Saturday, September 28, 2013

PEMBELAJARAN TA’BIR PADA MAHARATUL KITABAH


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Bahasa itu kadangkala bisa diungkapkan secara lisan dan tertulis. Bahasa yang diungkapkan secara lisan atau langsung biasa disebut syafahi, sedangkan yang diungkapkan secara tertulis atau tidak langsung biasa disebut kitabah. Karena setiap siswa tidak selalu mengungkapkan bahasanya secara langsung, bisa dengan cara tertulis (kitabah) dan yang tidak mengungkapkan secara tertulis (kitabah), bisa dengan cara lisan (syafahi).
Dalam maharah kitabah terdapat suatu pembelajaran yang dinamakan dengan  pembelajaran ta’bir. Dimana pembelajaran ta’bir itu bisa disebut sebagai insya’, yang dalam bahasa Arabnya memiliki arti mengarang dimana fungsinya untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimiliki awal didik.  
Dalam pembelajaran ta’bir sendiri terbagi menjadi dua tingkatan yang sesuai dengan tingkatan kebahasaan siswa, yaitu ta’bir muwajjah (terbimbing) dan ta’bir hurr (bebas). Pada tingkatan ta’bir muwajjah (terbimbing) siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta telah berkembang konsep-konsep kebahasaannya. Mereka disiapkan untuk berlatih menulis dengan menggunakan bentuk-bentuk tata bahasa yang telah diperoleh pada pelajaran kalam, qiro’ah dan imla’. Siswa diberi kebebasan untuk memilih kata-kata dan bentuk-bentuk kebahasaan dalam latihan menulis, tetapi tidak diperbolehkan menulis ta’bir diatas tingkatan kebahasaannya. Siswa mulai menulis satu paragraf atau dua paragraf seputar apa yang mereka dengar dan mereka baca. Adapun ta’bir hurr (bebas) merupakan tingkatan terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkatan ini siswa diberi kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya serta penggunaan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi siswa tidak terlepas dari bimbingan guru. Pada tingkatan ini pembelajaran bisa dimulai dengan pemilihan tema yang sesuai dengan tingkatan kebahasaan siswa dari sisi kosakata, tarkib, dan penggunaan kaidah-kaidah bahasa.
Maka untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan yang telah disinggung diatas, penulis akan menguraikan lebih rinci lagi tentang pembelajaran ta’bir.

B.     Rumusan Masalah
1.        Apa yang anda ketahui tentang ta’bir?
2.        Bagaimana cara-cara dalam pembelajaran ta’bir?
3.        Apa sajakah tingkatan dalam pembelajaran ta’bir?

C.     Tujuan Masalah
1.        Untuk mengetahui pengetahuan tentang ta’bir.
2.        Untuk mengetahui cara-cara pembelajaran ta’bir.
3.        Untuk mengetahui tingkatan dalam pembelajaran ta’bir.



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Ta’bir
a.      Pengertian Ta’bir
Ta’bir bisa juga disebut sebagai insya’, dimana dalam bahasa Arab memiliki arti mengarang, dan bertujuan untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimiliki awal didik. Dan melalui pelajaran ini diharapkan anak didik dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif sehingga berpikirnya menjadi berkembang dan tidak statis.[1]
b.      Tujuan Ta’bir
Di antara tujuan dari pelajaran Ta’bir ialah :
ü    Siswa dapat mengarang kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa arab.
ü    Siswa terampil dalam mengemukakan buah pikirannya, melalui karya tulis atau berupa karangan lisan.
ü    Siswa mampu berkomunikasi melalui korespondensi dalam bahasa arab.
ü    Siswa dapat mengarang buku-buku cerita yang menarik.
ü    Siswa dapat menyajikan berita atau peristiwa kejadian dalam lingkungan masyarakat dan dunia Islam melalui karya yang berbentuk cerita pendek (cerpen), tajuk rencana, artikel dan karya ilmiyah lainnya, yang aktual dan merangsang.[2]

2.      Cara-cara Pembelajaran Ta’bir
Adapun dalam pembelajaran ta’bir ada beberapa cara yang dapat dilakukan pada setiap tingkatannya, yang pada dasarnya semua materi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ta’bir hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir serta usia mereka.

Ø    Berdasarkan tingkatannya:
Pada tingkatan dasar, pembelajaran ta’bir dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat-kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana. Contohnya bila seorang guru telah memberikan mufradat, siswa menirukan dan guru meminta siswa untuk membuat sebuah kalimat yang sederhana dari mufradat tersebut.
Sedangkan pada tingkatan menengah, pembelajaran ta’bir dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah mengandung suatu pengertian yang utuh. Contohnya seperti halnya pada tingkatan dasar yang diminta membuat kalimat, akan tetapi pada tingkat ini sudah membuat kalimat yang sempurna dan bukan lagi kalimat yang sederhana. Dimana kalimat yang sempurna, utuh dan memiliki makna yang lengkap itu bisa saja kalimat yang terdiri dari SPOK (dalam bahasa Indonesia) atau dalam bahasa Arab fi’il, fa’il, dan maf’ul.
Sedangkan pada tingkatan tinggi, pembelajaran ta’bir sudah tidak terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik atau tema karangan atau ta’bir. Bisa mengenai cerita-cerita hikmah tertentu, syair, puisi, atau berupa karya ilmiyah lainnya. Dan siswa bisa langsung mengembangkan atau menjabarkan dari tema-tema yang telah disampaikan oleh gurunya.
Dari tingkatan-tingkatan tersebut, setelah ta’bir ataupun ungkapan dikerjakan anak didik, guru hendaknya mengadakan soal jawab, dan berdiskusi mengenai hasil karya mereka, dan memberi peluang diantara mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling melengkapi. Guru membetulkan ta’bir dengan memberikan berbagai keterangan dan penjelasan kepada anak didik, supaya anak didik tahu dimana letak kesalahan dan bisa diperbaiki lagi. Guru juga dapat mencatat dan melengkapi karyanya itu atas dasar keterangan gurunya. Guru mengakhiri pembelajaran ta’bir dengan memberikan berbagai petunjuk atau nasehat yang berguna bagi anak didik.[3]


3.      Tingkatan pembelajaran ta’bir 
a.       Ta’bir Muwajjah (terbimbing)
Pada tingkat ini siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta berkembang konsep-konsep kebahasaan. Mereka di siapkan untuk berlatih menulis dengan menggunakan bentuk-bentuk tata bahasa, susunan-susunan bahasa yang telah diperoleh pada pelajaran kalam, qiro’ah dan imla’. Pada tingkatan ini siswa diberi kebebasan untuk memilih kata-kata, tarkib dan bentuk-bentuk kebahasaan dalam latihan menulis, tetapi tidak diperbolehkan menulis ta’bir di atas tingkatan kebahasaannya. Siswa mulai menulis satu paragrap atau dua paragrap seputar apa yang telah mereka dengar dan mereka baca, seiring dengan bertambahnya kemampuan mereka dalam seni dan gaya menulis, mereka siap untuk melanjutkan pada tingkat berikutnya tingkatan ta’bir bebas, yaitu menulis tema-tema karangan dengan mengungkapkan maksud dan pikiran-pikirannya dengan berbahasa arab. [4]
Oleh sebab itu pembelajaran pada tingkat ini harus bertahap dimulai dari menulis sederhana dengan menulis satu kalimat kemudian berkembang menjadi beberapa kalimat kemudian berlanjut menjadi satu paragrap kemudian dua paragrap dan seterusnya. Untuk itu ada beberapa latihan yang bisa digunakan untuk pembelajaran pada tingkat ini, yaitu:
a.                   Dimulai dengan latihan menyempurnakan kalimat. Pada latihan ini bisa saja siswa menyempurnakan kalimat berbeda dengan siswa yang lain dan semuanya bisa benar.
b.                  Lanjutan latihan sebelumnya, bisa menggunakan latihan menganalisis, yaitu dengan mengganti bagian kalimat dengan ungkapan-ungkapan yang bisa memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan berbagai makna dalam satu kalimat.
c.                   Siswa diberi kalimat-kalimat pendek dan sederhana kemudian diminta untuk memanjangkan atau menambah dengan kata-kata baru.
d.                  Mengajukan beberapa kata yang tidak boleh diulang untuk membentuk kalimat tetapi harus ditambah dengan satu kata atau dua kata sehingga menjadi kalimat sempurna.
e.                   Menampilkan kalimat-kalimat dan diubah salah satu katanya sehingga menuntut untuk mengubah kata yang lain. Contoh:
Pاجعل الجملة التالية للمبنى للمجهول و غير ما يلزم!
Pاجعل للمثنى المذكر و غير ما يلزم!
Pاستبدل الفعل في الجملة بالاسم و غير ما يلزم!
f.                   Bisa juga dengan mengkhususkan latihan dengan memakai bentuk-bentuk waktu fiil.
g.                  Bisa dengan menggunakan pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan apa yang telah didengar atau telah dibaca dengan bentuk jawaban tertulis.
h.                  Bisa pindah dalam bentuk paragrap dan diminta untuk merubah fiilnya dari madhi ke mudhari’ atau isimnya dari mufrad ke mustanna atau ke jamak atau dari mudzakar ke muannast.
i.                    Atau juga bisa berlatih dengan menggunakan kerangka karangan seperti menggunakan urutan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara urut akan membentuk paragrap atau cerita. Contoh menulis dengan tema “tanah airku” (وطني)
 ما اسم وطنك ؟
 أين يقع ؟
 ما مساحته ؟
ما عدد سكانه ؟
 ما اللغة التي يتكلمها السكان ؟
 ما اسم رئيس الدولة ؟
 ما اكثر المحصولات ؟
j.                    Bisa juga dengan menggunakan latihan meringkas bacaan atau tema-tema dalam buku atau majalah, kemudian mendiskusikan hasilnya bersama-sama di kelas setelah itu siswa diminta untuk menuliskan ringkasan diskusi. Latihan ini mendorong siswa untuk mencari sumber-sumber pengetahuan, pikiran-pikiran yang bisa membantu mereka dalam menulis seperti menggunakan kitab-kitab referensi.
k.                  Menyempurnakan kalimat dengan penjelasan atau menjelaskan tentang sesuatu.
l.                    Menggunakan gambar dan lukisan seperti kartu bergambar, gambar pemandangan, gambar-gambar reklame dan lain-lain.
m.                Latihan menjelaskan kondisi tertentu. Seperti menjelaskan bagaimana ketika menghadap guru di depan kelas untuk meminta waktu untuk bertemu, “apa yang dikatakan?”  atau ketika bertemu teman lama tidak bertemu, “apa yang dikatakan?” dan lain-lain.
n.                  Bisa juga dengan mengacu pada kegiatan-kegiatan seperti rekreasi, bermain dan lain-lain.[5]

b.      Ta’bir Hurr (bebas)
Tingkatan ini merupakan tingkat terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkat ini siswa diberi kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya, penggunaan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru. Atau pada tingkat ini siswa sampai pada tingkat kreasi dalam menggunakan bahasa Arab walaupun tidak sampai pada tingkat seperti ketika menggunakan bahasa ibu. Setidak-tidaknya pada tingkat ini siswa bisa menulis Arab seperti yang ditulis oleh orang Arab tetapi berbeda pada tingkat kemampuan pengguanaan bahasanya.
Pada tingkat ini pembelajaran ta’bir dimulai dengan pemilihan tema yang sesuai dengan tingkat kebahasaan siswa dari sisi kosakata, tarkib, dan penggunaan kaidah-kaidah bahasa. Mungkin tema yang sesuai adalah yang ada, seputar teks-teks bacaan pada buku pelajaran tetapi kemudian diperluas dengan pengalaman atau pikiran-pikiran yang bisa membawa pikiran siswa pada hal-hal yang berhubungan dengan teks. Untuk itu hal penting yang bisa membantu siswa dalam mencari itu semua adalah pertanyaan-pertanyaan yang mendorong mereka untuk mencari jawabannya di luar teks buku. Di antara manfaat menggunakan teks-teks bacaan dalam buku untuk tahap awal pembelajaran mengarang ini adalah sebagai titik batu loncatan bagi siswa yang akan mengarungi tempat yang luas yang penuh dengan pikiran-pikiran, pengalaman-pengalaman dan lain sebagainya. Salah satu yang merupakan manfaatnya lagi adalah agar guru maupun siswa tidak melompat langsung dari kitabah muwajjah ke kitabah hurrah yang mungkin berakibat terjadinya kesalahan-kesalahan, seperti siswa menulis karangan berbahasa Arab dengan menterjemahkan dari bahasa mereka atau dengan berbahasa Arab tetapi memakai ungkapan dan gaya susunan bahasa mereka (bahasa ibu).[6]
Di antara tujuan awal menulis karangan dengan tema seputar tema-tema bacaan dalam buku teks adalah untuk melatih siswa menjelaskan, menimbang realita, menampilkan pikiran-pikiran serta menemukan penguat-penguat. Juga melatih siswa bagaimana memperoleh pikiran-pikiran dan kemudian mengungkapkannya serta menyampaikan dengan cara yang sistematis, menuangkan ke dalam bentuk tulisan yang mudah untuk dipahami, menyampaikan pikiran-pikirannya secara urut, dan sampailah pada sebuah kesimpulan yang jelas.
Sedangkan untuk pemilihan tema pada tingkat awal sebaiknya kita memilih tema-tema yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari atau aktifitas sehari-hari, mendiskripsikan tentang orang, tempat, kejadian-kejadian, ataupun tentang yang dibicarakan, didengar, dirasakan, atau apa saja yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, semua itu merupakan tema-tema yang baik untuk latihan menulis karangan.










Contoh dari Ta’bir Hurr:
العربية لغة عالمية
        كانت اللغة العربية لغة عالمية في العصر العباسي, الذي ازدهرت فيه الحضارة الإسلامية, وكانت العربية لغة تلك الحضارة التي ترجمت إليها الكتب من اليونانية والفارسية, وألف بها العلماء في الطب,والهندسة, والرياضيات, والعلوم, وغير ذلك. وحملت اللغة العربية تلك العلوم إلي أوروبا, فكانت أساس الحضارة العربية الحديثة.
         مرت بالعرب-بعد ذلك-عصور من الضعف, ابتعدوا فيها عن دينهم, وهجروا اللغة العربية الفصيحة, واستعملوا االلهجات, ثم جاء الاستعمار, فحارب الثقافة الإ سلامية, واللغة العربية الفصيحة, وشجع اللهجات, فكانت هناك لهجة مصرية, وأخرى مغربية, وثالثة سورية, وهكذا ..... وقد أدى هدا إلي تفرق العرب, وبعد بعضهم عن بعض, بحيث إذا سافر العربي من بلده إلي بلد عربي آجر, وجد بعض الصعوبة في الاتصال بأهل ذلك البلد إذا تحدثوا بلهجاتهم, ولايتحقق الاتصال التام بينه وبينهم, إلا إذا كان الحديث باللغة العربية الفصيحة.
         اجتلف الأمر اليوم, فضعفت اللهجات, وقويت اللغة العربية الفصيحة, بسبب التعليم و وسائل الاتصال الحديثة. واصبحت العربية لغة عالمية مرة ثانية, كالإنجليزية والفرنسية, والإسبانية. فهي إحدى اللغات الرسمية في هيئة الأمم المتحدة, وهي اللغة السادسة في العالم, يتحدث بها أكثر من ۲۰۰ مليون عربي, ويؤدى العبادات بها أكثر من مليار مسلم. [7]

Perubahan dari tahap mengarang terbimbing ke mengarang bebas, atau dari modifikasi kalimat ke menulis paragraf, harus menempuh jalan yang tidak pendek. Teknik dan latihan yang harus dilalui berupa:
ü    Menyingkat bacaan terpilih dengan cara menceritakan kembali dalam bentuk tulisan yang menggunakan bahasa murid sendiri latihan ini disebut précis and paraphrase.
ü    Menceritakan gambar yang dilihat atau pekerjaan yang dilakukan sehari-hari, dari bangun tidur sampai saat hendak tidur latihan ini disebut narration.
ü    Menceritakan perbuatan yang biasa dilakukan murid seperti mengedarai sepeda dan lain-lain latihan ini disebut exposition.
ü    Latihan menulis atau mengarang bebas dalam bentuk tulisan tentang masalah yang dikenal oleh pelajar. [8]
Model pembelajaran keterampilan menulis  paling tinggi tingkat kesulitannya. Proses yang dialami pembelajar dapat digambarkan sebagai berikut: [9]
Pengertian menulis
*      Adalah proses mengabadikan bahasa dengan tanda-tanda grafis
*      Represntasi dari kegiatan-kegiatan ekspresi bahasa
*      Kegiatan melahirkan pikiran dan erasaan dengan tulisan

 










skill-using activities
skill-getting
skill-using activities
skill-getting
 
skill-using activities
skill-getting
 
skill-getting





ü Writing down
Latihan yang melibatkan proses reproduksi bahan yang sudah dipelajari, berkonsentrasi pada ejaan dan tanda baca.
ü Writing in language
Pembelajar terlihat dalam berbagai aktivitas penerapan aturan tatabahasa


ü Fleksibilitas
Pembelajar ulai menulis dalam suatu kerangka, seperti latian tranformasi, penggabungan kaimat, perliasan kalimat
ü Menullis ekspresif
Menuis terbimbing dan bebas

Planning- rescanning-revising
Penulis yang baik
skill-using activities
skill-getting
 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.                  Ta’bir bisa juga disebut sebagai insya’, dimana dalam bahasa Arab memiliki arti mengarang, dimana bertujuan untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimiliki awal didik. Dan melalui pelajaran ini diharapkan anak didik dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif sehingga berpikirnya menjadi berkembang dan tidak statis.
2.                  Cara-cara pembelajaran berdasarkan tingkatannya:
Ø    Pada tingkatan dasar, pembelajaran ta’bir dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat-kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana.
Ø    Sedangkan pada tingkatan menengah, pembelajaran ta’bir dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah mengandung suatu pengertian yang utuh.
Ø    Sedangkan pada tingkatan tinggi, pembelajaran ta’bir sudah tidak terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik atau tema karangan atau ta’bir.
3.                  Tingkatan pembelajaran ta’bir 
a.       Ta’bir Muwajjah (terbimbing)
Pada tingkat ini siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta berkembang konsep-konsep kebahasaan. Mereka di siapkan untuk berlatih menulis dengan menggunakan bentuk-bentuk tata bahasa, susunan-susunan bahasa yang telah diperoleh pada pelajaran kalam, qiro’ah dan imla’.


b.      Ta’bir Hurr
Tingkatan ini merupakan tingkat terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkat ini siswa diberi kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya, penggunaan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru.
B.     Saran
            Semoga untuk pemakalah selanjutnya lebih baik dalam pemaparan tentang judul yang dibahas didalam makalah ini, yaitu “Pembelajaran Ta’bir”. Dan semoga makalah dapat memiliki manfaat yang besar bagi kita semua, baik bagi pemakalah ataupun pembaca sekalian.




DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abdul dkk, 2008, Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang Press, Malang
Azies, Furqanul dkk, 2000, Pengajaran Bahasa Komunikatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Iskandarwassid, 2008, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Izzan, Ahmad, 2009, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Homaniora, Bandung
Muhlis,Ahmad, 2009, Marahatul KalamWathoriqu Tadrisiha, STAIN Pamekasan Press, Madura
Ahmad Fuad Mahmud ‘Ulyan,1992, Al-Maharat al-Lughawiyah, Mahiyatuha Wa Turuqu Tadrisuha, Darul Muslim, Riyadh
Sholeh, Muhammad, 1995, al-Maharat al-Lughawiyah,Daraul an-Dalus, Saudi Arabiyah
عبد الرحمن بن إبراهيم الفوزان, ۲۰۰۲, العربية بين يديك, المكتب الئيس, العربية  السعودية


[1] Drs. H. Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 125
[2] Ibid, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 125

[3] Drs. H. Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 126
[4] Adul Hamid, , Pembelajaran Bahasa Arab, 55
[5] Adul Hamid, , Pembelajaran Bahasa Arab, 57
[6] Adul Hamid, , Pembelajaran Bahasa Arab, 58
[7] Abdul Rahman, Arabiyah Baina Yadaik,158
[8] Drs. H. Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 160
[9] Prof.Dr. Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, 292


Oleh :
Chabibatul Islamiyah Ichda                (09330001)
Mellisa Shofiyah                                 (09330006)
Faristin                                                (09330011)
Nur Asiyah                                          (09330064)
 

0 comments:

Post a Comment