BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa itu kadangkala bisa diungkapkan secara lisan dan tertulis.
Bahasa yang diungkapkan secara lisan atau langsung biasa disebut syafahi,
sedangkan yang diungkapkan secara tertulis atau tidak langsung biasa disebut
kitabah. Karena setiap siswa tidak selalu mengungkapkan bahasanya secara langsung,
bisa dengan cara tertulis (kitabah) dan yang tidak mengungkapkan secara
tertulis (kitabah), bisa dengan cara lisan (syafahi).
Dalam maharah kitabah terdapat suatu pembelajaran yang dinamakan
dengan pembelajaran ta’bir. Dimana pembelajaran
ta’bir itu bisa disebut sebagai insya’, yang dalam bahasa Arabnya memiliki arti
mengarang dimana fungsinya untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman
yang dimiliki awal didik.
Dalam pembelajaran ta’bir sendiri terbagi menjadi dua tingkatan
yang sesuai dengan tingkatan kebahasaan siswa, yaitu ta’bir muwajjah
(terbimbing) dan ta’bir hurr (bebas). Pada tingkatan ta’bir muwajjah
(terbimbing) siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah
menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta telah berkembang konsep-konsep
kebahasaannya. Mereka disiapkan untuk berlatih menulis dengan menggunakan
bentuk-bentuk tata bahasa yang telah diperoleh pada pelajaran kalam, qiro’ah
dan imla’. Siswa diberi kebebasan untuk memilih kata-kata dan bentuk-bentuk kebahasaan
dalam latihan menulis, tetapi tidak diperbolehkan menulis ta’bir diatas
tingkatan kebahasaannya. Siswa mulai menulis satu paragraf atau dua paragraf
seputar apa yang mereka dengar dan mereka baca. Adapun ta’bir hurr (bebas)
merupakan tingkatan terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkatan ini
siswa diberi kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya serta
penggunaan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi siswa tidak
terlepas dari bimbingan guru. Pada tingkatan ini pembelajaran bisa dimulai
dengan pemilihan tema yang sesuai dengan tingkatan kebahasaan siswa dari sisi
kosakata, tarkib, dan penggunaan kaidah-kaidah bahasa.
Maka untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan yang telah disinggung diatas, penulis akan menguraikan lebih rinci lagi tentang pembelajaran ta’bir.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang anda ketahui tentang ta’bir?
2.
Bagaimana cara-cara dalam pembelajaran ta’bir?
3.
Apa sajakah tingkatan dalam pembelajaran ta’bir?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengetahuan tentang ta’bir.
2.
Untuk mengetahui cara-cara pembelajaran ta’bir.
3.
Untuk mengetahui tingkatan dalam pembelajaran ta’bir.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Ta’bir
a.
Pengertian
Ta’bir
Ta’bir bisa juga disebut sebagai insya’, dimana dalam bahasa Arab
memiliki arti mengarang, dan bertujuan untuk mengungkapkan isi hati, pikiran
dan pengalaman yang dimiliki awal didik. Dan melalui pelajaran ini diharapkan
anak didik dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif
sehingga berpikirnya menjadi berkembang dan tidak statis.[1]
b.
Tujuan
Ta’bir
Di antara tujuan dari pelajaran Ta’bir ialah :
ü Siswa dapat
mengarang kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa arab.
ü Siswa terampil
dalam mengemukakan buah pikirannya, melalui karya tulis atau berupa karangan
lisan.
ü Siswa mampu
berkomunikasi melalui korespondensi dalam bahasa arab.
ü Siswa dapat
mengarang buku-buku cerita yang menarik.
ü Siswa dapat
menyajikan berita atau peristiwa kejadian dalam lingkungan masyarakat dan dunia
Islam melalui karya yang berbentuk cerita pendek (cerpen), tajuk rencana,
artikel dan karya ilmiyah lainnya, yang aktual dan merangsang.[2]
2.
Cara-cara Pembelajaran Ta’bir
Adapun
dalam pembelajaran ta’bir ada beberapa cara yang dapat dilakukan pada setiap
tingkatannya, yang pada dasarnya semua materi pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran ta’bir hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan
perkembangan berpikir serta usia mereka.
Ø Berdasarkan
tingkatannya:
Pada
tingkatan dasar, pembelajaran ta’bir dapat diberikan mengenai pembentukan
kata-kata atau kalimat-kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi
kalimat yang sederhana. Contohnya bila seorang guru telah memberikan mufradat,
siswa menirukan dan guru meminta siswa untuk membuat sebuah kalimat yang
sederhana dari mufradat tersebut.
Sedangkan
pada tingkatan menengah, pembelajaran ta’bir dapat ditingkatkan pada
pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah mengandung suatu pengertian
yang utuh. Contohnya seperti halnya pada tingkatan dasar yang diminta membuat
kalimat, akan tetapi pada tingkat ini sudah membuat kalimat yang sempurna dan
bukan lagi kalimat yang sederhana. Dimana kalimat yang sempurna, utuh dan
memiliki makna yang lengkap itu bisa saja kalimat yang terdiri dari SPOK (dalam
bahasa Indonesia) atau dalam bahasa Arab fi’il, fa’il, dan maf’ul.
Sedangkan
pada tingkatan tinggi, pembelajaran ta’bir sudah tidak terikat lagi dengan
ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya
menentukan topik atau tema karangan atau ta’bir. Bisa mengenai cerita-cerita
hikmah tertentu, syair, puisi, atau berupa karya ilmiyah lainnya. Dan siswa
bisa langsung mengembangkan atau menjabarkan dari tema-tema yang telah
disampaikan oleh gurunya.
Dari
tingkatan-tingkatan tersebut, setelah ta’bir ataupun ungkapan dikerjakan anak
didik, guru hendaknya mengadakan soal jawab, dan berdiskusi mengenai hasil
karya mereka, dan memberi peluang diantara mereka untuk saling bertukar pendapat
dan saling melengkapi. Guru membetulkan ta’bir dengan memberikan berbagai
keterangan dan penjelasan kepada anak didik, supaya anak didik tahu dimana
letak kesalahan dan bisa diperbaiki lagi. Guru juga dapat mencatat dan
melengkapi karyanya itu atas dasar keterangan gurunya. Guru mengakhiri pembelajaran
ta’bir dengan memberikan berbagai petunjuk atau nasehat yang berguna bagi anak
didik.[3]
3.
Tingkatan pembelajaran ta’bir
a.
Ta’bir Muwajjah
(terbimbing)
Pada
tingkat ini siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah
menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta berkembang konsep-konsep
kebahasaan. Mereka di siapkan untuk berlatih menulis dengan menggunakan bentuk-bentuk
tata bahasa, susunan-susunan bahasa yang telah diperoleh pada pelajaran kalam,
qiro’ah dan imla’. Pada tingkatan ini siswa diberi kebebasan untuk memilih kata-kata,
tarkib dan bentuk-bentuk kebahasaan dalam latihan menulis, tetapi tidak diperbolehkan
menulis ta’bir di atas tingkatan kebahasaannya. Siswa mulai menulis satu
paragrap atau dua paragrap seputar apa yang telah mereka dengar dan mereka
baca, seiring dengan bertambahnya kemampuan mereka dalam seni dan gaya menulis,
mereka siap untuk melanjutkan pada tingkat berikutnya tingkatan ta’bir bebas, yaitu
menulis tema-tema karangan dengan mengungkapkan maksud dan pikiran-pikirannya
dengan berbahasa arab. [4]
Oleh
sebab itu pembelajaran pada tingkat ini harus bertahap dimulai dari menulis
sederhana dengan menulis satu kalimat kemudian berkembang menjadi beberapa
kalimat kemudian berlanjut menjadi satu paragrap kemudian dua paragrap dan
seterusnya. Untuk itu ada beberapa latihan yang bisa digunakan untuk
pembelajaran pada tingkat ini, yaitu:
a.
Dimulai dengan latihan menyempurnakan kalimat. Pada latihan ini
bisa saja siswa menyempurnakan kalimat berbeda dengan siswa yang lain dan
semuanya bisa benar.
b.
Lanjutan latihan sebelumnya, bisa menggunakan latihan menganalisis,
yaitu dengan mengganti bagian kalimat dengan ungkapan-ungkapan yang bisa
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan berbagai makna dalam satu
kalimat.
c.
Siswa diberi kalimat-kalimat pendek dan sederhana kemudian diminta
untuk memanjangkan atau menambah dengan kata-kata baru.
d.
Mengajukan beberapa kata yang tidak boleh diulang untuk membentuk
kalimat tetapi harus ditambah dengan satu kata atau dua kata sehingga menjadi
kalimat sempurna.
e.
Menampilkan kalimat-kalimat dan diubah salah satu katanya sehingga
menuntut untuk mengubah kata yang lain. Contoh:
Pاجعل الجملة التالية للمبنى للمجهول و غير ما يلزم!
Pاجعل للمثنى المذكر و غير ما يلزم!
Pاستبدل الفعل في الجملة بالاسم و غير ما يلزم!
f.
Bisa juga dengan mengkhususkan latihan dengan memakai bentuk-bentuk
waktu fiil.
g.
Bisa dengan menggunakan pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan
apa yang telah didengar atau telah dibaca dengan bentuk jawaban tertulis.
h.
Bisa pindah dalam bentuk paragrap dan diminta untuk merubah fiilnya
dari madhi ke mudhari’ atau isimnya dari mufrad ke mustanna atau ke jamak atau
dari mudzakar ke muannast.
i.
Atau juga bisa berlatih dengan menggunakan kerangka karangan
seperti menggunakan urutan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara urut
akan membentuk paragrap atau cerita. Contoh menulis dengan tema “tanah airku” (وطني)
ما اسم
وطنك ؟–
أين يقع
؟–
ما
مساحته ؟–
ما عدد سكانه ؟–
ما
اللغة التي يتكلمها السكان ؟ –
ما اسم
رئيس الدولة ؟–
ما اكثر
المحصولات ؟–
j.
Bisa juga dengan menggunakan latihan meringkas bacaan atau
tema-tema dalam buku atau majalah, kemudian mendiskusikan hasilnya bersama-sama
di kelas setelah itu siswa diminta untuk menuliskan ringkasan diskusi. Latihan
ini mendorong siswa untuk mencari sumber-sumber pengetahuan, pikiran-pikiran
yang bisa membantu mereka dalam menulis seperti menggunakan kitab-kitab
referensi.
k.
Menyempurnakan kalimat dengan penjelasan atau menjelaskan tentang
sesuatu.
l.
Menggunakan gambar dan lukisan seperti kartu bergambar, gambar
pemandangan, gambar-gambar reklame dan lain-lain.
m.
Latihan menjelaskan kondisi tertentu. Seperti menjelaskan bagaimana
ketika menghadap guru di depan kelas untuk meminta waktu untuk bertemu, “apa
yang dikatakan?” atau ketika bertemu
teman lama tidak bertemu, “apa yang dikatakan?” dan lain-lain.
n.
Bisa juga dengan mengacu pada kegiatan-kegiatan seperti rekreasi,
bermain dan lain-lain.[5]
b.
Ta’bir Hurr (bebas)
Tingkatan
ini merupakan tingkat terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkat ini
siswa diberi kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya,
penggunaan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti
siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru. Atau pada tingkat ini siswa sampai
pada tingkat kreasi dalam menggunakan bahasa Arab walaupun tidak sampai pada
tingkat seperti ketika menggunakan bahasa ibu. Setidak-tidaknya pada tingkat
ini siswa bisa menulis Arab seperti yang ditulis oleh orang Arab tetapi berbeda
pada tingkat kemampuan pengguanaan bahasanya.
Pada
tingkat ini pembelajaran ta’bir dimulai dengan pemilihan tema yang sesuai
dengan tingkat kebahasaan siswa dari sisi kosakata, tarkib, dan penggunaan
kaidah-kaidah bahasa. Mungkin tema yang sesuai adalah yang ada, seputar
teks-teks bacaan pada buku pelajaran tetapi kemudian diperluas dengan
pengalaman atau pikiran-pikiran yang bisa membawa pikiran siswa pada hal-hal
yang berhubungan dengan teks. Untuk itu hal penting yang bisa membantu siswa
dalam mencari itu semua adalah pertanyaan-pertanyaan yang mendorong mereka
untuk mencari jawabannya di luar teks buku. Di antara manfaat menggunakan
teks-teks bacaan dalam buku untuk tahap awal pembelajaran mengarang ini adalah
sebagai titik batu loncatan bagi siswa yang akan mengarungi tempat yang luas
yang penuh dengan pikiran-pikiran, pengalaman-pengalaman dan lain sebagainya.
Salah satu yang merupakan manfaatnya lagi adalah agar guru maupun siswa tidak
melompat langsung dari kitabah muwajjah ke kitabah hurrah yang mungkin
berakibat terjadinya kesalahan-kesalahan, seperti siswa menulis karangan
berbahasa Arab dengan menterjemahkan dari bahasa mereka atau dengan berbahasa
Arab tetapi memakai ungkapan dan gaya susunan bahasa mereka (bahasa ibu).[6]
Di
antara tujuan awal menulis karangan dengan tema seputar tema-tema bacaan dalam
buku teks adalah untuk melatih siswa menjelaskan, menimbang realita,
menampilkan pikiran-pikiran serta menemukan penguat-penguat. Juga melatih siswa
bagaimana memperoleh pikiran-pikiran dan kemudian mengungkapkannya serta
menyampaikan dengan cara yang sistematis, menuangkan ke dalam bentuk tulisan
yang mudah untuk dipahami, menyampaikan pikiran-pikirannya secara urut, dan
sampailah pada sebuah kesimpulan yang jelas.
Sedangkan
untuk pemilihan tema pada tingkat awal sebaiknya kita memilih tema-tema yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari atau aktifitas sehari-hari,
mendiskripsikan tentang orang, tempat, kejadian-kejadian, ataupun tentang yang
dibicarakan, didengar, dirasakan, atau apa saja yang ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, semua itu merupakan tema-tema yang baik untuk latihan menulis
karangan.
Contoh dari Ta’bir Hurr:
العربية لغة عالمية
كانت اللغة العربية لغة عالمية في العصر
العباسي, الذي ازدهرت فيه الحضارة الإسلامية, وكانت العربية لغة تلك الحضارة التي
ترجمت إليها الكتب من اليونانية والفارسية, وألف بها العلماء في الطب,والهندسة, والرياضيات, والعلوم, وغير ذلك. وحملت اللغة العربية تلك العلوم إلي أوروبا, فكانت أساس الحضارة العربية الحديثة.
مرت
بالعرب-بعد
ذلك-عصور
من
الضعف,
ابتعدوا
فيها
عن
دينهم,
وهجروا
اللغة
العربية الفصيحة, واستعملوا االلهجات, ثم جاء الاستعمار, فحارب الثقافة الإ سلامية, واللغة العربية الفصيحة, وشجع اللهجات, فكانت هناك لهجة مصرية, وأخرى مغربية, وثالثة سورية, وهكذا ..... وقد أدى هدا إلي تفرق العرب, وبعد بعضهم عن بعض, بحيث إذا سافر العربي من بلده إلي بلد عربي آجر, وجد بعض الصعوبة في الاتصال بأهل ذلك البلد إذا تحدثوا بلهجاتهم, ولايتحقق الاتصال التام بينه وبينهم, إلا إذا كان الحديث باللغة العربية الفصيحة.
اجتلف
الأمر
اليوم,
فضعفت
اللهجات,
وقويت
اللغة
العربية
الفصيحة,
بسبب
التعليم
و
وسائل
الاتصال
الحديثة.
واصبحت
العربية
لغة
عالمية
مرة
ثانية,
كالإنجليزية
والفرنسية,
والإسبانية.
فهي
إحدى
اللغات
الرسمية
في
هيئة
الأمم
المتحدة,
وهي
اللغة
السادسة
في
العالم,
يتحدث
بها
أكثر
من
۲۰۰
مليون
عربي,
ويؤدى
العبادات
بها
أكثر
من
مليار
مسلم.
[7]
Perubahan dari tahap mengarang terbimbing ke mengarang bebas, atau
dari modifikasi kalimat ke menulis paragraf, harus menempuh jalan yang tidak
pendek. Teknik dan latihan yang harus dilalui berupa:
ü
Menyingkat bacaan terpilih dengan
cara menceritakan kembali dalam bentuk tulisan yang menggunakan bahasa murid
sendiri latihan ini disebut précis and paraphrase.
ü
Menceritakan gambar yang dilihat
atau pekerjaan yang dilakukan sehari-hari, dari bangun tidur sampai saat hendak
tidur latihan ini disebut narration.
ü
Menceritakan perbuatan yang biasa
dilakukan murid seperti mengedarai sepeda dan lain-lain latihan ini disebut exposition.
ü
Latihan menulis atau mengarang bebas
dalam bentuk tulisan tentang masalah yang dikenal oleh pelajar. [8]
Model pembelajaran keterampilan menulis paling tinggi tingkat kesulitannya. Proses
yang dialami pembelajar dapat digambarkan sebagai berikut: [9]
Pengertian
menulis
![]() ![]() ![]() |
skill-using activities
|
skill-getting
|
skill-using activities
|
skill-getting
|
skill-using activities
|
skill-getting
|
skill-getting
|
ü Writing
down
Latihan yang melibatkan proses reproduksi bahan yang sudah
dipelajari, berkonsentrasi pada ejaan dan tanda baca.
ü Writing
in language
Pembelajar
terlihat dalam berbagai aktivitas penerapan aturan tatabahasa
|
ü Fleksibilitas
Pembelajar
ulai menulis dalam suatu kerangka, seperti latian tranformasi, penggabungan
kaimat, perliasan kalimat
ü Menullis
ekspresif
Menuis terbimbing dan bebas
|
Planning-
rescanning-revising
|
Penulis
yang baik
|
skill-using activities
|
skill-getting
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Ta’bir
bisa juga disebut sebagai insya’, dimana dalam bahasa Arab memiliki arti
mengarang, dimana bertujuan untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan
pengalaman yang dimiliki awal didik. Dan melalui pelajaran ini diharapkan anak
didik dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif sehingga
berpikirnya menjadi berkembang dan tidak statis.
2.
Cara-cara pembelajaran berdasarkan tingkatannya:
Ø Pada tingkatan dasar, pembelajaran ta’bir dapat
diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat-kalimat yang telah
diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana.
Ø Sedangkan pada tingkatan menengah, pembelajaran
ta’bir dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah
mengandung suatu pengertian yang utuh.
Ø Sedangkan pada tingkatan tinggi, pembelajaran
ta’bir sudah tidak terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin
bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik atau tema karangan
atau ta’bir.
3.
Tingkatan pembelajaran ta’bir
a.
Ta’bir
Muwajjah (terbimbing)
Pada
tingkat ini siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah
menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta berkembang konsep-konsep
kebahasaan. Mereka di siapkan untuk berlatih menulis dengan menggunakan bentuk-bentuk
tata bahasa, susunan-susunan bahasa yang telah diperoleh pada pelajaran kalam,
qiro’ah dan imla’.
b.
Ta’bir
Hurr
Tingkatan
ini merupakan tingkat terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkat ini
siswa diberi kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya,
penggunaan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti
siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru.
B.
Saran
Semoga untuk pemakalah selanjutnya lebih baik dalam
pemaparan tentang judul yang dibahas didalam makalah ini, yaitu “Pembelajaran Ta’bir”. Dan semoga
makalah dapat memiliki manfaat yang besar bagi kita semua, baik bagi pemakalah
ataupun pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abdul dkk, 2008, Pembelajaran Bahasa Arab, UIN
Malang Press, Malang
Azies, Furqanul
dkk, 2000, Pengajaran Bahasa Komunikatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Iskandarwassid,
2008, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Izzan, Ahmad, 2009, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,
Homaniora, Bandung
Muhlis,Ahmad, 2009, Marahatul KalamWathoriqu Tadrisiha, STAIN
Pamekasan Press, Madura
Ahmad Fuad Mahmud ‘Ulyan,1992, Al-Maharat al-Lughawiyah, Mahiyatuha Wa
Turuqu Tadrisuha, Darul Muslim, Riyadh
Sholeh, Muhammad, 1995, al-Maharat al-Lughawiyah,Daraul an-Dalus, Saudi
Arabiyah
عبد
الرحمن بن إبراهيم الفوزان, ۲۰۰۲, العربية بين يديك, المكتب الئيس, العربية السعودية
[1] Drs. H. Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,
125
[2] Ibid, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 125
[3] Drs. H. Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,
126
[7] Abdul Rahman, Arabiyah Baina Yadaik,158
[8] Drs. H. Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 160
[9] Prof.Dr. Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, 292
Oleh :
Chabibatul Islamiyah Ichda (09330001)
Mellisa Shofiyah (09330006)
Faristin (09330011)
Nur Asiyah (09330064)
0 comments:
Post a Comment