Thursday, May 2, 2013

PERKEMBANGAN PSYCO-FISIK SISWA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ranah-ranah psiko-fisik adalah prases perkembangan yang terfokus pada proses-proses perkembangan yang di pandang memiliki keterkaitan langsung dengan proses belajar. Proses perkembangan itu meliputi perkembangan motor (motor development), yaitu proses perkembangan yang berpengaruh pada bentuk fisik (jasmaniah), proses perkembangan kognitif (cognitif development), yaitu proses perkembangan yang berpengaruh pada kecerdasan dan kemampuan seseorang. Bahasa komunikasi sangat penting bagi proses perkembangan seseorang, karena tanpa bahasa manusia tidak akan dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Anak yang baru lahir pun telah memiliki bahasa isyarat, dengan menangis jika ia menginginkan sesuatu, seiring dengan proses berkembangnya jasmaniah dan rohaniah maka ia akan dapat mengetahui dan memahami bahasa komunikasi yang lebih banyak lagi.
Proses perkembangan ranah-ranah motorik maupun kognitif sangat penting bagi proses belajar siswa. Karena dengan memahami proses perkembangan psiko-fisik siswa, seorang guru akan dapat menjadi seorang guru yang profesional.
Perkembangan fisik merupakan salah satu aspek perkembangan peserta didik yang sangat penting dan mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya, seperti halnya aspek karakteristik perkembangan fisik peserta didik.
Kognitif juga merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan mereka di sekolah. Sebagai seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan interaksi edukatif didalam kelas, dan perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didiknya. Dengan bekal pemahaman tersebut, maka guru akan dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses pendidikan atau melaksasnakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang dihadapinya. Dengan berkembangnya kemampuan kognitifini maka, akan memudahkan seorang menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga seorang anak didik akan mampu menjalankan semua tugasnya dengan baik dan benar dalam berinteraksi dengan sesamanya atau dengan lingkunganya.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaiman proses perkembangan motorik (fisik) siswa?
2.      Bagaimana proses perkembangan kognitif siswa?
3.      Bagaiman proses perkembangan bahasa siswa?

1.3   Tujuan
1.      Untuk mengetahui proses perkembangan motorik siswa.
2.      Untuk mengetahui proses perkembangan kognitif siswa.
3.      Untuk mengetahui proses perkembangan bahasa siswa.
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Proses Perkembangan Motorik (fisik) Siswa
            Dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya. Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala kedaan yang meningkatkan atau nenghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan-kegiatan organ fisik.
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade (dua dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan perkembangan terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani, seperti kepala, dan otak yang pada waktu dalam rahim berkenbang tidak seimbang.[1]
            menurut Gleitmen (1987 ) bekal yang dibawa seorang anak yang baru lahir sebagai dasar perkembangan kehidupannya ada dua:
1.      Bekal kapasitas motor atau jasmani adalah  respon otomatis yang juga dimiliki seorang bayi sebagai bekal dan dasar perkembangannya yakni gerakan kepala atau mulut yang jika setiap kali pipinya disentuh ia akan berbalik dan bergerak kea rah datangnya rangsangan. Ada dua macam reflek yang dimiliki oleh seorang bayi yaitu Graspe dan  Rooting reflex  yang merupakan kapasitas jasmani yang sampai umur kurang lebih lima bulan, belum memerlukan kendali ranah kognitif karena sel-sel otaknya belum cukup matang untuk berfungsi sebagai alat pengendal;iu.
2.      Bekal kapasitas panca indra (sensori) yaitu kapasitas sensori seorang bayi yang lazimnya mulai berlaku bersama-sama dengan berlakunya reflek-reflekmotor tadi bahkan dengan kualitas yang lebih baik. Dan ini terbukti dengan adanya kemampuan pengaturan nafas,penyedotan , dan tanda-tanda stimulus lainnya.
Ketika seorang anak memasuki sekolah dasar atau ibtidaiyah, pada umur enam atau tujuh tahun, sampai bahkan dua belas tahun maka perkembangan fiosiknya mulai tampak benar-benar seimbangdan proporsional, artinya organ-organ jasmani tumbuh serasi tidak lebih panjang atau lebih besar dari semestinya, misalnya, ukuran tangan kanan tidak lebih panjang dari tangan kiri. Gerakan-gerakan tubuh anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan munculnya keberanian mentalnya. Keberanian dan kemampuan ini disamping karena perkembangan kapasitas mental, juga disebabkan adanya keseimbangan dan keselarasan gerakan organ tubuh anak. Namun, patut dicatat bahwa perkembangan kemampuan fisik anak kurang berarti dan tak bisa meluas menjadi ketrampilan-ketrampilan psikomotor y6ang berkaidah tanpa usaha pendidikan dan pengajaran.
            Gerakan-gerakan motor siswa akan terus meningkat keanekaragaman, keseimbangan dan kekuatannya ketika ia menduduki bangku SMP dan SMA. Namun, peningkatan kualitas bawaan siswa ini justru membawa konsekuensi sendiri, yakni perlu pengadaan guru yang lebih piawai dan terampil. Kepiewaian guru dalam hal ini bukan hanya menyangkut cara melatih ketrampilan para siswa, melainkan juga kepiawaian yang berhubungan dengan penyampaian ilmu tentang alas an dan cara keterampilan tersebut dilakukan.[2]

            Bagi anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal sangatlah penting, sebab pertumbuhan dan perkembangan fisik anak secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi prilakunya sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan fisik anak akan menentukan ketrampilan anak dalam bergerak. Sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.[3]
            Menurut Freud ada enam tahap perkembangan fisik manusia meliputi:
a)      Tahap Oral : umur 0-1 tahun. Pada tahap ini mulut bayi merupakan daerah utama aktifitas yang dinamis pada manusia.
b)      Tahap Anal : 1-3 tahun. Pada tahap ini dorongan dan aktifitas gerak individu yang lebih banyak terpusat pada fungsi pembuangan kotoran.
c)      Tahap Valis : umur 3-5 tahun. Tahap ketika alat-alat kelamin merupakan daerah perhatian yang penting dan pendorong aktifitas.
d)     Tahap Laten : umur 5-12 dan 13 tahun. Pada tahap ini dorongan-dorongan aktifitas dan pertumbuhan cenderung bertahan dan sepertinya istirahat dalam arti tidak meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
e)      Tahap Puberitas : umur 12 dan 13. Pada tahap ini terjadi impuls-impuls menonjol kembali, kelenjar-kelenjar indokren tumbuh pesat, dan berfungsi mempercepat pertumbuhan kea rah kematangan.
f)       Tahap Genital : umur  12 dan seterusnya. Pada tahap ini pertumbuhan genital merupakan dorongan penting bagi tingkah laku seseorang.[4]
Secara garis besarnya, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu:
·         Setelah lahir hingga usia tiga tahun
·         Anak-anak hingga masa puberitas (3-10 tahun)
·         Tahap pubertas (10-14 tahun)
·         Tahap remaja atau adolesen (12 tahun ke atas).[5]
            Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.[6]
            Sejak umur 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar, dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan ia lebih menyukai pensil dari pada krayon untuk melukis. Hingga pada usia 10-12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan ketrampilannya .
            Anak-anak masa sekolah ini mengembangkan kemampuan melakukan permainan dengan peraturan, sebab mereka sudah dapat memahami dan menaati aturan-aturan suatu permainan. Pada waktu yang sama, anak-anak mengalami peningkatan dalam kordinasi dan pemilihan waktu yang tepat dalam melakukan berbagai cabang olahraga, baik secara individual ataupun kelompok.
2.2  Proses Perkembangan Kognitif  Siswa
            Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan mereka di sekolah.
            Sama halnya dengan sejumlah aspek perkembangan lainnya, kemampuan kognitif  anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap menuju kesempurnaannya. Secara sederhana, kemampuan konitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta kemampuan untuk melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.[7]
            Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. [8]
            Menurut seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak (Jean Piaget) yang hidup antara tahun 1896-1980, mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan:
1)      Tahapan Sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usia 2 tahun. Anak pada periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami hal yang sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara untuk melakukan sesuatu.
2)      Tahapan Prey-operational, yakni perkembangan ranah konitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanen. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat atau tak terdengar lagi. Dalam hal ini, anak mulai mampu melihat situasi problematic, yakni memahami bahwa sebuah keadaan, mengandung masalah, lalu ia berpikir sesaat untuk memecahkan masalah tersebut.
3)      Tahapan Concrete-operational, yakni perkembangan yang terjadi pada saat usia 7-11 tahun. Dalam periode ini, seorang anak akan memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of Operations (satu langkah berfikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu kedalam system pemikirannya sendiri.
4)      Tahapan Formal-Operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Dalam tahap perkembangan ini, anak yang sudah menjelang atau menginjak masa remaja memiliki kemampuan mengkoordinasikan sesuatu baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif yakni kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis ( anggapan dasar) seoarang remaja akan mampu berpikir hipotesis yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sementara itu, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang bersifat abstrak seperti ilmu agama, ilmu matematika, dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan lebih mendalam.[9]
2.3   Proses Perkembangan Bahasa Siswa
          semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir manusia untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya. Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak hal untuk dapat berbicara. Orang yang dalam jangka waktu cukup lama terus –menerus mendengar pengucapan suatu bahasa, biasanya ia akan mampu mengucapkan bahasa tersebut tanpa instruksi khusus atau direncanakan.[10]
          Pada masa ini anak-anak sudah dapat membedakan berbagai benda disekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara benda-benda tersebut. Disamping itu, penguasaan kosa kata anak juga meningkat pesat. Anak mengucap kalimat yang makin panjang dan bagus, menunjukkan panjang pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk.[11]
            Sampai pada masa akhir anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata anak meningkat dan cara anak-anak menggunakan kata dan kalimat bertambah kompleks. Dari berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah, bacaan, pembicaran dengan anak-anak lain, serta melalui radio dan televise, anak-anak menambah perbendaharaan kosa kata yang ia pergunakan dalam percakapan dan tulisan.
            Disamping peningkatan dalam jumlah perbendaharaan kata, perkembangan bahasa anak usia sekolah juga terlihat dalam cara anak berpikir tentang kata-kata. Peningkatan kemampuan anak sekolah dasar dalam menganalisis kata-kata, menolong mereka dalam memahami kata-kata  yang tidak berkaitan langsung dengan pengalaman-pengalaman pribadinya. Peningkatan kemampuan analitis terhadap kata-kata juga disertai dengan kemajuan dalam tata bahasa. Anak usia 6 tahun sudah menguasai hamper semua jenis struktur kalimat. Dari usia 6-9 atau 10 tahun, panjang kalimat semakin bertambah. Setelah usia 9 tahun, secara bertahap anak mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.[12]
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
            Perkembangan Motor atau fisik dapat diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya. Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala kedaan yang meningkatkan atau nenghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan-kegiatan organ fisik.
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade (dua dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan perkembangan terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani, seperti kepala, dan otak yang pada waktu dalam rahim berkenbang tidak seimbang.
Tahapan-tahapan perkembangan fisik, antara lain:
a.       Tahap oral, umur 0-1 tahun
b.      Tahap anal, umur 1-3 tahun
c.       Tahap falis, umur 3-5 tahun
d.      Tahap latin, umur 5-12 tahun dan 13 tahun
e.       Tahap puberitas , umur 12-13 tahun
f.       Tahap genital, umur 12 tahun dan seterusnya
perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Tahapan-tahapan perkembangan kognitif, antara lain:
a.       Tahap sensory-motor, umur 0-2 tahun
b.      Tahap pre-operational,umur 2-7 tahun
c.       Tahap concrete-operational, umur 7-11 tahun
d.      Tahap formal-operation, umur 11-15 tahun
Perkembangan bahasa siswa adalah perkembangan dimana seorang anak sudah dapat membedakan berbagai benda disekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara benda-benda tersebut. Disamping itu, penguasaan kosa kata anak juga meningkat pesat. Anak mengucap kalimat yang makin panjang dan bagus, menunjukkan panjang pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk.


















DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. cetakan ke lima
belas.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan.  Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.




[1] Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru. 2010. Hlm.59
[2] Ibid. hlm.60-61
[3] Dra. Desmita, M. Si. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. 2009. Hlm.73
[4]  Prof. Dr. H. Bahauddin, M.PdI. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. 2009. Hlm.104
[5] Dra.Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. 2009. Hal 74
[6] Desmita. Psikologi Perkembangan. 2006. Hlm.156
[7] Dra. Desmita, M. Si. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. 2009. Hlm.96
[8] Ibid. hlm.97
[9] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. 2010. Hlm 67-72
[10] Desmita. Psikologi Perkembangan. 2006. Hlm.112
[11] Ibid. hlm.139
[12] Desmita. Psikologi Perkembangan. 2006. Hlm.178





















0 comments:

Post a Comment