BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini telah kita ketahui bahwa ada banyak
kitab Nabi yang disebut kitab samawi. Kitab-kitab samawi ini ada sejak zaman
Nabi Adam sampai diutusnya Muhammad yang mempunyai landasan utama yaitu
mengajak manusia untuk beriman kepada Allah dan memberikan bimbingan serta
pengajaran untuk mencapai jalan yang lurus.
Pokok- pokok akidah dan syariat dalam
kitab-kitab samawi pada dasarnya satu. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surah asy-Syura [42]:13, yang artinya: “Dia telah mensyariatkan bagi kaum
tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu, dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan
‘Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya……..
”
Adapun perincian syariat dan pengamalannya,
antara kitab yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut
merupakan akibat dari penyesuaiannya dengan kondisi zaman dan kemaslahatan
umat. Apa yang bermaslahat untuk kondisi tertentu belum tentu bermaslahat pula
untuk kondisi lainnya, dan apa yang sesuai dengan tabiat kaum tertentu belum
tentu sesuai pula dengan kaumnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surah al-Ma’idahn [5]:48:[1]
...........لِكُلِّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَا
جًا.........(المائدة: 48)
“… untuk tiap-tiap umat di antara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang”
Al-Qur’an merupakan kitab yang terakhir dan
diturunkan kepada rasul yang terakhir
pula. Al-Qur’an hadir untuk melengkapi isi kitab-kitab samawi yang turun
sebelumnya, yaitu tentang ajaran aqidah dan syariat guna memperkuat iman
seseorang kepada Allah dan kepada kehidupan akhirat. Al-Qur’an berbeda dengan
kitab-kitab lainnya dalam aturan syariat, bentuk-bentuk ibadah dan tata cara
muamalat, karena penyesuaiannya dengan keadaan zaman. Dan hanya al-Qur’an yang
sesuai dengan tujuan akhir kehidupan manusia, yaitu mencari kesempurnaan hidup.[2]
Karena kepentingan untuk mempelajari al-Qur’an dan tafsirnya secara benar, maka
dari itu dikupaslah tentang israiliyat dalam tafsir.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi dari israilliyat baik secara bahasa maupun istilah ?
2. Bagaimana masuknya israilliyat ke dalam tafsir ?
3. Adakah hukum-hukum riwayat israilliyat ?
4. Bagaimanakah bahaya cerita israilliyat terhadap akidah kaum muslimin dan
terhadap kesucian ajaran islam ?
5. Apakah penyebab israilliyat diterima oleh para shahabat dan tabi’in
?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari israilliyat baik secara bahasa maupun
istilah
2. Untuk mengetahui merembesnya israilliyat ke dalam tafsir
3. Untuk mengetahui hukum-hukum riwayat israilliyat
4. Untuk mengetahui bahaya cerita israilliyat terhadap akidah kaum muslimin
dan terhadap kesucian ajaran islam
5. Untuk penyebab israilliyat diterima oleh para shahabat dan tabi’in
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Israiliyat
Sebelum melangkah lebih jauh tentang pembahasan
Israiliyat, alangkah indah dan baiknya kita menta’rifkan apa itu Israiliyat
baik secara bahasa ataupun menurut istilah nya, dan semoga Allah menjadkan ini
semua dalam kategori yang bernilai ibadah hendak nya, amiiin……..
Israiliyat secara Bahasa
Adalah jamak dari kata
mufradnya Israiliyah yang dinisbahkan kepada Nabi Ya’qub Alaihissalam, yang
dimaksud disisni adalah kaum atau anak cucu dari Ya’qub alaihissalam atau yang
lebih akrabnya kita kenal dengan nama Yahudi. Dan kalimat israiliyah berasal
dari kata atau bahasa Ibraniyah,dan ia adalah murakab dari kata isra yang
berarti ‘abdun atau hamba dan “il”yang bermakna Allah,jadi kata israil berarti
hamba Allah[3]
Israiliyat secara Istilah
Sedangkan menurut istilah
ialah kisah-kisah ataupun keterangan tentang Al-Qur’an yang atau pun Hadits
bersumberkan dari Yahudi, tapi walaupun dinamakan Israiliyat (bersumber dari
yahudi)Ulama sepakat untuk memakai kan istilah ini untuk keterangan terhadap
Alqur’an baik yang bersumber dari Yaudi ataupun Nasrani dan yang lainnya[4]
2.2 Masuknya Israilliyat ke dalam Tafsir
Untuk menentukan tanggal ataupun musim masuk nya
Israiliyat kedalam tafsir rasanya kita agak kesulitan karma shahabat ataupun
tabiin tidak pernah menjelaskan hal yang demikian, tapi kita beranikan diri
untuk mengataklan bahwa israiliyat masuk kedalam tafsir pada masa nabi yang
bermulai ketika Nabi SAW hijrah ke madinah munawwarah(karma disituah sarang nya
ahlul kitab)dan keteika itu jugalah Nabi SAW menawarkan Islam kepada
ahlilkitab, boleh jadi Nabi sendiri yang bertanya kepada mereka tentang tsaqafah
mereka dalam Taurat atau pun Injil atau pun mereka yang bertanya kepada
Rasulullah tentang Islam.
Kalau kita perhatikan hadits-hadits Nabi Muhammad saw
pasti tak asing lagi bagi kita. Kalau menemukan dialog-dialog Nabi dan para
ahli kitab baik itu dari golongan Nasrani ataupun Yahudi nya.
Sebenarnya cara merembesnya cerita-cerita Israilliyat ke
dalam tafsir dan hadis didahului oleh masuknya kebudayaan Arab zaman jahiliyah.
Pada waktu itu hidup di tengah-tengah orang Arab segolongan ahli Kitab, yaitu
kaum Yahudi yang pindah ke Jazirah Arab sejak dahulu. Perpindahan itu terjadi
secara besar-besaran pada tahun 70 M. Mereka lari dari ancaman dan siksaan yang
datang dari Titus.[5]
Mereka pindah ke Jazirah Arab bersama kebudayaan yang
mereka ambil dari kitab-kitab agama mereka. Uraian-uraian kitab itu mereka
terima sebagai warisan dari nabi atau ulama mereka, dan mereka wariskan dari
generasi ke generasi. Mereka mempunyai tempat yang diberi nama Midras, yaitu
tempat yang dijadikan pusat pengkajian kebudayaan warisan yang telah mereka
terima. Selain itu di tempat yang lain mereka menentukan tertentu sebagai
tempat mereka beribadah dan menyiarkan.[6]
2.3 Hukum-hukum riwayat
Israilliyat dan Maudu’-maudu’nya
Untuk menghukum riwayat israiliyat ini dapat kita
bagi menjadi tiga bagian penting
1.
dapat diterima
Riwayat yang akan kita
terima dari israiliyat ini tentunya sesuai dan cocok dengan yang ada daalam
syariat yang diturun kan kepada Nabi kita Muhammad saw,dan selama itu cocok
maka boleh kita menerima riwayat tersebut,ini semua bardalil kan pada hadits
Nabi saw yang artinya”beretahdits lah kamu dengan para banu israil
karma itu semua tidaklah mengapa” maksud dari hadits yang
shahih ini adalah bolehnya bertahdits dengan para ahlulkitab serta menerima nya
selama kita tahu akan kebenaran nya dan sesuainya dengan apa yang diturun
kepada Nabi Muhammad baik itu Alqur’an ataupun Hadits Rasulullah saw
2.
Riwayat yang tertolak atau mardud
Jika kita mengetahui
dengan pasti akan kebohongan atau pun kedustaan riwayat israiliyat maka
kewajiban kita selanjut nya adalah menolak nya dan tidak menerima nya serta
tidak meriwayat kannya kwpada orang lain karma itu semua akan berdampak
negative terhadap keyakinan kita sebagai umat islam dan akan merusak citra umat
islam itu sendiri,ini dikarenakan nabi sendiri melarang umat nya untuk
meriwayatkan kisah2 yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan Al-qur’an dan
sunnah Rasulillah
3.
Riwayat yang natawaqqaf minhu
Riwayat yang dimaksud disini
adaklah riwayat israiliyat yang kita tidak tau kebenaran ataupun kebohongan
nya,mungkin kita tidak pernah dapati didalam Alqur’an ataupun Hadits yang
menyatakan kebohongan nya ataupun kebenaran nya,oleh karma itu Nabi saw telah
mentahzir atau memperingatklan kita umat islam dalam sebuah hadits yamng cukup
ma’ruf dikalangan ahlul ‘ilmi “laa tushadiquu ahlal kitabi walaa
tukazibuuhum waquluu aamanna billahi wama unzila ilaina”jangan kamu
benarkan kan ahli kitab itu dan jangan pula kamu dustakan mereka dan katakana
lah kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami”
Adapun untuk meriwayat kan riwayat israiliyat yang
seperti ini telah berselisih para ulama diantara mereka ada yang memboleh kan
dan diatara yang lain nya melarang karma mereka menilai bahwa ini akan membawa
agama pada hal-hal yang tidak diingin kan oleh Allah dan Nabi saw.
e. Maudu’ riwayat israiliyat
Maudu’ maudu’ israiliyat ini tidak akan terlepas dari
tiga hal pokok, yang insya Allah akan kita urut sebagai berikkut
1.
Maudu’ yang berhubungan
dengan A’qidah
Seperti Apa Yang Diriwayat Kan Oleh Imam Al Bukhari
Rahimahullah Didalam Kitab Shahih Nya Dari Abdullah Dia Berkata “Telah Datang
Seorang Pendeta Yahudi Menghadap Nabi Saw Lalu Dia Berkata”Ya Muhammad Kami
Mendapati (Di Dalam Taurat) Bahwa Allah Menjadikan Langit Pada Sebuah Jari Dan
Bumi-Bumi Dalam Satu Jari Dan Seluruh Makhluk Lalul Allah Berkata Saya Adalah
Raja Dalam Satu Jari Diwaktui Nabi Lannsung Tertawa Sehingga Tampak Gigi Taring
Nya Karma Membenarekan Apa Yang Disampaikan Oleh Pendeeta Yahudi Tadi Kemudian
Nabi Membaca Ayat
وما قدروا الله حق قدره
2.
Maudu’ yang berhubungan
dengan Syaria’t (Ahkam)
Seperti apa yang
dirirawayat kan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar dia berkata bahwa
segolongan orang yahudi datang untuk menghadap Nabi saw dengan membawa seorang
laki-laki dan seorang perempuan yang telah berzina,lalu Rasulullah berkata
bagaimana hokum nya menurut kamu?lalu mereka menjawab “kami pukuli
saja”kemudian rasulullah berkata”apakah tidak kalian dapati didalam taurat
hokum rajam?lalu mereka sepakat untuk menjawab”tidak!kemudian Abdullah bin
salam berkata bohong kalian!dan seterus nya,,,,,
3.
Maudu’ yang berhubungan
dengan kisah-kisahan pelajaran
Riwayat ini seperti apa yang diriwayat kan oleh Ibnu
katsir dalam tafsir nya yang masyhur ketika mntafsirkan surat Hud ayat yang ke
38;yang artinya “dan buatlah perahu itu dengan pegawalan dan perintah kami,dan jangan
tanyakan lagi kepadaku tentang orang2 kafir,sesungguhnya mereka akan
ditenggelamkan”
Bahwa terdapat dalam taurat sesungguh nya Allah menyuruh
Nabi Nuh untuk membuat perahunya dengan kayu jati dan panjang nya 80 ziras’
serta lebarnya 50 zira’ dan lain-lain.[7]
2.4 Bahaya Cerita Israilliyat
Terhadap Akidah Kaum Muslimin Dan Terhadap Kesucian Ajaran Islam
Tidak dapat dilakukan
lagi, bahwa cerita israiliyat yang mengandung kebatilan dan khurafat itu
sebagian besar dinisbahkan kepad rasulullah dan para sahabatnya. Sebagian
perang yang tekun di dalam menafsirkan al-Quran telah mengambil cerita itu
sebagai materi tertentu, dalam rangka menafsirkan al-Quran. Dengan bentuk yang
demikian itu akan tergambarkan bahaya yang luar biasa dan sangat banyak karena
akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Cerita tersebut akan merusak kaidah kaum
Muslimin karena mengandung unsur penyerupaan dan pengkongkritan (tasybih
dan tajsim) kepada Allah dan menyifati Allah dengan sifat yang tidak
sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya.[8]
2.
Cerita-cerita israiliyat memberikan gambaran
seolah-olah Islam itu agama yang penuh dengan khurafat dan kebohongan yang
tidak ada sumbernya. Semuanya itu adalah kebohongan, siasat orang yang
menyesatkan dan hayalan masyarakat yang tersesat.[9]
3.
Sesungguhnya dengan cerita israiliyah itu hampir
saja hilang kepercayaan pada sebagian ulama Salaf, baik dari kalangan para
sahabat maupun para tabi’in. tidak sedikit cerita israiliyah yang mungkar ini
di sandarkan kepada segolongan ulama Salaf saleh yang dikenal keimanan dan
keadilannya.[10]
4.
Hampir saja cerita israiliyat itu memalingkan
manusia dari maksud dan tujuan al-Qur’an, memalingkan dari memikirkan
ayat-ayatnya, mengambil manfaat dari ibarat dan nasihatnya, dan membahas
hukum-hukum dan hikmahnya, sesutu yang tidak ada kebaikkannya, kepada hal-hal
kecil yang tidak ada nilainya, menghabiskan waktu untuk mengetahui sesuatu yang
tidak ada faedahnya.[11]
2.5
Penyebab Israilliyat diterima oleh para Shahabat dan Tabi’in
Sebagaimana yang kita maklumi bahwa sebagian
shahabat ataupun tabiin mereka meriwayat kan dari para tokoh ataupun ulama
ahlul kitab itu sendiri,seperti halnya dengan Abu hurairah,Ibnu Abbas, Anas bin
malik,dan lain lain nya dari para shahabat ridwanullahi alaihim,dan termasuk
juga yang meriwayat kan dari mereka ini adalah kalangan tabiin, mereka
mengambil dari ahlul kitab kemudian disampaikan kepada kalayak ramai,tetapi
mereka para shahabat atau pun tabiin mereka meriwayat kan dari ahlul kitab ini
punya syarat tertentu dan menerimanya pun punya syarat tertentu ,maka tak heran
ketika para shahabat ataupun tabin ketika mereka menerima riwayat dari ahlul
kitab terjadi perdebatan yang tak kalah sengit nya atau seminimal mungkin
terjadi nya hiwar, dan insya allah akan kita jelaskan pada baba tertentu nanti
nya.[12]
Dan
mengenai penyebab shahabat ataupun tabiin menerima riwayat mereka para ahlul
kitab itu dikarenakan oleh sebab-sebab berikut ini:
1.
Para shahabat ataupun tabiin ridwanullahi
alaihim melihat dan menyaksikan bahwa Nabi saw telah melakukan hal yang
serupa diwaktu dulu,seperti dialog dengan para tokoh ahlul kitab terkhusus dari
kalangan yahudi,seperti dialog nabi dengan Abdullah bin Salam, yang
sangat panjang sekali,yang pada inti nya Abdullah bin Salam menerangkan atau
menjelaskan dan menanyakan tentang kerasulan Nabi Muhammad saw.
2. penyebab
yang kedua adalah bahwa Nabi pernah mengatakan didalkam hadits nya yang shahih
seperti berikut ini.
“Riwayatkan lah atau
bertahadits lah kamu dengan banu israil,
karna itu tidaklah mengapa”.
Dan hadits ini dijadikan landasan oleh shahabat
untuk menerima riwayatnya orang ahlul kitab terkhusus yahudi.
3. Penyebab berikutnya adalah
bahwa nabi saw tidak menafsirkan seluruh ayat al- Qur’an yag diturun kan
kepadanya,maka untuk mentafsirkan ini diperlukan ilmu yang sagat luas dan
sangat dibutuhkan para ahlul kitab yang punya tsaqafat tinggi dalam kitab
mereka terlebih lagi ketika mentafsir kan ayat yang berhubungan dengan
kisah-kisah terdahulu seperti kisah nya nabi adam,atau yang sebelum nya yaitu
sebelum penciptaan adam as dan kisah-kisah para nabi sesudahnya.
Tapi
yang perlu kita jadikan catatan penting dalam masalah ini adalah bahwa para
shabhabat atupun tabiin tidak menanyakan seluruh persoalan yang ada pada ahlul
kitab tapi mereka hanya menanyakn masalah yang berkisar tentang kisah-kisah
atau pun kebiasaan ahlul kitab,tapi ketika berbicara masalah aqidah para
sahabat ataupun tabiin tidak mau berkompromi dengan ahlul kitab,karma mereka
berdalilkan dengan perkataan Nabi Sallahualaihi Wasallam”laa tusaddiquu ahlal
kitaabi wala tukazzibuhu waquuluu amanna billahi wama unzila ilaina.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Israiliyat merupakan kisah-kisah ataupun keterangan
tentang Al-Qur’an ang atau pun Hadits bersumberkan dari Yahudi, tapi walaupun
dinamakan Israiliyat (bersumber dari yahudi) Ulama sepakat untuk memakai kan
istilah ini untuk keterangan terhadap Alqur’an baik yang bersumber dari Yaudi
ataupun Nasrani dan yang lainnya.
Sebenarnya
Israilliyat di dalam al-Qur’an juga sangat banyak sekali. Namun, di dalamnya
tidak mengupas Israilliyat secara detail seperti yang ada di dalam kitab Taurat
dan Injil. Dan oleh karena itu sebagian ulama’ ada yang berpendapat
memperbolehkan kita semua untuk mempelajarinya dan sebagian tidak
memperbolehkam.
Israilliyat
juga bisa merusak kaidah-kaidah Islam dan Mukmin, dikarenakan berita
(cerita-cerita) Israilliyat itu mengalirkan cerita-cerita yang menyesatkan, dan
yang lebih buruknya lagi yakni pesyirikan kepada Allah. Sedangkan kita sebagai
umat Islam tidak boleh mempelajari yang berhubungan dengan menyekutukan Allah.
B. Saran
Sebenarnya kita tidak dilarang Nabi
untuk mempelajari Israilliyat.
Namun, yang dimaksud tidak disini adalah sekedar untuk mengetahui secara garis
besar jika kita hanya ingin mengetahui dan menambah pengetahuan kita saja. Dan
akan diperbolehkan lebih mendetail jika untuk kepentingan penelitian atau untuk
pengetahuan umum. Namun, jika mempelajarinya untuk menambah Referensi dan ingin
mempelajarinya untuk diyakini maka kita sangat tidak diperbolehkan. Karena hal
ini akan merusak keyakinannya kepada Islam dan para umatnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abu Syahbah, Muhammad bin
Muhammad (1408). Al-Israiliyyat wa al-Mawdu’at fi Kutub al-Tafsir.
2.
Al-Dhhabi, Muhammad
Husayn(1987). Al-Tafsir wa al-Mufassirun.
3.
Abd al-Wahhab Abd al-Wahhab
Faid(1978). Al-Dakhil fi al-Quran al-Karim.
- 4. Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009. Studi Ilmu-ilmu Qur’an / Manna’ Khalil Al-Qattan, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Mudzakir AS. –Cetakan 13--. Bogor : P.T. Pustaka Litera Antar Nusa.
5.
Zahabi, Muhammad Husain. 1993.
Israilliyat dalam Tafsir dan Hadis, diterjemahkan dari
bahasa Arab oleh Drs. Didin Hafidhuddin.--Cetakan ke 2--. Bogor. P.T. Pustaka
Litera Antar Nusa.
[1] Israilliyat
dalam kitab Tafsir dan Hadist.1993. hal. 1;
[2] Israilliyat
dalam kitab Tafsir dan Hadist.1993. hal. 2;
[3] Ad
dakhil fit tafsir oleh doctor suwailem hal 51
[4] Tafsiir
wal mufasirun doctor husain zahaby
[5]
Lihat Kitab al-Yahudi fi Biladil Arab, oleh Israil Alfansi, hal. 9;
[6] Israilliyat
dalam kitab Tafsir dan Hadist.1993. hal. 11;
[7] Tafsir ibnu katsir
jilid 2
[8] Israilliyat
dalam kitab Tafsir dan Hadist.1993. hal. 27;
[9] Israilliyat
dalam kitab Tafsir dan Hadist.1993. hal. 32;
[10] Israilliyat
dalam kitab Tafsir dan Hadist.1993. hal. 33;
[11] Israilliyat
dalam kitab Tafsir dan Hadist.1993. hal. 34;
[12] Israilliyat
dalam kitab Tafsir dan Hadist.1993. hal. 208;
0 comments:
Post a Comment