilan menarik dan selalu berbeda dalam gaya dan cara penyampaian aneka ragam pokok bahasan pelajaran yang menjadi tugasnya. Sehingga murid-muridnya tidak pernah merasa bosan atau terpaksa mengikuti proses belajar yang dipimpin oleh “guru santri” itu.
Berdasarkan kenyataan yang ada, maka cukup kuatlah aliran yang memandang bahwa mengajar adalah seni, dan kecakapan mengajar yang notabene artistic itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang berbakat. Denagn demikian, menurut aliran ini seseorang dapat mengajar dengan baik semata-mata karena bakat yang dimilikinya. Dengan kata lain, orang itu menjadi  guru (yang kompeten dan profesional) karena ia telah ditakdirkan lahir sebagai seorang guru.
Selain itu mengajar secara ilmiah (scientific teaching) juga tidak akan pernah memadai selama guru dan sisiwa masih sama-sama berstatus manusia yang tentu memiliiki perasaan dan nilai di luar jangkauan ilmu. Mengajar menurut guru besar sastra Gilbert Hight….teaching is an art, not a science yakni mengajar adalah sebuah seni, bukan sebuah ilmu itu seperti membangkitkan reaksi kimiawi, melainkan seperti menggambar sebuah lukisan, atau menata sebuah musik, atau menanami kebun bunga, atau menulis sepucuk surat yang bersahabat. Ilmu memang perlu namun,namun dalam mengajar seperti kegiatan tadi, memerlukan lebih banyak seni (art) daripada ilmu (science).
Perbandingan aliran yang pertama dengan yang kedua yaitu:
·         Pertama, menganggap mengajar sebagai ilmu itu sama dengan gagasan sekelompok orang yang berusaha meyakinkan kita bahwa guru-guru itu dibangun bukan dilahirkan. Aliran ini sama dengan aliran empirisme yang melahirkan “optimisme pedagogis” yang terlalu mendewa-dewakan lingkungan dan mengabaikan potensi psikologis pembawaan manusia.
·         Kedua, menganggap mengajar sebagai seni yang lebih mengacu pada bakat sejak lahir tak berbeda dengan gagasan bahwa para guru itu dilahirkan bukan dibangun atau dibuat. Dalam hai ini seseorang menjadi guru yang baik atau guru yang buruk bukan karena hasil belajarnya melainkan karena potensinya yang ia bawa sejak lahir. Aliran pandangan ini sama dengan aliran nativisme yang melahirkan “pesimisme pedagogis” yang mengesampingkan arti penting upaya pendidikan. 
Untuk menjadi guru yang kompeten, orang perlu belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh selama kurun waktu tertentu. Akan tetapi, kenyataannya tidak semua orang (mahasiswa) yang mengikuti pendidikan dan pelatihan keguruan berhasil mencapai kinerja akademik keguruan yang memadai, meskipun mereka telah menunjukkan usaha yang terkadang melebihi rekan sejawatnya yang ternyata lebih berhasil.
Ada kemungkinan mengapa mahasiswa yang berkinerja tidak memuaskan tersebut bisa muncul:
·         Mungkin upaya dan strategi mereka dalam belajar tidak tepat dengan tuntutan bidang studi kependidikan, padahal secara umum mereka memiliki potensi kognitif yang memadai.
·         Ada kemungkinan masuknya mahasiwa yang tidak memuaskan tersebut ke fakultas keguruan hanya karena terpaksa atau karena pelarian (tidak diterima di fakultas lain yang menjadi cita-cita dan sesuai dengan jenjang pendidikan menengahnya).
Hasil antara mengajar sebagai ilmu dengan mengajar sebagai seni itu terdapat benang merah yang membuat keduanya saling terikat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan demikian, hubungan bakat keguruan dengan proses belajar yang sesuai dengan bakat itu, ibarat hubungan antara dua sisi mata uang logam yang berfungsi saling melengkapi.

2.3   MODEL POKOK MENGAJAR
Untuk  mengatasi beberapa problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar dan kesulitan peserta didik dalam belajar.  Model dapat diartikan sebagai suatu tipe atau desain yang digunakan untuk proses visualisasi dalam penyampaian materi seorang guru kepada peserta didik.[6]
Sejalan dengan hal itu William Stern implementasinya dalam hal belajar mengajar telah dalam kurikulum menyebabkan munculnya berbagai teori-teori belajar dan teori atau model mengajar. Model suatu pembelajaran yang disusun oleh guru dengan menjabarkan tujuan instruksional umum yang ada dlam kurikulum.[7]
Kumpulan atau set model yang dianggap komprehensif, menurut Tadrif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh Brunce Joyce dan Marsya Weil dengan katagorisasi sebagai berikut[8]:
1.      Model Information Processing ( Tahap Pengolahan Informasi)
Information Processing adalah istlah kunci dalam psikologi kognitif yang akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagian besar upaya riset dan pembahasan psikologi pendidikan.[9] Kata informasi processing digunakan untuk menjelaskan bagaimana cara individu member respon yang matang dari lingkungannya dengan cara mengoprasikan pengetahuan dan mengelolah informasi yang dilestarikan dari peristiwa yang ada dilingkungan sekitarnya, seperti suara atau kata, gerakan benda, gambar dan sebagainya.
2.      Model Personal (Pengembangan Pribadi)
Model Personal merupakan rumpun model pembelajaran yang menekan pada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional.[10] Model personal ini lebih ditekankan pada pembentukan dan perorganisasian realitas kehidupan lingkungan dan kehidupan yang khas/unik.
3.      Model Sosial (Hubungan Kemasyarakatan)
Model Sosial adalah merpakan model mengajar yang menitik beratkan pada proses interaksi antarindividu yang terjadi dalam kelompok individu atau tesebut. Oleh karena itu, rumpun mouel ini lazim disebut sebagai interactive model (model yang berisifat hubungan antar-individu).[11]
4.      Model Behavioral (Pengembangan Prilaku)
Model Behavioral adalah tingkat dan karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan belajar-mengajar.[12] Model system perilaku dalam pembelajaran ini dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing unuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah yang kecil dan berurutan.[13]

2.4   METODE POKOK MENGAJAR
Metode secara harfiah artinya “ cara “ .Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan.[14] Metode mengajar berbeda dengan strategi mengajar (teaching strategy).Metode belajar tidak berhubungan langsung dengan hasil belajar yang diehendaki. Metode merupakan konsep yang  lebih luas cakupannya dibanding dengan strategi.[15]Strategi mengajar itu terangkum dalam metode mengajar. Contoh : Metode ceramah yang digunakan guru , strategi untuk mendapatkan perhatian murid-muridnya ia dapat menyampaikan dengan lucu atau sedih.
Ragam Metode Mengajar
Ada 4 metode yang dipandang representative dan dominan dalam arti digunakan secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada jenjang pendidikan formal.[16]
1.      Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan secara langsung terhadap peserta didik.[17]Sampai saat ini metode ini masih dipergunakan. Hal ini dapat dimaklumi karena metode ini paling mudah dilakukan dan sevara ekonomis menguntungkan. Banyak guru yang belum merasa puas jika belum memberikan penjelasan secara langsung kepada murid-murid.Begitupun para siswa ,merasa belum belajar dan memahami materi jika tidak mendengarkan penjelasan guru secara langsung.
Kelebihan:
·         Murah dan mudah.
·         Materi yang banyak dapat dijelaskan guru dalam waktu singkat.
·         Guru dapat dengan mudah mengusai kelas
·         Guru dapat menjelasakan dengan menonjolkan bagian-bagian yang penting.
Kelemahan :
·         Membuat siswa pasif
·         Mengandung unsur paksaan kepada siswa
·         Menghambat daya kritis siswa
Usaha mengefektifkan metode ini
·         Guru menguasai materi dengan baik
·         Menggunakan berbagai alat peraga
·         Mengkombinasikan dengan metode metode lain
·         Menguasai tekhnik-tenik didaktif dalam  penceramahan.
2.      Metode diskusi
Metode diskusi yaitu cara penyajian pelajaran di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama, [18]
Kelebihan :
·         Merangsang kreativitas siswa
·         Membiasakan siswa bertukar pikiran dengan yang lain
·         Keterampilam menajikan pendapat , memertahankan pendapat ,menghargai dan menerima pendapat orang  lain serta bersikap demokratis
·         Cakrawala berpikir menjadi lebih luas
Kelemahan
·         Memerlukan waktu yang lama
·         Diskusi hanya dipegang 2-3 oarang yang telah terbiasa dan terampil mengemukakan pendapat
·         Pembahasan dapat meluas dan mengambang sehingga  sasaran pemecahan masalah pokok tidak tercapai
·         Dapat memicu konflik akibat perbedaan pendapat yang emosional
Upaya mengefektifkan diskusi
·         Masalah yang dikemukakan harus controversial[19]
·         Guru menempatkan didrinya sebagai pemimpin diskusi
·         Guru memperhatikan jalannya diskusi
Jenis-jenis diskusi
a.           Diskusi Formal            : Memakai aturan-aturan yang resmi dalam berdiskusi.Ada notulen. Moderator, dan penyaji. Biasanya melibatkan seluruh kelas.
b.          Diskusi Informal         : Diskusi tidak resmi.Tanpa aturan-aturan yang baku. Biasanya hanya berupa kelompok kecil.
c.           Diskusi Panel              : Diskusi yang terdiri dari peserta aktif dan peserta pasif. Peserta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi.Peserta pasif tidak.
d.          Diskusi Simposium     : Sama dengan iskusi lain,hanya saja dalam diskusi ini masalah dapat disajikan oleh seorang penyaji atau lebih.
3.          Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. [20]
Kelebihan :
·         Pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret
·         Siswa lebih mudah memahami apa yang diajarkan
·         Proses pengajaran lebih menarik
·         Siswa dirangsang untuk aktif
·         Menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanen
Kelemahan:
·         Memerlukan keterampilan guru secara khusus
·         Fasilitas dan biaya yang mahal
·         Memerlukan waktu yang panjang.
Upaya mengefektifkan metode demonstrasi
·         Kerjasama pihak sekolah dengan kalangan bisnis dan industry  untuk mendapatkan sumbangan peralatan
·         Pelatihan guru dalam meningkatkan keterampilannya
4.      Metode ceramah plus
Metode ceramah masih dianggap metode yang relevan dengan pembelajaran sampai sekarang. Hanya saja harus dikombinasikan dengan metode-metode lain  agar sesuai dan efektif dalam proses pembelajaran.
Tiga macam metode ceramah plus menurut Muhibbin Syah[21]
a)      Metode ceramah plus Tanya jawab dan tugas
Implementasi dari metode ini yaitu :
·         Penyampaian uraian materi oleh guru
·         Pemberian peluang  Tanya jawab antara guru dan siswa
·         Pemberian tugas  kepada siswa
b)      Metode ceramah plus diskusi dan tugas
Implementasi metode ini yaitu :
·         Guru menguraikan materi pelajaran
·         Mengadakan diskusi
·         Memberikan tugas
c)      Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan
Implementasi dari metode ini yaitu :
·         Penyampaian  materi oleh guru
·         Melakukan demonstrasi
·         Penyelenggaraan latihan :  materi yang telah didemonstrasika
Pada dasaranya metode pokok  yang digunakan dalam mengajar adalah sama. Hanya saja metodologi yang kita gunakan harus berbeda , dalam menghadapai objek ( siswa ) yang berbeda  maupum materi pelajaran yang berbeda. Metodologi Mengajar siswa SD tidak sama dengan siswa SMP, mengajar  akidah akhlak berbeda dengan mengajar geografi.
Metode mengajar  Anak-anak
1. Ceramah  
Ceramah pada anak –anak yang notabenenya masih suka bermain dan tidakmemperhatikan  guru harus dilakukan menarik. Misalnya anak-anak duduk melingkar dan guru ada di tengah lingkaran. Penyamapian harus menarik agar perhatian anak dapat terpusat ke guru[22]
2. Diskusi
Diskusi anak-anak tentu berbeda dengan par` mahasiswa. Metodologi yang dapat digunakan misalnya anak disuruh bercerita tentang cita-citanaya di depan kelas, kemudian teman-teman boleh menanyakan kepada pencerita itu. Saya rasa inilah contoh diskusi pada anak=anak.Mereka mendiskusikan hal-hal yang konkret .
3. Demonstrasi
Metodolgi yang digunakan dalam netode ini misalnya.Dalam menunjukkan bangun bangun pada mata pelajaran matematika. Guru menunjukkan balok. Dan cara memasukkan balok–balok ke tempatnya. Lalu anak-anak menirukan apa yang dilakukan guru.
2.5  STRATEGI DAN TAHAPAN MENGAJAR
Strategi mengajar didefinisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Sebuah strategi mengajar dapat berlaku umum bagi semua guru bidang studi selama orientasi sasannya sama. Misalnya dengan penyajian kisah-kisah dramatis sebagai selingan ceramahnya. Strategi mengajar tidak terlepas dari metode mengajar, karena merupakan kiat praktis yang dipakai guru untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu dengan metode mengajar tertentu pula seperti metode ceramah, metode ceramah plus, dan sebagainya.[23]
Menurut Newman dan Mogan, strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing:
1.        Pengidentifikasian dan penetapan sesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya
2.        Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran
3.        Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yanga ditempuh sejak awal sampai akhir
4.        Pertimbangan dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha-usaha yang dilakukan.[24]

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran modern terdapat cukup banyak strategi yang khusus dirancang untuk mengajar dengan materi tertentu hingga mencapai kecakapan yang diinginkan. Diantara macam-macam strategi mengajar/ pembelajaran yang sering digunakan tenaga pendidik untuk mengajar adalah:
1.  Strategi Mengajar SPELT
Strategi ini berdasarkan strategi kognitif yang relatif masih aktual. Strategi ini bernama strategy program for effective learning/ teaching disingkat SPELT. Strategi ini sengaja direkayasa untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas belajar dan berfikir siswa, terutama yang menduduki kelas akhir sekolah dasar dan kelas-kelas sekolah menengah. Secara eksplisit tujuan strategi ini ialah membuat siswa menjadi:
a.       Penuntut ilmu yang aktif sebagai pemikir dan pemecah masalah
b.      Penuntut ilmu yang mandiri, memiliki rencana dan strategi sendiri yang efisien dalam mendekati belajar
c.       Penuntut ilmu yang lebih sadar dan lebih mampu dalam mengendalikan proses berpikirnya sendiri (metacognitive awareness).
Dalam melaksanakan strategi SPELT, guru perlu mengikuti tiga macam langkah panjang dan terpisah dalah arti mengambil waktu yang berbeda tetapi berurutan.
1.      Direct strategy instruction (pengajaran dengan strategi langsung)
2.      Teaching for transfer ( mengajar untuk mentransfer strategi)
3.      Generating elaborative strategies (pembangkitan strategi belajar siswa yang luas dan rinci)
Langkah-langkah ini dapat diberlakukan untuk semua program pengajaran, khususnya program pengajaran yang pelaksanaannya menggunakan metode ceramah, ceramah campuran/ ceramah plus. [25]
2.  Pembelajaran Direct Instruction (Pembelajaran Langsung/ Metode Exspositori)
Berbeda dengan metode ceramah, dalam metode ekspositori dominasi guru banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, tapi hanya memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan. Namun pembelajaran ini berpusat pada guru, tetap tetap menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Metode ini dirancang untuk menunjang proses belajar siswa yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan mengenai bagaiman orang melakukan sesuatu.[26]
Fase-fase pada model pembelajaran langsung adalah:[27]
1)      Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2)      Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3)      Membimbing pelatihan
4)      Mengecek pemahaman dan memeberikan umpan balik
5)      Memberikan latihan dan penerapan konsep.
Beberapa keuntungan dari strategi pembelajaran langsung:
1)      Dapat mengontrol isi dan urutan informasi yang diterima siswa, sehingga kita dapat mencapai fokus hasil yang dicapai siswa
2)      Dapat digunakan secara efektif di kelas besar maupun kecil
3)      Pembelajaran ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya dapat membantu siswa yang suka belajar dengan cara ini
4)      Guru dapat menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ini guru dapat menentukan arah dengan jalan menetapkan sendiri apa yang akan dibicarakan
5)      Oraganisasi kelas sederhana.
Beberapa keterbatasan dari strategi pembelajaran langsung:[28]
a)      Agak berat bagi siswa untuk mengasimilasi informasi melalui mendengar, observasidan mencatat (note-taking), karena tidak semua siswa mempunyai ketrampilan ini
b)      Sangat susah melayani perbedaan individu antara siswa, pengetahuan awal, tingkat pemahaman, gaya belajar, atau minat belajar selama pembelajaran
c)      Pembelajaran ini sangat tergantung dari gaya berkomunikasi oleh guru. Komunikasi yang kaku cenderung menghasilkan pembelajaran pembelajaran pasif
d)     Murid kurang aktif dan lebih banyak mengharapkan bantuan guru
e)      Murid kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Aspek kunci agar pembelajaan ini efektif:
1)      Katakanlah pada siswa bahwa belajarlah apa yang mampu dipelajari
2)      Sajikan materi pelajaran secara urutan logis
3)      Berikan contoh yang tepat saat menjelaskan
4)      Jelaskan kembali segala sesuatu jika siswa mendapatkan kebingungan
5)      Jelaskan arti dari istilah-istilah baru
6)      Jawablah pertanyaan siswa sampai mereka puas
Biasanya strategi ini dipakai di sekolah menengah atas atau perguruan tinggi.
3.  Diskusi sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Adalah suatu proses tatap muka interaktif dimana siswa menukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab suatu pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, atau membuat keputusan. Dalam diskusi siswa dituntut untuk selalu aktif  berpartisipasi siswa dilatih berpikir kritis, siap mengemukakan pendapat secara tepat, berpikir secara objektif, dan menghargai pendapat orang lain.[29]
Beberapa keuntungan dari penggunaan Diskusi:[30]
a)      Memaksa anak untuk berbicara dengan bahasa yang baik, belajar mengemukakan pendapat dengan tepat dalam waktu relatif singkat, dan belajar menanggapi pendapat orang lain secara benar
b)      Berlati memecahkan masalah
c)      Lebih efektif dalam mengubah sikap siswa dibanding dengan ceramah,  siswa menjadi aktif, lebih mengerti, kreatif, berfikir kritis dan objektif
d)     Diskusi membangun kemampuan siswa untuk menganalisiskan isi pelajaran, mengungkapkan ide secara lisan, dan berfikir ke depan (Fergusson, 1977)
e)      Dapat menghasilkan aktivitas belajar yang lebih dinamis, dibanding strategi lain. Ini terjadi karena mereka mampu mengkonstruk atau mengkonstruk kembali pengetahuan dengan cara mereka sendiri
f)       Dapat membangkitkan ide baru atau menghasilkan pnyelesaian yang asli.
Beberapa keterbatasan diskusi:[31]
1)      Diskusi tidak mungkin produktif kalau siswa tidak mempersiapaka diri dengan baik, dan ini biasanya syarat untuk mulai diskusi
2)      Beberapa siswa mungkin enggan mengeluarkan ide atau pendapatnya. Mereka cenderung menurut
3)      Diskusi kelompok dapat memudahkan seseorang berkompetisi secara emosional dan ini akan menyulitkan pemimpin diskusi
4)      Beberapa siswa mungkin akan mengeluarkan pendapat yang tidak sesuai dengan alur diskusi, atau beberapa siswa mungkin terlalu banyak berbicara dan cenderung merendahkan orang lain.
Strategi ini sering digunakan di sekolah menengah pertama sampai perguruan tinggi.
4.  Penggunaan Small-Group Work sebgai suatu Strategi Pembelajaran
Apa itu Group-Work (kerja kelompok)? Suatu waktu kamu pernah menyuruh siswa bekerja bersama-sama dalam suatu kelompok, dari pada kamu menjelaskan persoalan ini kepada seluruh kelas (klasikal). Hal ini dapat dikatakan bahwa kamu telah menggunakan group work (Killen, 1998).[32]
Keberhasilan group work tergantung dari banyak faktor yang tentu dapat membantu diskusi kelas, misalnya:[33]
1)      Fokus pembelajaran bagi siswa harus jelas
2)      Persiapan siswa harus memadai
3)      Bimbingan guru pada siswa harus jelas
4)      Arahan,tapi tidak intervensi oleh guru
5)      Monitoring dan feedback oleh guru
6)      Pengaturan waktu yang bagus dan kesimpulan yang logis
Kalau digunakan secara efektif, strategi ini banyak keuntungannya dibandingkan dengan pembelajaran langsung, diskusi dalam kelompok besar, (klasikal) dan bekerja secara individual, antara lain:
a)      Group work memperbolehkan merubah materi pelajaran sesuai latar belakang perbedaan antar group. Hal ini bertujuan untuk mengadaptasi kebutuhan siswa, minat, dan kemampuan tanpa memperhatikan perbedaan antar siswa
b)      Group work mendorong siswa untuk secara verbalisme mengungkapakan idenya, dan ini dapat membantu mereka memahami materi pelajaran
c)      Beberapa siswa akan sangat efektif ketika menjelaskan idenya pada yang lain, dalam bahasa yang mudah mereka mengerti. Ini dapat membantu pemahaman bagi anggota group untuk ketuntasan materi pelajaran
d)     Group work memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk menyumbangkan ide dan menuntaskan materi dalam suasana lingkungan yang aman dan nyaman
e)      Group work melibatkan siswa secara aktif dalam belajar dan ini dapat meningkatkan prestasi mereka serta retensi (Peterson, 1981)
f)       Group work membantu siswa belajar menghormati siswa lain, baik yang pintar maupun yang lemah dan bekerja sama satu dengan lainnya.
Beberapa keterbatasannya:[34]
1)      Siswa harus belajar bagaimana belajar dalam lingkungan
2)      Beberapa siswa mungkin pada awalnya mendapatkan kesulitan seperti yang dialami anggota group lainnya (mungkin karena mereka tidak populer atau berbeda antara satu anggota dengan anggota lainnya dalam group)
3)      Seandainya dimonitoring interaksi siswa dalam setiap group, beberapa siswa akan menghabiskan waktu diskusi dengan persoalan yang tidak relevan
4)      Beberapa siswa lebih suka belajar secara langsung dan tidak senang ketika guru menyuruh mereka untuk ”mengajar sesama mereka”
5)      Beberapa guru merasa tidak mudah mengontrol semua siswanya dalam group
Karena membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam, strategi ini banyak digunakan di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi.
5.  Penggunaan Co-Operative Learning sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.[35]
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:
1.  Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan belajar
2.  Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
3.  Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda
4.  Pengahargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada individual.
Terdapat beberapa pendekatan dalam belajar Cooperative learning yaitu Student Team Achievement Divisions (STAD), Team-Games-Tournaments (TGT), Jigsaw, Group Investigation (GI), dan Dyadic.[36]
 Beberapa keuntungan dari penggunaan Co-Operative Learning sebagai suatu Strategi Pembelajaran adalah:[37]
1)      Co-Operative Learning mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru dan lebih percaya pada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa lain
2)      Co-Operative Learning mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah
3)      Co-Operative Learning membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa lemah serta menerima dan saling menghargai perbedaan ini
4)      Co-Operative Learning suatu strategi efektif  bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpesonal positif antara satu siswa dengan yang lain, meningkatkan ketrampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah
5)      Co-Operative Learning meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Sedangkan beberapa keterbatasannya ialah:[38]
a)      Beberapa siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkn ide, takut dinilai temannya dalam group
b)      Tidak semua siswa secara otomatis memahami dan menerima philosophy Co-Operative Learning. Guru banyak tersita waktu untuk mensosialisasikan siswa belajar dengan cara ini
c)      Penggunaan Co-Operative Learning harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siawa, dan banyak menghabiskan waktu menghitung hasil prestasi group
d)     Meskipun kerja sama sangat penting untuk ketuntasan belajar siswa, banyakl aktivitas kehidupan didasarkan pada usaha individual. Namun siswa harus belajar menjadi percaya diri. Itu susah untuk dicapai karena memiliki latar belakang berbeda
e)      Sulit membentuk kelomok yang solid yang dapat bekerja sama dengan secara harmonis
f)       Penilaian terhadap murid sebagai individu menjadi sulit karena tersembunyi dibelakang kelompok.
Strategi ini bisa digunakan dalam mengajar siswa pada tingkatan manapun, tergantung jenis strategi yang digunakan. Baik dari tingkat dasar maupun tingkat atas.
 6.  Penggunaan Problem Solving sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Menurut Gagne (1996) problem solving atau pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkahnya paling tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar lainnya.[39] Ciri-ciri pokok problem solving adalah:[40]
a)      Siswa bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil
b)      Tugas yang diselesaikan adalah persoalan realistik untuk dipecahkan, namun lebih disukai soal yang memiliki banyak kemungkinan jawaban
c)      Siswa menggunakan beberapa pendekatan belajar
d)     Hasil pemecahan masalah didiskusikan antara semua siswa.
Strategi ini banyak dipraktekkan pada siswa sains, terutama untuk pelajaran matematika.
7.   Penggunaan Strategi Think-Talk-Write sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa adalah strategi think-talk-write (TTW). Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (1996:82) ini pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara, dan menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau bedialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis.[41]
Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW:[42]
1.  Guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang memuat situasi masalah bersifat open-ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya
2.  Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think)
3.   Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar
4.   Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).
Strategi ini dapat digunakan untuk melatih suswa dari sekolah menengah pertama sampaai ke jenjang yang lebih tinggi.
8.   Strategi Pembelajaran Berbasis Konstruktivis
Strategi pembelajaran berbasis konstruktivisme menurut Peaget, dapat dikatakan berkenaan dengan bagaiman anak memperoleh pengetahuan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pola intelektual untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui asimilasi. Bila seorang siswa tidak memiliki pengetahuan memadai untuk menanggapi suatu situasi yang datang dari lingkungannya, maka ia harus mengubah pola intelektualnya, sehingga melakukan akomodasi terhadap lingkungannya. Manakala siswa sudah mampu menyatukan atau mengintegrasikan antara pengetahuan yang ada pada dirinya atau pengalamannya dengan pengetahuan yang timbul dari lingkungannya (keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi), dikatakan siswa telah mengadakan adaptasi.[43]
Selain Piaget, konstruktivis yang lain yaitu Vygotsky berpendapat bahwa, perkembangan intelektual anak dipengaruhi oleh faktor sosial. Lingkungan sosial dan pembelajaran secara natural mempengaruhi perkembangan anak dalam meningkatkan kekomplekan dan kesitematikan kognitif (Ginsburg at al. 1998: 409).[44] Strategi ini banyak digunakan untuk bermacam-macam mata pelajaran, terutama matematika. Dan bagus dipakai untuk siswa menengah atas.

Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudmya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus melalui tiga tahapan.[45]
1.          Tahap Prainstruksional, yaitu persiapan sebelum mengajar dimulai. Langkah ini dilakukan oleh guru saat mulai memasuki kelas dan hendak mengajar. Pada tahap ini guru dianjurkan untuk memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelas, dan kondisi peralatan yang tersedia dengan alokasi waktu yang singkat. Setelah itu, guru perlu melakukan ”pemanasan” dengan menanyakan perihal materi yang disajikan sebelumnya, serta materi yang akan diajarkan (pre-test). Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi dengan mengungkapkan kembali secara sekilas materi yang diajarkan sebelumnya lalu menghubungkannya dengan materi palajaran yang akan segera diajarkan. Kegiatan ini penting, karena kediatan belajar dan memahami materi pelajarn itu kebanyakan bergantung pada pengenalan siswa terhadap hubungan antar pengetahuan yang telah ia miliki dengan pengetahuan yang akan diajarkan.
2.          Tahap Intruksional, yaitu saat-saat mengajar. Tahap ini merupakan tahap inti dalam proses pengajaran. Pada tahap ini, guru menyajikan materi pelajaran (pokok bahasan) yang disususn lengkap dengan persiapan model, metode, dan strategi mengajar yang dianggap cocok. Seperti jika guru menggunakan metode ceramah atau metode ceramah plus, maka pada tahap pelaksanaan pengajaran ini, guru sangat dianjurkan menjelaskan pokok-pokok materi dan tujuannya. Sebelum menguraikan pokok-pokok materi tersebut lebih lanjut, setiap uraian seyogyanya dilengkapi dengan cotoh dan peragaan seperlunya. Terakhir guru hendaknya membuat kesimpulan mengenai uraian yang yang telah disampaikan. Jika memungkinkan, penulisan kesimpulan ada baiknya dilakukan oleh para siswa.
3.          Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut, yaitu penilaian atau hasil belajar siswa setelah mengikuti pengajaran dan penindaklanjutannya. Tahap terakhir proses mengajar terdiri atas kegiatan evaluasi dan tindak lanjut (follow up). Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang berlangsung pada tahap instruksional. Caranya ialah dengan mengadakan post test (alat pengukuran prestasi belajar siswa) sesudah menyajikan materi pelajaran. Kadar hasil pembelajaran (proses mempelajari sesuatu) siswa dapat digunakan sebagai pedoman penindak- lanjutan, baik yang bersifat pengayaan maupun perbaikan.

Ketiga tahapan yang telah dibhas di atas merupakan satu rangkaian kegiatan terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel. Sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh.[46]
Akhirnya, sebelum meninggalkan kelas, guru dianjurkan untuk memberitahukan pokok bahasan yang akan diajarkan kepada siswa pada pertemuan berikutnya. Langkah ini yang sangat sering dilupakan para guru itu cukup penting artinya bagi para siswa dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi materi baru dengan cara membaca sumber yang ada di rumah atau di perpustakaan.[47]
Selain itu, metode mengajar memiliki kelemahan-kelemahan disamping keunggulan-keunggulannya sendiri. Oleh karena itu guru perlu bijaksana dalam memilih atau memodifikasi metode yang hendak digunakan.[48]



BAB III
PENUTUP

            Kesimpulan
1.  Mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
2.  Ada dua macam aliran pandangan yang berbeda dalam melihat profesi mengajar. Yaitu aliran pertama yang menganggap mengajar sebagai “ilmu” dan aliran kedua yang menganggap mengajar sebagai “seni”. Penjelasan mengenai hal ini telah dijelaskan pada bab pembahasan.
3.  Kumpulan atau set model yang dianggap komprehensif, menurut Tadrif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh Brunce Joyce dan Marsya Weil dengan katagorisasi sebagai berikut: Model Information Processing ( Tahap Pengolahan Informasi), Model Personal (Pengembangan Pribadi), Model Sosial (Hubungan Kemasyarakatan), dan Model Behavioral (Pengembangan Prilaku)
4.  Ada 4 metode pokok mengajar yang dipandang representative dan dominan dalam arti digunakan secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada jenjang pendidikan formal. Yaitu metode ceramah, diskusi, demokrasi, dan metode ceramah plus.
5.   Ada beberapa macam strategi mengajar yang diyakini efektif dan sering digunakan oleh tenaga pendidik. Diantaranya adalah: Strategi SPELT (strategy program for effective learning/ teaching), Pembelajaran Direct Instruction (Pembelajaran Langsung/ Metode Exspositori), Diskusi sebagai suatu Strategi Pembelajaran, Penggunaan Small-Group Work sebgai suatu Strategi Pembelajaran, Penggunaan Co-Operative Learning sebagai suatu Strategi Pembelajaran, Penggunaan Problem Solving sebagai suatu Strategi Pembelajaran, Penggunaan Strategi Think-Talk-Write sebagai suatu Strategi Pembelajaran, Strategi Pembelajaran Berbasis Konstruktivis.
6.   Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudmya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus melalui tiga tahapan, yaitu tahapan prainstruksional, instruksional, serta tahapan evaluasi dan tindak lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsiddin Makmun. 2007. Psikologi Keperibadian Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung:Remaja Rosdakarya
Martinis Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: PT. Alfa Beta Bandung
Sudirman dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Suyanto, Slamet. 2008. Strategi Pendidkan Anak. Jogjakarta: Hikayat Publising
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya




[1] Muhibbin Syah,Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru,2010,hal.179.
[2] Ibid, hal.180.
[3] Muhibbin Syah,Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru,2010,hal.181.
[4] Ibid,hal 182.
[5] Syah,Muhibbin.2006.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,hal 186
[6]  Syaiful Sagala, 2010, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung; Alfabeta. Hal 175
[7]  Ibid… Hal. 178
[8]  Muhibbin Syah, 2010, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja rosdakarya. Hal. 187
[9]  Ibid… Hal. 187
[10]  Syaiful Sagala, op. cit… Hal 177
[11]  Muhibbin Syah, op. cit. Hal 192
[12] Abin Syamsiddin Makmun, 2007, Psikologi Keperibadian Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung, Remaja Rosdakarya, Hal. 224
[13]  Syaiful Sagala, op. cit, Hal . 177
[14] Tardif,1998
[15] Syah,Muhibbin.2006.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,hal 201
[16] Syah,Muhibbin.2006.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,hal 203       
[17] Sudirman dkk.1991.Ilmu Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,hal 113
[18] Sudirman dkk.1991.Ilmju Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya.hal 150
[19] Sagala,syaiful.2008.Konsep dan makna pembelajaran.Bandung:PT.Alfa Beta Bandung.hal.209
[20] Sudirman dkk.1991.Ilmju Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya.Hal 133
[21] Syah,Muhibbin.2006.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,hal 210
[22] Suyanto, Slamet.2008.Strategi Pendidkan Anak. Jogjakarta : Hikayat Publising hal.41
[23] Syah,Muhibbin.2006.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya, hal. 215
[24] Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta, hal. 222
[25] Syah,Muhibbin.2006.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,hal. 216
[26] Martinis Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press, hal. 66
[27] Ibid, hal. 67
[28] Martinis Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press, hal. 68
[29] Ibid, hal. 69
[30] Ibid, hal. 70
[31] Martinis Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press, hal. 71
[32] Ibid, hal. 71
[33] Ibid, hal. 72
[34] Martinis Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press, hal. 73
[35] Ibid, hal. 74
[36] Martinis Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press, hal. 75
[37] Ibid, hal. 79
[38] Ibid, hal. 80
[39] Martinis Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press, hal. 81
[40] Ibid, hal. 82
[41] Ibid, hal. 84
[42] Ibid, hal. 90
[43] Martinis Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press, hal. 91-92
[44] Ibid, hal. 92
[45] Syah,Muhibbin.2006.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,hal 217-218
[46] Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta, hal. 229
[47] Syah,Muhibbin.2006.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,hal 218
[48] Syah, Muhibbin.2006.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,hal. 219

0 comments:

Post a Comment