BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Sejauh ini telah
banyak perubahan sikap para ahli terhadap peran menulis dalam program
pengajaran bahasa. Beberapa ratus tahun yang lalu, pengajaran bahasa asing
dilakukan dengan cara yang sama, yaitu dengan metode terjemahan terjemahan teks
tulis. Kemudian datang metode langsung pada tahun 1930-an, yang menyisihkan
secara mutlak peranan menulis. Sejak saat itu melalui metode audiolingual dan
metode-metode pengikutnya, menulis tidak memperoleh tempat yang memadai di
dalam pengajaran. Para linguis cenderung memandang bahasa tulis sebagai bentuk
ungkapan nomor dua.
Tulisan merupakan bentuk pengibaratan yang besar yang
dibuat oleh manusia, dan manusia memulai sejarah peradabannya ketika menulis
sebuah tulisan. Sejarah peradaban akan hilang pada saat manusia tidak
menuliskan sesuatu yang telah dipelajarinya. Aktivitas menulis
memungkinkan siswa untuk memikirkan pengalaman yang mereka miliki.
Seperti halnya
kemampuan berbicara, kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang
bersifat aktif dan produktif. Namun dalam penggunaan bahasa sehari-hari
berbicara dilakukan dalam jumlah dan frekuensi yang lebih tinggi daripada
menulis. Selain frekuensinya yang tinggi berbicara pada umumnya dilakukan
secara spontan, tanpa banyak kesempatan untuk memperhatikan kaidah penggunaan
bahasa secara semestinya.
Hal yang berbeda
terjadi pada penggunaan bahasa secara tertulis. Dalam mengungkapkan perasaan
atau pikiran secara tertulis, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak
kesempatan untuk persiapan dan mengatur diri, baik dalam hal apa yang akan
diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya.
Dari itu
pemakalah ingin menjelaskan tentang pengertian maharah kitabah atau menulis,
serta menjelaskan strategi dan proses pembelajaran maharah kitabah, karena
maharah kitabah atau ketrampilan menulis merupakan salah satu ketrampilan yang
mendasar dari keempat ketrampilan berbahasa yang lain.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
Maharah Kitabah?
2.
Apa saja tujuan
dan manfaat dari mempelajari Maharah Kitabah?
3.
Apa saja aspek
dalam Maharah Kitabah (menulis)?
4.
Bagaimana proses
pembelajaran Maharah Kitabah?
5.
Apa strategi
pembelajaran Maharah Kitabah?
1.3.Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian Maharah Kitabah
2.
Mengetahui
tujuan dan manfaat dari mempelajari Maharah Kitabah
3.
Mengetahui aspek
yang ada dalam Maharah Kitabah
4.
Mengetahui
proses pembelajaran Maharah Kitabah
5.
Mengetahui strategi
pembelajaran Maharah Kitabah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Maharah Kitabah
Kitabah adalah sesuatu yang terpenting
yang ada pada kehidupan kita, karena kitabah merupakan ungkapan tertulis yang
dituangkan oleh penulis. Pengertian kitabah menurut bahasa adalah kumpulan
makna yang tersusun dan teratur. Dan makna kitabah
secara epistimologi adalah kumpulan dari kata yang tersusun dan mengandung
arti, karena kitabah tidak akan terbentuk kecuali dengan adanya kata yang
beraturan. Dan dengan adanya kitabah manusia bisa menuangkan expresi hatinya
dengan bebas sesuai dengan apa yang difikirkannya. Dengan menuangkan ungkapan yang
tertulis diharapkan para pembaca dapat mengerti apa yang ingin penulis
ungkapkan.[1]
Menulis
merupakan suatu aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan bahasa sebagai
medianya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala
kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan fluktuasi. Seseorang dapat
disebut sebagai penulis karena memiliki kemahiran menuangkan ide, gagasan, dan
perasaan secara runtut dalam bentuk tulisan. Apa yang dituliskan mengandung
arti dan manfaat yang membuat orang lain merasa perlu membaca dan menikmatinya.
(Sabarti Akhadiah, dkk, 2001:13)
Menulis adalah sebuah
ketrampilan berbahasa yang terpadu, yang ditunjukan untuk menghasilkan sesuatu
yang disebut tulisan. Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung
dalam perbuatan menulis, yaitu:
1. Penguasaan bahasa tulis, meliputi kosa kata,
struktur, kalimat, paragraf, ejaan, fragmatik dan sebagainnya.
2. Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik
yang akan ditulis.
3. Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan. Yaitu
bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga
membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita
pendek, makalah dan sebagainnya. (http:
//www.ialf.edu/kpbipa/papers/haherudinkurniawan.doc)
Pada dasarnya, menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
seorang menulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosa kata. Ketrampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan,
melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan studi
itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun
dan merangkai jalan fikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas,
lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada fikiran, organisasi,
pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat.[2]
2.2. Tujuan dan Manfaat Mempelajari
Maharah Kitabah
Beberapa tujuan dan
manfaat penting mempelajari maharah kitabah adalah:
- Menulis
merupakan bagaian dasar pada kehidupan dan termasuk syarat yang sangat
diperlukan pada kelangsungan hidup.
- Merupakan
suatu alat untuk mengajar pada semua jenis tingkatan.
- Merupakan
sarana untuk menggabungkan antara satu dengan yang lain (antara penulis
dengan pembaca).
- Merupakan
alat untuk menghubungkan masa sekarang dengan masa lampau, dan dengan
adanya kitabah manusia bisa mengetahui peradaban yang ada di masa lampau.
- Untuk
menjaga kelertarian peninggalan buku yang terdahulu.
- Merupakan
bukti penggadaan peristiwa sebenarnya.
- Merupakan
penghubung dari perseorangan tentang dirinya sendiri dan menggambarkan
tentang isi hatinya.[3]
Menurut Halliday dalam
dunia modern ini bahasa tulis memiliki sejumlah fungsi dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk fungsi berikut ini:
- Terutama
untuk tindakan: tanda-tanda di tempat umum seperti rambu lalu lintas,
label produk dan instruksi, dan untuk kontak sosial.
- Terutama
untuk informasi: surat kabar dan majalah, buku-buku nonfiksi, iklan,
laporan ilmiyah, dan buku petunjuk.
- Terutama
untuk hiburan: majalah hiburan, buku fiksi, puisi, dan drama. (Halliday
1985:40-1 dalam nunan 1991)[4]
Tujuan maharah kitabah
dalam pembelajaran bahasa diantaranya:
- Mampu
memahami beragam wacana tulisan.
- Mampu
mengekspresikan berbagai macam pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai tulisan. Disamping itu, pembelajaran ketrampilan menulis
juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional,
dan kematangan sosial juga untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi secara tertulis, dan memiliki kemampuan menggunakan bahasa
untuk bermacam-macam tujuan keperluan dan keadaan.[5]
Dalam
buku lain dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran ketrampilan menulis berdasarkan
tingkatannya diantarannya:
·
Tingkat pemula
Ø Menyalin
satuan-satuan bahasa yang sederhana
Ø Menulis
satuan bahasa yang sederhana
Ø Menulis
pernyataan dan pertanyaan yang sederhana
Ø Menulis
paragraf pendek.
·
Tingkat menengah
Ø Menulis
pernyataan dan pertanyaan
Ø Menulis
paragraf
Ø Menulis
surat
Ø Menulis
karangan pendek
Ø Menulis
laporan.
·
Tingkat lanjut
Ø Menulis
paragraf
Ø Menulis
surat
Ø Menulis
berbagai jenis karangan
Ø Menulis
laporan.[6]
2.3. Aspek dalam Maharah Kitabah
Poin-poin
umum yang ada dalam pembelajaran kitabah adalah:
- Susunan
kelengkapan kitabah
Susunan
pada kitabah merupan poin dasar pada ketrampilan kitabah, dasar dari
ketrampilan ini adalah penguasaan ilmu bahasa yang bermacam macam, seperti nahwu
yang membahas tentang susunan kalimat atau rangkaian dalam kalimat dan shorof
yang membahas tentang bentuk kata.
- Latihan
pengembangan ungkapan
Agar
penulis dapat mengembangkan ungkapan-ungkapan baru (modern).
- Judul yang
langsung dapat dipahami oleh pembaca dari penulis.
Unsur-unsur
kitabah:
ü Al
kalimah: yang dimaksud dengan kalimah adalah satuan kata yang terkecil dari satuan
kalimat atau unsur dasar pembentukan kaliamat
ü Al
jumlah: kumpulan kata yang dapat membentuk pemahaman makna (satu kata yang
disandarkan dengan kata yang lain)
ü Al
faqroh: yaitu paragraf, yang tersusun dari beberapa kata dan membentuk kalimat.
Dan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain berhubungan maknanya.
ü Uslub:
seperti yang kita tahu bahwa unsur dari kitabah adalah: kata yang ada didalam
kalimat dan kalimat yang ada di dalam paragraf. Dan dari keseluruhannya itu
disebut dengan susunan penulis (uslubul katib).[7]
Aspek-aspek
dalam kitabah:
ü Al
qowaid, seperti nahwu dan sharaf
ü Imla’
ü Khot[8]
2.4. Proses Pembelajaran Kitabah
Dalam
pengajaran menulis, harus mempertimbangkan beberapa hal seperti organisasi
kalimat ke dalam paragraf, bagaimana paragraf-paragraf tersebut digabungkan dan
pengaturan gagasan ke dalam suatu wacana yang padu. Beberapa teknik pengajaran
menulis dapat digunakan untuk mengembangkan kecakapan ini pada siswa. Proses
pembelajaran kitabah terbagi menjadi tiga kategori utama, yaitu menulis
terkontrol, menulis terbimbing dan menulis bebas. Jika membuat jenjang, menulis
terkontrol akan berada pada tahap pertama dan menulis bebas pada tahap
terakhir.
Hal
itu dimaksudkan bahwa pada awal-awal program pengajaran menulis, siswa harus
dilibatkan pada aktivitas menulis yang masih banyak membutuhkan kontrol guru.
Peranan guru masih sangat dominan dalam tahap ini. Selanjutnya yaitu pada tahap
menulis terbimbing peranan guru sudah mulai berkurang. Mereka hanya membimbing
semata. Pada tahap terakhir, dalam menulis bebas, siswa sudah diberi
keleluasaan mengekspresikan gagasanya dengan ketrampilan menulis yang telah
dimilikinya tersebut.
a. Menulis
terkontrol
Diantara
contohnya,
a) Dikte
(dictation), yaitu mendikte
baris-baris sebuah wacana. Dan salah satu cara terbaik adalah melakukan dikte
dengan berpasang-pasangan atau berkelompok. Dengan cara ini siswa bekerja
sesuai dengan kecepatan mereka dan mereka membetulkan sendiri kalimatnya.
Sementara guru bias bebas memonitor aktivitas mereka.
b) Menyusun
kalimat (sentence combine),
siswa kelas dibditulis dalam kalimat-kalimat pendek. Siswa menggabungkan
kalimat-kalimat ini dengan menggunakankata penghubung yang disajikan pada papan
tulis, atau sekaligus dalam lembar mereka.
c) Menyimpulkan
(reducing), siswa
diminta menulis kembali sebuah wacana dengan membuang
semua kata atau frase yang tidak perlu. Siswa hanya dibolehkan membuat
sedikit perubahan pada struktur kalimat asli. Aktivitas ini sangat
baikdilakukan secara berpasangan.
b. Menulis Terbimbing
Diantara
contohnya,
a) Menggunakan
gambar (picture description), pada
aktivitas ini kita bisa mengunakan gambar yang diambil dari majalah atau
menggambar sendiri pada sehelai kertas atau transparansi. Subjek gambar
biasanya seorang tokoh terkenal, pemandangan lokasi sebuah peristiwa, bangunan terkenal. Salah satu cara
memulai aktivitas ini adalah meminta siswa membuat pertanyaan-pertanyaan
tentang gambar tersebut. Pertanyaan-pertanyaan
ini dapat dijawab dalam
bentuk tulis secara deskriptif.
b) Cerita
dengan gambar (picture sequence essay), di kelas diperlihatkan sejumlah gambar antara empat
sampai enam buah yang membentuk rangkaian cerita. Gambar-gambar tersebut dapat
juga diacak bila tujuan pengajarannya menghendaki diskusi antar siswa. Siswa
kemudian menulis sebuah cerita dengan bahasa mereka sendiri berdasarkan gambar tersebut.
c) Membalas
surat (replying to letters), teknik
ini meminta siswa untuk membuat stimulus. Surat stimulus dibuat secara alamiah,
tetapi mengandung sejumlah permintaan informasi yang kemudian menjadi dasar
pembentuk surat balasannya. Surat ini ditulis dalam sehelai lembar kerja,
karena surat ini terlalu banyak memuat kata.
d) Merangkum
(making summary), guru membacakan sebuah wacana secara intensif dan meminta
siswa menulis ringkasannya.
e) Menggabungkan
(making connections), aktivitas ini masih berkaitan dengan menggabungkan
sejumlah kalimat, seperti yang dibahas sebelumnya. Kali ini siswa berurusan
dengan teks yang mirip esai, tetapi tersusun dari kalimat-kalimat pendek. Dan tugas siswa adalah menghasilkan sebuah tulisan yang
elegan dan padu, dengan menggunakan kata-kata penghubung yang sesuai.[9]
Sedangkan untuk
pemula, biasanya ketrampilan menulis dimulai dari:
a. Memberi
syakal pada tulisan yang ada
b. Latihan
menulis dari kanan ke kiri
c. Memindahkan
kalimat dari papan tulis ke buku sendiri
d. Menghubungkan
antara kalimat satu dengan kelimat lain
e. Menulis
kalimat yang benar dari segi mufrodat dan tarkib.
Proses
pembelajaran bahasa diarahkan untuk membekali siswa dengan ketrampilan
berkomunikasi secara lisan maupun tulis. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi, tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan
tentang bahasa yang perlu ditandaskan adalah pelajaran menulis, haruslah
dipentingkan dan diberi waktu secara cukup dan teratur.
Jika
tidak demikian berarti guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melatih berbahasa secara tertulis yang sangat berguna dalam kehidupan siswa
kelak. Mengingat pentingnya menulis dalam pembelajaran bahasa, maka maharah
kitabah perlu lebih diefektifkan. (Sukmana, 2005:30)
Proses
pembelajaran koperatif jigsaw, kaitannya dengan ketrampilan menulis
dipilih karena metode ini cocok untuk materi yang bertopik sosial, biografi,
atau eksposisi lain. Jigsaw dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari
tertulis dalam bentuk narasi, hal ini lebih sesuai untuk pelajaran studi
sosial, sastra, beberapa bagian dari ilmu pasti yang membedakan metode jigsaw
dengan metode kooperatif lainnya adalah bahwa metode jigsaw membagi anggota
kelompok menjadi pakar atau ahli dalam aspek tertentu dan bertugas menyampaikan
keahliannya itu kepada kelompoknya.
Siklus-siklus
pembelajaran jigsaw tersebut adalah sebagai berikut:
·
Membaca: siswa
menerima topik-topik dan membaca materi yang diberikan untuk menemukan
informasi.
·
Diskusi kelompok
ahli atau pakar: siswa yang membahas topik yang sama bertemu untuk membahasnya
dalam kelompok ahli /pakar.
·
Laporan
kelompok: para ahli/pakar kembali ke kelompoknya.
·
Tes: siswa
mengerjakan tes individu yang berisi semua topik.
·
Penghargaan
kelompok: skor kelompok dihitung seperti halnya dalam STAD.[10]
Model pembelajaran menulis
Ketrampilan menulis
merupakan ketrampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi pembelajar
dibandingkan dengan ketiga ketrampilan yang lainnya. Sebagai penulis yang baik,
proses yang dialami pembelajar dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Skill-Getting
ü Writting
down
Latihan yang melibatkan proses
reproduksi bahan yang sudah dipelajari; berkonsentrasi pada ejaan dan tanda
baca.
ü Writting
in language
Pembelajar terlihat dalam berbagai
aktivitas penerapan aturan tata bahasa.
b. Skill
Using Activities
ü Fleksibilitas
Pembelajar mulai menulis dalam
suatu kerangka seperti latihan transformasi, penggabungan kalimat, perluasan
kalimat
ü Menulis
ekspresif
Menulis terbimbing dan bebas.[11]
2.5. Strategi Pembelajaran Maharah Kitabah
Strategi
belajar dan tipe belajar merupakan kawasan yang kini banyak menarik minat para
pengkaji pembelajaran bahasa Arab. Nunan menafsirkan strategi pembelajaran
sebagai proses mental yang digunakan pebelajar untuk mempelajari dan
menggunakan bahasa sasaran.
Dengan
demikian strategi pembelajaran sifatnya sangat pribadi. Ia berbeda dari satu
individu ke individu lainya, karena merupakan proses mental yang tidak tampak. Ia hanya bisa diidentasikasi melalui manifestasi perilakunya.
Pembelajaran kitabah atau menulis terpusat pada tiga hal:
- Kemampuan
menulis dengan tulisan yang benar
- Memperbaiki
khoth
- Kemampuan
mengungkapkan pikiran secara jelas dan detail.
Proses pembelajaran
keterampilan menulis akan berbeda-beda sesuai dengan metode pembelajaran yang
digunakan. Apakah menggunakan metode nahwu wa tarjamah atau menggunakan metode
mubasyarah dan atau metode sam’iyyah syafawiyah. Karena ketika menggunakan
metode nahwu wa tarjamah, pembelajaran menulis bisa dimulai sejak awal, sedang
kalau menggunakan metode mubasyarah atau sam’iyah syafawiyah guru memulai
pembelajaran dengan ketrampilan shautiyah setelah itu kemudian memulai menulis.
Terdapat beberapa
petunjuk umum berkaitan dengan pembelajaran menulis, yaitu sebagai berikut:
1. Memperjelas
materi yang dipelajari siswa.
2. Memberitahukan
tujuan pembelajarannya kepada siswa.
3. Mulai
mengajarkan menulis dengan waktu yang cukup
4. Asas
bertahap, mulai dari yang sederhana berlanjut ke yang rumit
5. Kebebasan
menulis
6. Pembelajaran
khath
7. Pembelajaran
imla’
Dalam pembelajaran
menulis, proses pembelajarannya bisa dengan beberapa tingkatan yaitu di mulai
dengan pembelajaran imla’ sampai ta’bir. Untuk mengetahui masing-masing
tingkatan akan kita bahas dalam penjelasan berikut.
a. Pembelajaran
Imla’
1. Imla’
manaqul
Tingkat pertama ini dalam pembelajaran menulis
bahasa Arab bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis huruf,
dan kata bahasa Arab. Tingkat ini penting untuk mendapatkan perhatian dalam
belajar bahasa Arab karena ada beberapa sebab yang timbul dari aturan penulisan
bahasa Arab, diantaranya adalah:
·
Kesulitan
menulis dari arah ke kanan dan ke kiri bagi para pembelajar yang sudah terbiasa
menulis dari arah kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
·
Perbedaan
penulisan dari huruf-huruf Arab dengan huruf latin yang banyak digunakan dalam
kebanyakan bahasa.
·
Perbedaan bentuk huruf Arab karena perbedaan
letaknya, di awal kata, ditengah atau di akhir kata.
·
Perbedaan bentuk
penulisan sebagaian huruf karena perbedaan letak dalam kata.
·
Perbedaan bentuk
huruf karena perbedaan jenis khot nashi atau khot riq’i.
·
Sebagian huruf
terucap dan tertulis dan sebagian lain hanya terucap saja tidak tertulis.
·
Terdapat ciri
khusus kebahasaan seperti tanwin, tadh’if, ta’ maftuhah dan ta’ marbuthoh.
·
Pemberian titik
juga harus mendapatkan perhatian dan kemampuan untuk membedakan.
Pada tingkat ini hendaknya tidak hanya terfokus pada
cara penulisan huruf tapi juga diikuti dengan latihan-latihan lain seperti
tarkib, qawaid yang juga dipelajari kalam dan qiraah. Dan diantara latihan yang
bisa digunakan pada tingkat imla’ ini adalah sebagai berikut:
·
Memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang jawabanya diambil dari teks bacaan.
·
Memberikan
beberapa kata yang tidak urut dan meminta siswa untuk mengurutkan sehingga
menjadi kalimat (jumlah) sempurna
·
Menyalin teks pendek
yang isinya berhubungan meneyenangkan siswa.
·
Latihan merubah
kalimat (jumlah).
2. Imla’
Mandhur
Tingkat imla’ ini kelanjutan dari imla’ manqul di
mana mana tingkat ini guru bisa memberikan latihan sebagai berikut:
·
Guru meminta
siswa untuk menyiapkan tema tulisan atau imla’, siswa membaca teks di rumah dan
kemudian ketika di kelas didiskusikan dengan guru secara tertulis di papan
tulis dan mengeluarkan kata-kata yang sulit membacanya kemudian guru mnjelaskan
cara penulisannya.
·
Siswa diminta
untuk menghafal teks pendek dan sederhana kemudian mengeja kata-katanya.
Setelah itu siswa diminta untuk menulisnya dan diperbolehkan melihat teks
sekirannya dibutuhkan.
·
Meminta siswa
menulis sebagian kalimat atau jumlah yang telah dipelajari, dibaca dan ditulis
dalam imla’ manqul tanpa melihat kembali pada buku. Kemudian membandingkan
tulisan yang ditulis dalam imla’ mandhur dengan tulisan pada imla’ manqul dari
sisi kebenaran tulisannya
·
Juga bisa dengan
mengemukakan satu atau dua paragraf yang pernah dibaca siswa kemudian dibuang
sebagian kata-kata kuncinya, kemudian siswa diminta menyempurnakannya. Pada
latihan ini guru bisa membantu siswa dengan pertanyaan dengan mengisi titik.
Setelah itu guru menampilkan jawaban yang benar dan siswa mengoreksi
pekerjaannya.
·
Juga bisa dengan
guru memberikan pertanyaan yang jawabannya berupa satu kalimat atau dua kalimat
yang telah dihafal siswa kemudian guru meminta siswa untuk menuliskan
jawabannya tersebut.
·
Mungkin juga
pada tingkatan ini dengan mengeluarkan kata-kata sulit dari teks imla’ dan
menuliskan pada papan tulis, kemudian siswa menulisnya beberapa kali pada
bukunya.
3. Imla’
Ikhtibary
Imla’ ikhtibary ini pelaksanaanya membutuhkan tiga
kemampuan, yaitu kemampuan mendengar, kemampuan menghafal apa yang didengar dan
kemampuan untuk menuliskan apa yang didengar skaligus dalam waktu yang sama.
Imla’ ikhtibary ini bertujuan untuk: 1). Memperkuat hubungan antara suara dan
rumus yang telah dipelajari siswa ketika membaca. Siswa-siswa yang tidak bisa
melihat kata dan mengucapkannya tidak akan bisa menulis kata itu dengan benar
dalam imla’. 2). Mengevaluasi perkembangan dan kemajuan ingatan terhadap yang
didengar siswa.
Pada awal penggunaan imla’ ikhtibary sebagai media
untuk belajar menulis yang benar hendaknya dimulai dengan menggunakan teks-teks
yang diambil dari buku pedoman yang sekiranya memuat unsur-unsur kebahasaan
baru yang belum dipelajari baik dalam kalam maupun kitabah pada tingkatan
sebelumnya. Seiring dengan kemajuan pelajaran bisa dengan menggunakan kosa kata
yang sering didengar dalam bentuk baru di luar buku. Atau juga bisa dengan
menggunakan kosa kata asing untuk menguji kemampuan pendengaran siswa untuk
mendengarkan suara-suara atau kata-kata dan menuliskan dengan benar.
Ketika pada awalnya guru menggunakan teks-teks pendek
yang memuat beberapa kalimat dan beberapa ungkapan pendek maka secara bertahap
bisa mengembangkan dengan memperpanjang teks dan kalimat hingga siswa mampu
mendengarkan kalimat panjang dan mengikutinya serta menghafalnya sampai
akhirnya menulisnya dengan benar. Oleh sebab itu dalam proses imla’ ini
hendaknya guru memperhatikan hal-hal berikut ini:
·
Guru membaca
teks dengan kecepatan sedang
·
Mendiktekan teks
dengan kecepatan yang rata, karena ketika sangat lambat kata perkata bisa
merusak tujuan imla’
·
Hendaknya guru
berusaha untuk membuat penggalan-penggalan kalimat yang bermakna dalam
mendiktekannya
·
Guru mengucapkan
satu penggalan satu kali dan siswa menulisnya, kemudian guru mengulangi sekali
lagi agar siswa bisa mengulangi apa yang telah ditulis dan bisa mengoreksinya
·
Guru tidak
mengabulkan permintaan siswa untuk mengulangi di tengah-tengah mendikte.
·
Sambil mendikte
hendaknya guru bisa memberi waktu sebentar kepada siswa untuk mengulangi dan
mengoreksi kebenaran tulisan.
·
Bagi siswa yang
tidak menemui kesulitan dalam istima’ dan menulis bisa diberi latihan yang
lebih sulit agar tidak jenuh dan tetap termotivasi.
b. Pembelajarn
Ta’bir
Pembelajaran ta’bir ini terbagi menjadi dua
tingkatan yang sesuai dengan tingkatan kebahasaan siswa, yaitu:
1. Ta’bir
Muwajjah (terbimbing)
Pada
tingkat ini siswa telah mengenal ejaan dengan beratus-ratus kata dan telah
menguasai perbendaharaan kata yang banyak serta telah berkembang konsep-konsep
kebahasaannya. Mereka disiapkan untuk berlatih menulis dengan menggunakan
bentuk-bentuk tata bahasa, susunan-susunan bahasa yang telah diperoleh pada
pelajaran kalam, qiraah dan imla’. Pada pembelajaran tingkat ini harus dimulai
bertahap dari menulis sederhana dengan menulis satu kalimat kemudian berkembang
menjadi beberapa kalimat kemudian berlanjut menjadi satu paragraf kemudian dua
paragraf dan seterusnya.
2. Ta’bir
Hurr
Tingkatan
ini merupakan tingkat terakhir dari pembelajaran menulis. Pada tingkat ini
siswa diberi kebebasan untuk memilih tema, mengembangkan pikiran-pikirannya,
penggunaan mufradat atau tarkib dalam tulisannya, akan tetapi bukan berarti
siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru. Dan pada tingkat ini siswa sampai
pada tingkat kreasi dalam menggunakan bahasa Arab walaupun tidak sampai pada
tingkat seperti ketika manggunakan bahasa ibu.[12]
Dalam strategi pembelajaran ketrampilan
menulis terdapat permainan bahasa sebagai tata cara pembelajaran kitabah,
diantarannya:
- TTS
(al kalimah al mutaqaati’ah)
Guru
menyiapkan beberapa pertanyaan dalam bentuk TTS kemudian guru menyuruh siswa
menjawab soal TTS secara individu atau kelompok.
- Permainan
huruf yang kurang atau hilang
Guru
menyuruh siswa menuliskan satu huruf yang hilang pada kata tertentu yang
dibantu dengan gambar, yang menunjukkan kata dari jawaban yang dimaksud.
- Menyempurnakan
gambar dan menulis namannya.
Ada
beberapa gambar yang digambar dengan terputus-putus kemudian guru menyuruh
siswa untuk menyempurnakannya dan menulis gambar apa yang dimaksud.
- Apakah
kamu tahu ( hal ta’rif?)
Guru
memberi beberapa soal secara tertulis dan menyuruh siswa menjawabnya secara
tertulis juga. Terkait dengan sesuatu yang ada di lingkungan siswa atau
peristiwa yang aktual.
- Mengurutkan
kalimat (tartibul jumal)
Guru
menyuruh siswa mengurutkan berbagai kata sehingga menjadi kalimat sempurna
untuk mengurutkan beberapa kalimat sehingga menjadi paragraf yang sempurna.
Alangkah baiknya kosa kata tertulis dikartu dengan dilengkapi gambar. [13]
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kitabah adalah
sesuatu yang terpenting yang ada pada kehidupan kita, karena kitabah merupakan
ungkapan tertulis yang dituangkan oleh penulis. Pengertian kitabah menurut
bahasa adalah kumpulan makna yang tersusun dan teratur. Dan
makna kitabah secara epistimologi adalah kumpulan dari kata yang tersusun dan
mengandung arti, karena kitabah tidak akan terbentuk kecuali dengan adanya kata
yang beraturan.
Tujuan dari
maharah kitabah yaitu mampu menulis dan memahami beragam wacana tulisan, dan mampu mengekspresikan berbagai
pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan.dan tujuan
pembelajaran keterampilan menulis berdasarkan tingkatannya. Tingkat pemula,
tingkat menengah dan tingkat lanjut.
Aspek-aspek dalam maharah kitabah ada al-qowaid(nahwu
dan sharaf), imla’ dan khot, dan unsur-unsur dalam kitabah adalah al-kalimah,
al-jumlah, al-fakroh dan ushlub.
Dalam proses pembelajaran kitabah harus
mempertimbangkan beberapa hal seperti organisasi kalimat ke dalam paragraf,
bagaimana paragraf-paragraf tersebut digabungkan dan pengaturan gagasan kedalam
suatu wacana yang padu. Ada beberapa contoh keterampilan menulis diantaranya, menulis
terkontrol dan menulis terbimbing, dan ada juga model pembelajaran menulis
seperti skill-getting, skill using activities.
Dalam pembelajaran kitabah ada berbagai macam
strategi dan metode, seperti menggunakan metode nahwu wa tarjamah atau metode
mubasyaroh dan metode sam’iyyah syafawiyah, juga ada pembelajaran dengan
beberapa tingkatan mulai dari pembelajaran imla’ sampai pembelajaran ta’bir, selain
itu ada setrategi pembelajaran dengan permainan bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
·
Umi mahmudah,
dkk, Active Learning dalam Pembelajaran BahasaAarab, 2008, uin malang
press: Malang
·
Abdul Hamid,
dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang Press. 2008. Malang
·
Iskandarwassid,
dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosda Karya: Bandung
·
Furqanul, dkk,
Pengajaran Bahasa Komunikatif (Teori dan Praktek), Remaja Rosda Karya:
Bandung
·
Fuad Ahmad, Maharatul
Lughawiyah, Mahiyatuha wa Turuqu Tadrisuha. 1992.Darul Muslm:Riyad
·
الدكتور
جودت الركابي. طرق تدريس اللغة العربية.1998. دار الفكر. دمشق
·
Anwar
Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, Tiara Wacana:
Jogjakarta
[1]
Ahmad Fuad Mahmud ‘Ulyan, al-Maharah al-Lughowiyah, Mahiyatuha wa Turuqu
Tadrisuha, Darul Muslim, Riyadh, 1992: 156
[2]
Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, Tiara Wacana:
Jogjakarta, 327
[3]
Ahmad Fuad Mahmud ‘Ulyan, al-Maharah al-Lughowiyah, Mahiyatuha wa Turuqu
Tadrisuha, Darul Muslim, Riyadh, 1992: 157
[4]Furqanul,
dkk, Pengajaran Bahasa Komunikatif (Teori dan Praktek), Remaja Rosda
Karya: Bandung: 129-131
[5]
Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, Tiara Wacana:
Jogjakarta, 326
[6]
Iskandarwassid, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosda Karya:
Bandung, 292-293
[7]
Fuad Ahmad, Maharatul Lughawiyah, Mahiyatuha wa Turuqu Tadrisuha.
1992.Darul Muslm:Riyad, 190
[8]
الدكتور جودت
الركابي. طرق تدريس اللغة العربية.1998. دار الفكر. دمشق. الصفحه 156
[9]
Furqanul, dkk, Pengajaran Bahasa Komunikatif (Teori dan Praktek), Remaja
Rosda Karya: Bandung, 131-136
[10]
Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, Tiara Wacana:
Jogjakarta, 328-330
[11]
Iskandarwassid, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosda Karya:
Bandung, 292
[12]
Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang Press. 2008.
Malang, 49-60
[13]
Umi mahmudah, dkk, Active Learning dalam Pembelajaran BahasaAarab, 2008,
uin malang press: Malang, 181
Mumtaz banget mas :D
ReplyDeletehehehe, syukron :-)
ReplyDeleteizn share... syukron
ReplyDeleteijin ngambil kang,,
ReplyDeleteini yang aq cari. smoga brmnfaat
ijin copas ya mas... semoga bermanfaat
ReplyDelete