Wednesday, January 25, 2012

Faktor-Faktor Yang Mendorong Perkembangan Sastra Jahiliyah

          Secara garis besar, kondisi geografis dan etnis adalah faktor yang cukup berpengaruh dalam perkembangan sastra khususnya pada masa jahiliyah. Menurut Juzif al-Hasyim (1968: 23) dalam bukunya al-Mufid, ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan sastra, yaitu: pertama adalah iklim dan tabiat alam. Puisi jahily terpengaruh begitu kuat dengan alam padang pasir dan kehidupan kaum badui, kata-katanya keras menggambarkan kehidupan yang keras, kesunyian, kerinduan. Uslubnya mirip-mirip antara penyair satu dengan yang lain yang merupakan refleksi dari pemandangan gurun hamper sama, imajinasi penuh dengan kesederhanaan. Kedua adalah ciri khas etnik, bangsa Arab menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra. Tidak semua bangsa mencintai sastra, seperti di Indonesia suku-suku yang memiliki sense sastra yang kuat seperti suku Minang dan mayoritas orang Melayu yang lain. Ketiga peperangan, dan keempat adalah faktor kemakmuran dan kemajuan, kelima agama, keenam ilmu pengetahuan, ketujuh adalah politik, kedelapan adalah interaksi dengan berbagai bangsa dan budaya.
           Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, ada dua faktor lain yang juga berpengaruh dalam perkembangan sastra pada masa jahiliyah yaitu: pasar sastra (al- Aswaq) dan ayyam al-Arab.
1.      Pasar Sastra (al-Aswaq)
          Ada dua macam pasar di jazirah Arab, yaitu: pasar umum dan pasar khusus atau lokal (Mahallah), atau pasar luar dan pasar dalam. Berikut akan dijielaskan beberapa pasar  yang terkenal di jazirah Arab.
1.      Ukaz : pasar ini dimulai sejak tanggal 1 sampai 20 Dzul Qa’dah
2.      Mujannah : pasar ini dimulai sejak tanggal 20 sampai 30 Dzul Qa’dah
3.      Dzul Majaz : dimulai pada awal bulan Dzul Qa’dah sampai tang
gal 8 atau hari tarwiyah
4.      Khaibar : dilaksanakan setelah musim haji sampai pada akhir bulan muharram
          Fungsi pasar tidak sekedar memberikan keuntungan yang besar bagi para konglomerat  kota Mekah, Thaif, Yamamah, dan Yatsrib yang merupakan pusat perkotaan di tengah-tengah jazirah Arab. Tetapi pasar itu juga mendatangkan keuntungan yang lain yaitu, memboyong segala kesejahteraan ke Arab. Hal itu karena barang dagangan yang dibawa oleh rombongan haji dan saudagar yang dijual di pasar-pasar luar, khususnya di atas air dan pelabuhan, mungkin sebagiannya dapat dikategorikan sebagai barang-barang mewah; seperti pakaian sutera, parfum, minyak wangi, sandal mewah, surban warna-warni, lampu warna-warni, dan pedang Hindia yang harganya hanya dapat dijangkau oleh orang-orang kaya yang menempati pusat-pusat peradaban, dan juga kalangan terdidik serta para tokoh Quraisy; sesuatu yang makin menjauhkan jarak antara orang-orang fakir dengan orang-orang kaya.
          Selain fungsi pasar yang telah dijelaskan diatas, ternyata pasar juga digunakan sebagai tempat diskusi politik dan tempat festival sastra yang dihadiri oleh banyak penyair. Diantaranya yaitu Qus ibn Sa’adah al-Iyadi yang pernah mendapatkan pujian dari Nabi Muhammad SAW.
2.      Ayyam al-Arab
              Ayyam al-Arobi atau hari-hari orang arab adalah istilah yang digunakan ketika akan datangnya agama islam. Pada hari-hari itu terjadi permusuhan antar suku yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: persengketaan seputar hewan ternak, padang rumput, atau mata air. Persengketaan itu menyebabkan seringnya terjadi perampokan dan penyerangan, memunculkan sejumlah pahlawan local, para pemenang dari suku yang bersengketa, serta menghasilkan perang syair yang penuh kecaman diantara penyair yang berperan sebagai juru bicara setiap pihak yang bersengketa.
           Ayyam al-Arobi menjadi media yang cukup efektif bagi pengembangan Syi’r Arab. Peran penyair dalam peperangan sangat besar, sebagai motivator atau untuk menjatuhkan lawan secara psikologis dengan Syi’r-Syi’r hija’nya yang pedas. Syi’r-Syi’r legendaris juga banyak lahir dari  medan perang seperti Syi’r-Syi’rnya Antarah, Syanfara, dan lain-lainnya.    

0 comments:

Post a Comment